Jika Anda meremehkannya, coba tengok kembali bagaimana Ajax Amsterdam menumbangkan Real Madrid dan Juventus sebelumnya. Ajax mengalahkan mereka dengan gaya. Memenanginya dengan elegan.
Dalam sejarah, Ajax adalah tim terbesar Belanda dan pernah menguasai Eropa. Ada dua figur pelatih yang paling diingat. Yaitu Johan Cruyff dan Louis van Gaal.
Cruyff dengan sepakbola menyerang total football dan LvG dengan sepakbola menyerang yang pragmatis ala militer. Sama-sama mengedepankan ball posession bedanya Cruyff memberikan kebebasan individu sedangkan LvG pada kedisiplinan taktikal.
Keberhasilan Ajax mencapai semifinal kali ini mengingatkan penggemar pada tahun 1995 di mana LvG membawa Ajax menjuarai Liga Champions dengan para bocahnya. Ajax sudah berhasil mengalahkan tuan runah Tottenham Hotspur di leg 1 semifinal. Sebuah pencapaian yang impresif, tercatat Ajax sudah berhasil menang pada seluruh partai away babak knock-out Liga Champions musim ini.
Tetapi Ajax sekarang mempunyai filosofi yang berbeda dibandingkan tahun 1995. Justru Ajax sekarang adalah revolusi dari filosofi Cruyff yang disebut-sebut total football 2.0.
Filosofi total football yang dipelopori Rinus Michel-Johan Cruyff melegenda di Belanda dan Ajax. Dan Cruyff melengkapi kegemilangannya di klub Barcelona. Cruyff lah yang memberitahu tentang sepakbola kepada Josep Guardiola yang kelak meneruskan filosofi sepakbolanya di era modern.
Eric ten Hag, orang dibalik total football 2.0 ala Ajax Amsterdam musim ini. Mantan pelatih Utrecht ini sangat terinspirasi sepakbola yang diusung Pep. Pengalamannya bekerja di Bayern dan dimentori langsung oleh Pep jadi pengalaman yang sangat berharga.
Banyak pelatih yang mengaplikasikan gaya permainan Pep dan banyak pula yang gagal. Eric ten Hag menjadi satu yang berhasil dan menjadi fenomena di Liga Champions musim ini. Bahkan prestasinya melebihi klub Manchester City yang diarsiteki Pep yang mentok di babak perempatfinal.
Yang paling menakjubkan, Ajax menjadi tim tersubur di Eropa dalam mencetak gol. Satu gol Ajax saat mengalahkan Spurs menggenapi perolehan 161 gol di seluruh kompetisi.
Kejutan Ajax bukanlah kebetulan, walaupun tetap tidak akan diunggulkan juara andai masuk final. Ajax sudah memenangkan hati para penggemar bola.
Dengan materi pemain yang tidak wah untuk ukuran Eropa berhasil memainkan sepakbola menghibur, menyerang dan menang. Di saat klub-klub lain lebih bersikap lebih pragmatis, ada sosok lain selain Pep Guardiola yang memainkan sepakbola menyerang dengan gaya yang seperti didemonstrasikannya bersama Barcelona, Bayern dan City. Erik ten Hag berhasil menerapkan filosofi total football dengan sempurna. Dan hebatnya dilakukan bukan bersama klub besar Eropa saat ini. Ini pelajaran bagi klub lain, mengumpulkan pemain bintang tidak berarti apa-apa tanpa pelatih yang tepat.
Eric ten Hag meracik Ajax bermain secara terbuka untuk menguasai aliran bola selama mungkin agar celah pertahanan lawan terbuka sehingga bisa terus-menerus menyerang. Semua itu didukung dengan pergerakan dan pergeseran posisi yang berkelanjutan.
Ketika kehilangan bola, pemain terdekat akan melakukan tekanan ke lawan yang mengusainya dan diikuti rekan-rekan setim untuk mempersempit ruang permainan.
Dusan Tadic, rekrutan baru dari Southampton menjadi kunci permainan Ajax musim ini. Kejeniusannya mampu dimaksimalkan ten Hag.
Agresivitas permainan Ajax dipraktekkan oleh semua pemain, mulai dari bek yang biasanya oleh Nicolas Tagliafico dan Joel Veltman, menekan jauh ke depan dan membantu penyerangan. Sedangkan pemain sayap David Neres dan  Hakim Ziyech juga andal membikin terobosan-terobosan dari tengah. Adapun Dusan Tadic, yang tampil bagus lagi setelah meninggalkan  Southampton musim panas lalu, berperan sebagai false nine dalam trio penyerang.
Sedangkan tempo permainan dikendalikan oleh duet Lass Schone dan Frenkie De Jong. Duet yang mengingatkan pada Xavi dan Andres Iniesta di Barcelona.
Eric ten Hag berhasil menerapkan permainan menyerang yang terstruktur dan efektif. Bukan hal yang mustahil jika musim ini Ajax Amsterdam mampu menjuarai Liga Champions yang finalnya akan dihelat di Santiago Bernabeu Madrid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H