Pendidikan tasawuf membantu seseorang menjadi orang memiliki pribadi yang bertaqwa, akhlak yang baik, dan mulia, serta menunaikan ibadah dengan baik. Hal ini sangat penting bagi setiap orang, khususnya untuk generasi milenial agar menjadi generasi yang bermoral. Tujuan dari artikel ini adalah untuk memahami tentang pentingnya pendekatan tasawuf dikalangan generasi milenial.Â
Menurut temuan penelitian ini, Pendidikan sufi (tasawuf) secara umum berfungsi sebagai cara bagi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mensucikan jiwa dan hati dari keinginan buruk dan dosa yang menumpuk karena kesalahan yang sudah diperbuat. Hal ini diperlukan guna menyikapi kehidupan manusia modern, khususnya para generasi milenial dalam menghadapi zaman yang semakin berkembang seiring berjalanya waktu.Â
Pendidikan tasawuf juga harus masuk dan hadir dengan pendekatan kontemporer agar sesuai dengan generasi milenial. Penelitian ini ditulis dengan menggunakan penilitian kepustakaan yaitu penelitian dengan menggunakan literatur perpustakaan (library research) seperti buku, dan jurnal penelitian terdahulu.
Wibowo et al. (2020), generasi milenial merupakan generasi yang paling banyak mengalami tekanan dan krisis spiritual atau psikologis dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan, karena seiring berjalanya revolusi industri yang memaksa perusahaan untuk menambah jumlah jam kerja mereka. Penyebab ketidakstabilan spiritual ini adalah ketidakstabilan pada pola makan dan keuangan mereka.Â
Generasi ini lebih cenderung egois dan selalu mengingnkan perhatian akibat dari evolusi media sosial.Â
Dalam (Wibowo et al., 2020) menemukan bahwa sikap perfeksionis yang luar biasa menjadi penyebab utama gangguan mental pada generasi ini. Hal ini disebabkan oleh tekanan media sosial yang mempengaruhi status sosial. Akibatnya, generasi ini terpaksa mempertahankan standar yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai multidimensional perfectionisme.
Krisis spiritual ini disebabkan oleh hilangnya pengetahuan tentang bagaimana cara manusia untuk mengenal dirinya, serta sifat keakuan yang terus-menerus tetapi faktanya lupa pada dirinya sendiri.Â
Menurut Hidayatulloh et al. (2015), tasawuf merupakan ilmu yang mengacu pada pengendalian hati dan jiwa untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah guna mencapai ma'rifat melalui pengenalan diri dengan cara bertaubat, sabar, dan syukur. Selanjutnya, Pendidikan hati berlangsung melalui raja', khauf, dan zuhud.
 Kemudian, tawakkal, ridha, dan mahabbah digunakan untuk mengukuhkan jiwa. Kurniawan (2016), dalam dunia pendidkan bahwa tasawuf juga dapat dijadikan sebagai obat untuk mengatasi penderitaan batin akibat dari krisis ruhani manusia modern yang terlepas dari jati dirinya.
Hamka meneankan pendekatan tasawuf kontemporer bagi generasi milenial. Pendekatan ini membantu menjaga keseimbangan kepribadian manusia, atau "i'tidal", yaitu seseorang yang menjadikan hidupnya sebagai proses untuk membangun karakter yang baik dan terhindar dari penyakit rohani. Kesehatan jiwa raga, Ikhlas, qana'ah, tawakkal, hawa nafsu dan kesehatan rohani merupakan knsep-konsep tasawuf kontemporer yang menjadi karakteristik Hamka.Â
Pada hakikatnya, tasawuf bukanlah ilmu yang menutupi seseorang dari menjadi hamba di zaman modern; sebaliknya, ilmu yang berfungsi sebagai obat untuk berbagai dinamika dan tantangan yang ada di dunia modern. Tasawuf juga berfungsi sebagai penyeimbang permasalahan yang dihadapi manusia zaman sekarang. Orang-orang yang berkualitas dan berkarakter hendaknya dibentuk dengan memadukan ilmu tasawuf dengan pendekatan modern.