Tantangan global yang sampai saat ini masih terus diperbincangkan yaitu terkait dengan pengelolaan limbah domestik, terutama di negera-negara berkembang secara ekonomi.Â
Seperti yang kita tahu bahwa populasinya selalu meningkat, adanya perubahan pola gaya hidup, dan meningkatnya standar hidup masyarakat sehingga menyebabkan meningkatnya sampah. Limbah padat ialah limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik, komersial dan kontruksi oleh setiap individu yang terdiri atas bahan organik maupun anorganik dan yang sudah dianggap tidak berguna lagi.
Limbah domestik yang dikelola dengan buruk akan mengakibatkan pencemaran lingkungan yang serius, bahkan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat setempat. Pengelolaan limbah domestik yang buruk ini kemungkinan karena kurangnya layanan sanitasi dan fasilitas pengelolaan limbah yang kurang memadai di negara-negara berkembang. Pengelolaan limbah yang tepat dapat mengurangi berbagai efek buruk pada kesehatan masyarakat serta memiliki dampak besar pada penurunan efek pemanasan global.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), jumlah timbunan sampah secara nasional yang terdiri dari 200 Kabupaten/Kota sebesar 29,45 juta ton pada tahun 2021 dan masih akan terus bertambah. Upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan sampah saat ini ialah dengan membuat sistem informasi tentang sebaran fasilitas pengelolaan sampah yang dikenal dengan nama Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).
Berdasarkan data tersebut, secara global jutaan ton limbah padat dihasilkan setiap hari. Hal tersebut dapat dengan mudah kita amati bahwa banyak sampah yang berserakan di jalanan dan saluran air sehingga menyebabkan ketidaknyamanan, pencemaran lingkungan serta menjadi faktor utama penyebab banjir.
Selain itu juga, dapat kita lihat bahwa peningkatan aktivitas domestik di lingkungan perkotaan berbanding lurus dengan timbulnya volume limbah domestik yang tinggi. Limbah yang paling mendominasi ialah limbah plastik, meningkatnya limbah plastik ini kemungkinan akan berimplikasi pada pembuangan. Seperti yang kita tahu bahwa plastik tidak dapat terurai dengan cepat dan secara alamiah. Rata-rata limbah ini dibakar di udara terbuka seperti di pekarangan rumah. Pembakaran limbah plastik ini akan menambah emisi gas beracun di atmosfer, mencemari udara serta meningkatkan resiko bahaya kesehatan.
Namun jika kita lihat, tampaknya sampah plastik menjadi bagian dari hampir semua sampah yang dihasilkan di rumah. Urbanisasi dan industrialisasi yang cepat mengubah karakteristik limbah padat yang dihasilkan. Sebagai konsekuensinya, kita harus merencanakan sistem pengelolaan limbah padat yang perlu diperbaharui agar sesuai dengan kualitas, kuantitas dan komposisi limbah.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa limbah domestik ini sebagai salah satu penyumbang terbesar pencemaran lingkungan, baik itu pencemaran udara, air maupun tanah. Maka dari itu, limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga harus diolah agar dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah organik ialah limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati dan dapat diolah kembali. Pengolahan limbah organik dapat kita lakukan secara mandiri yaitu dengan cara pengomposan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Berikut cara yang dapat kita lakukan dalam proses pengolahan limbah padat organik menjadi pupuk kompos:
1. Pemilahan jenis limbah yaitu dengan memisahkan antara limbah organik dan limbah anorganik
2. Mencampurkan limbah organik dengan bahan activator tanah atau kompos yang sudah jadi. Dapat juga dicampurkan dengan activator cair untuk mempermudah pembentukan kompos
3. Kemudian, diamkan selama kurang lebih 2 bulan di dalam media secara tertutup
4. Setelah 2 bulan, kompos tersebut dapat digunakan dan dapat dikemas dengan menggunakan karung atau plastik.
Selain limbah organik, limbah anorganik juga dapat dikelola dengan tepat secara mandiri. Limbah anorganik merupakan limbah yang dihasilkan dari bahan non-hayati dan tidak dapat terurai oleh alam, seperti plastik, botol plastik, kaleng, dan lain sebagainya. Hal ini menandakan bahwa limbah anorganik seperti plastik membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk benar-benar terurai. Limbah anorganik ini dapat kita manfaatkan sebagai bahan utama pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas atau barang yang dapat di daur ulang. Contoh kerajinan yang terbuat dari limbah anorganik atau barang bekas yaitu dompet, tas belanja, vas bunga, tempat pensil dan masih banyak lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H