Mohon tunggu...
Sule Maarif
Sule Maarif Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bobotoh penggemar Man United

https://twitter.com/Sule35Arif?s=08

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat untuk Kolega Mudaku

15 Januari 2020   10:04 Diperbarui: 15 Januari 2020   10:06 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan superhero, hanya manusia biasa seperti yang lainnya. Beberapa kali sempat ke atas, tapi kebanyakan ada di bawah. Saat-saat yang paling berat sebagai karyawan adalah saat mengalami yang namanya jenuh. 

Kejenuhan menihilkan motivasi. Seperti hidup segan mati tak mau. Rasanya ingin segera berganti pekerjaan atau pindah kerja. Butuh motivasi. Memotivasi diri sendiri tidak lah mudah. Tidak semudah saat kita memotivasi orang lain. Dan di saat kita dalam jenuh, orang-orang terdekat adalah kunci. Mereka lah yang akan membangkitkan kita.

Keadaan berat yang lain adalah di saat kita marah. Entah marah karena apa, rasanya seperti ingin berhenti bernafas. Jangan mengambil keputusan di saat marah. Kita hanya perlu menenangkan diri. Secangkir kopi sambil menyepi dan melamun bisa me-refresh situasi.

Hal berat selanjutnya adalah di saat ada masalah. Baik itu masalah dengan sesama rekan kerja, masalah dengan manajemen atau masalah dengan pelanggan. Hadapi dengan senyuman, maksudnya, kita harus menikmati apa pun masalahnya dengan tetap berusaha mengatasinya. 

Senjata terbaik adalah doa. Lebih rajin dan khusyu lagi dalam berdoa sehabis sholat akan meringankan langkah selanjutnya.

dokpri
dokpri
Kepada juniorku, rekan kerjaku, saya ingin sedekit berbagi cerita. Menjadi penjaga toko ritel bukanlah sebuah pekerjaan impian. Mungkin tidak ada orang yang mencita-citakannya. 

Berbeda dengan pekerja kantoran, shopkeeper atau sales counter memiliki ritme yang berbeda. Semua hari adalah sama, weekday atau pun weekend sama saja. Libur di saat orang lain bekerja, kerja di saat orang lain libur. Prinsipnya (harusnya) waktu adalah uang. Bukan sekedar kerja karena butuh uang.

Kesalahan yang pernah saya lakukan di awal masa kerja dulu adalah kerja tanpa dedikasi. Sekedar masuk kerja dan tinggal menunggu akhir bulan menerima gajian. Setelah sekian lama, berpindah-pindah tempat, sekarang mungkin saya sudah settled. 

Ini menjelang tahun ke enam saya stay di sini. InsyaAllah ini jadi yang terakhir, saya tidak ingin mencari kerja lagi, alias saya ingin sepenuhnya berwirausaha nanti jika waktunya sudah usai.

Sebagian rekan-rekan kerjaku, dokpri
Sebagian rekan-rekan kerjaku, dokpri
Kamu memiliki paras yang menawan dengan senyuman yang manis. Tapi grooming tidak lah cukup. Ada hal lain yang bisa membuat kamu lebih sukses. Tapi sebenarnya, kunci dari keberhasilan adalah fokus. Fokus kepada apa yang sedang kamu kerjakan dan tujuan kamu.

Selain products knowledge yang harus kita kuasai, faktor penting lainnya adalah komunikasi. Apa pun gaya komunikasi kamu, yang terpenting adalah yakin. Mampu meyakinkan customer.

Dalam melayani customer, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengetahui apa yang diinginkan customer. Tentu saja kita bisa bertanya langsung, atau dengan cara tidak langsung. Banyak tipe customer yang bisa kita jumpai.

Ada customer yang langsung mengutarakan keinginan mereka. Ini yang paling mudah. Kita tinggal memilihkan dan merekomendasikan produk kita sesuai yang diinginkan.

Ada customer yang meminta dipilihkan model yang cocok dengan mereka. Di sini kita harus lebih aktif. Istilahnya kita lah yang pegang bola, kita juga yang memainkannya. Pengetahuan tentang anatomi customer disesuaikan dengan model yang pas dan sesuai. 

Ada customer yang pasif, yang kesannya cuma lihat-lihat doang. Nah, jangan takut menawarkan produk kita. Pilihkan beberapa model yang berbeda, biar customer mencobanya. Nanti akan terlihat kecenderungan customer lebih suka yang mana. Kita tinggal melanjutkan mencarikan model yang lebih sesuai dengan kemauan customer.

Ada juga customer yang datang langsung menunjuk model seperti apa yang mereka mau. Kita ada di posisi yang lebih menunggu. Model customer seperti ini tipe customer yang punya kepercayaan diri. Mereka sudah membayangkan mau yang seperti apa. Kita cuma mendampingi atau membantu mengambilkan produk yang mereka mau.

Bagaimana jika customer ada di posisi kebingungan menentukan pilihannya? Kita tak perlu menambah pilihan lagi. Stop. Saatnya kita fokus kepada apa yang customer suka. Bukan mana yang lebih cocok. Kita menegaskan pada apa yang disukai.

Terus bagaimana jika customer suka pada modelnya tapi harganya kemahalan? Jangan buru-buru menyerah. Tetap lah bertahan pada produk tersebut sembari memberi tahu kenapa memang pantas dihargai mahal. Suarakan kualitasnya, brandnya, atau keunggulan lainnya. 

Jika customer tetap tidak mau untuk merogoh koceknya lebih dalam, baru kita pilihkan model sejenis yang mirip tapi dengan harga yang lebih ekonomis. Prinsipnya, top selling down. 

Sederhananya, juallah yang mahal dulu. Jika kita langsung menawarkan yang murah, kalau customer menawar kemudian, kita akan sedikit pilihan. Dan bisa jadi yang terjual malah yang termurah.

Jangan takut menawarkan produk kepada customer. Sodorkanlah jangan ragu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Semakin rajin kita melayani customer, semakin besar pula peluang kita melakukan closing. Dan tentunya semakin besar pula apa yang akan kita dapatkan.

Setiap pembeli ada kelasnya. Betul. Ada yang tajir. Ada yang tidak. Dan banyak yang di antara keduanya. Yaitu kelas menengah. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui kelas si customer tersebut? 

Ya tentu saja dari penampilannya. Glamor kah? Banyak perhiasannya? Sederhana kah? Perhatikan outfitnya. Brand atau merk apa yang mereka pakai, mulai dari pakaiannya, tasnya, sepatunya, jam tangannya, kacamatanya, ikat pinggangnya atau gadgetnya. 

Dengan demikian kita bisa menerka produk atau model apa yang akan kita tawarkan. Sekali lagi, jangan takut menawarkan produk. Penolakan dan penerimaan peluangnya sama.

Tetapi, saya tetap berpesan kepada adik-adikku. Tetaplah bersikap jujur, kepada siapa pun. Baik kepada customer, katakan yang positif bila itu positif. Katakan negatif bila itu negatif. 

Berlaku jujur juga ditujukan kepada rekan kerja dan juga perusahaan. Kejujuran membuat hidup kita tenang. Yakin lah perusahaan lebih suka karyawan yang baik dan jujur dari pada karyawan yang pintar dan kreatif.

Pesan terakhir, dan ini lebih pribadi. Waktu bukan cuma untuk bekerja tentunya. Ada sendi-sendi kehidupan yang lain yang perlu kita tunaikan. Sebagai makhluk yang diciptakan untuk beribadah kepada Tuhannya, beribadahlah. Biar kita istiqomah dalam sabar dan bersyukur. Terlebih ini saran dari saya, sholat dhuha lah sebelum berangkat kerja. 

Hal penting lainnya, selalu berbakti kepada orang tua. Apa pun keinginan kamu, cita-cita kamu, minta keridhaan dan doa orang tua, terutama ibu. Sebagai makhluk sosial, jadilah pribadi yang juga berfaedah bagi sesama. Dan, jangan lupa menabung atau berinvestasi untuk masa depan. 

Semoga kebaikan dan kesehatan untuk kamu selalu. Amin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun