Strict Parents adalah orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter atau lebih dikenal dengan istilah tegas, memaksa, keras, menuntut dengan standar yang tinggi, dan acuh tak acuh terhadap anak. Â
Orang tua seperti ini seringkali membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi anak tanpa mau tahu perasaan anak. Pola asuh seperti ini membuat anak tertekan, stres, minder, dan orang yang suka berbohong. Dalam pola asuh ini, orang tua sering kali memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap prestasi akademik, perilaku, dan kemandirian anak-anak mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang tua memiliki cara yang berbeda dalam membesarkan anaknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Â Setidaknya itulah yang diharapkan orang tua dari anak-anaknya. Terkadang beberapa orang tua bersikap asertif dengan berbagai alasan. Â Salah satunya menjadikan anak menjadi pribadi yang disiplin yang bermaksud baik, namun seringkali tidak tanggap terhadap anak dan mengarah pada pola asuh orang tua yang tegas.
Lalu, apa penyebab Strict Parents? Â Dan bagaimana pengaruhnya terhadap anak-anak?
Penyebab Orangtua Mencorakkan Strict Parents
Mengapa sebagian orang tua memiliki pola asuh otoriter dan menjadi orang tua yang strict parents? Â Perlu diperhatikan bahwa pola asuh yang tegas bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Namun, orang tua telah menetapkan bahwa mereka mengasuh anak dengan pola asuh yang ketat.
Ada beberapa hal yang menjadi pemicu sebelum orangtua menerapkan pola asuh strict parents.
1. Mempunyai Pengalaman yang Sama
Sebuah studi tahun 2012 dalam jurnal Child Maltreatment menemukan hal menarik tentang pemicu seseorang menjadi strict parents.  Para peneliti menemukan bahwa orang tua yang masa kecilnya terpapar pola asuh otoriter cenderung mewariskan hal yang sama ke generasi berikutnya.  Mereka merasa lebih suka membesarkan anak sendiri dengan pola dan sikap yang sama.  Salah satu kemungkinannya adalah karena mereka merasa itulah cara yang paling tepat untuk membesarkan anak. Termasuk dalam membuat anak menjadi disiplin.  Padahal, setiap generasi memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini juga dipengaruhi oleh teknologi, budaya dan lingkungan tempat anak dibesarkan.
2. Memiliki Karakter yang Kurang Menyenangkan
Masing-masing memiliki karakter yang unik dan berbeda. Ada sebagian orang yang memiliki kepribadian ramah dan menyenangkan dan ada juga orang yang memiliki kepribadian sebaliknya.Â
Orang dengan kepribadian yang tidak menyenangkan ini cenderung sulit berempati dengan orang lain dan sering memiliki pikiran negatif. Â Dengan demikian, kemungkinan menjadi ayah yang tegas dianggap lebih besar. Â Hal ini karena mereka akan kesulitan membangun hubungan dekat dengan orang lain, bahkan dengan anak mereka sendiri.
3. Tingkat Neurotisme Tinggi
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2018 di Iranian Journal of Psychiatry, menunjukkan bahwa strict parents cenderung memiliki tingkat neurotisisme yang cukup tinggi.
Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang mengacu pada kestabilan emosi diri sendiri. Â Neurotisme ditandai dengan kecemasan, keraguan, memiliki perasaan negatif terhadap berbagai hal, bahkan depresi.
Dampak Pola Asuh Strict Parents
Corak pengasuhan memainkan peran penting dalam membentuk karakter, kepribadian, dan kemampuan anak untuk menghadapi dunia. Termasuk dalam keterampilan sosial dan prestasi akademik. Orang tua yang termasuk dalam golongan orang tua yang tegas tentunya sangat menyayangi anaknya. Pada dasarnya, mereka ingin anak-anaknya menjadi yang terbaik dan mendapatkan hal-hal terbaik dalam hidup.
Namun, gaya pengasuhan apapun pasti akan memberikan dampak yang cukup besar bagi perkembangan anak. Entah itu corak pengasuhan yang sombong atau berwibawa, entah itu dengan orang tua yang memiliki kepribadian lembut atau keras, keduanya akan berdampak pada si kecil.
Dampak dari pola asuh strict parents terhadap anak-anak dapat beragam, tergantung pada faktor-faktor seperti kepribadian anak dan cara orang tua menerapkan pola asuh ini. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:
1. Tidak Bahagia dan Depresi
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh The Journal of Psychology, disebutkan bahwa anak-anak yang memiliki orang tua yang tegas cenderung tidak bahagia, cemas dan khawatir, bahkan mungkin menunjukkan gejala depresi. Mereka merasa tertekan dengan peraturan yang dibuat oleh orang tuanya dan selalu direndahkan oleh ekspektasi orang tua yang berlebihan. Perkataan buruk yang sering diucapkan dapat membuat anak trauma.
Â
2. Memiliki Gangguan Perilaku
Selain tidak bahagia dan tertekan, anak yang diasuh secara ketat cenderung mengalami gangguan perilaku. Â Hal ini dikarenakan anak merupakan peniru, sehingga mereka akan dengan mudah meniru perilaku yang ditampilkan oleh orang tuanya. Ketika orang tua mendisiplinkan anak dengan keras dan dibarengi dengan ancaman atau paksaan bahkan hukuman fisik, tentu saja anak dapat mencontoh hal tersebut dan memperlakukan temannya dengan tidak tepat. Â Akibatnya, anak akan memiliki sifat agresif, pemarah, dan impulsif yang sudah mengakar dalam diri anak sejak dini.
3. Menjadi Pribadi yang Suka Berbohong
Ketika orang tua mendisiplin anak dengan hemat, keras, dan tanpa kasih, hal itu dapat menimbulkan rasa takut. Â Untuk menghindari hukuman orang tua, anak boleh berbohong. Misalnya, saat berada di depan orang tua, anak berperilaku baik. Â Namun, ketika orang tua mereka tidak ada, mereka kembali berperilaku buruk. Â Selain itu, orang tua Orang tua yang tegas tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk berkata jujur. Â Hal ini tentu saja dapat membuat anak suka berbohong dan menyembunyikan sesuatu.
4. Melakukan Bullying
Orang tua yang sering menggunakan kekerasan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dari anaknya bisa saja mengundang perundungan atau bullying terhadap anaknya. Â Anak-anak belajar bahwa mereka dapat menggunakan paksaan dan bahkan kekerasan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari teman-temannya. Â Dengan demikian, anak akan beranggapan bahwa perlakuan kasar tersebut adalah sesuatu yang wajar. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Psychological Association, pola asuh yang ketat dapat menyebabkan anak menjadi pengganggu atau berteman dengan orang yang suka membully.
5. Kurangnya Rasa Percaya Diri pada Anak
Dikutip dari sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Adolescence, remaja perempuan yang dididik oleh orangtua otoriter tidak mampu membuat keputusan sendiri saat diberikan kesempatan. Hal ini terjadi karena mereka merasa kurang percaya diri.
Memiliki orang tua dengan pola asuh yang ketat membuat anak terbiasa didikte. Â Kemudian mereka merasa tidak percaya diri untuk mengambil keputusan sendiri karena takut keputusan yang diambilnya salah di kemudian hari dan sang anak akan berpikir bahwa jalan hidupnya adalah milik orang tuanya.
Perlu diingat kembali bahwa bersikap asertif adalah hal yang wajar dalam pendidikan, namun jangan lupa untuk memberikan apa yang menjadi hak anak salah satunya adalah kasih sayang. Â Begitu pula dalam belajar, sebagai orang tua memang harus tegas dalam menyuruh anak belajar, tapi jangan terlalu memaksakan. Karena jika seorang anak memiliki orang tua dengan orang tua yang tegas, maka akan berdampak buruk bagi kesehatan mental sang anak. Tanpa dukungan dan kasih sayang kedua orang tua, anak akan sulit berkembang di lingkungannya.
Sumber:
Habibah, Nurul. (2022), 'Tanda-Tanda Strict Parents, Penyebab & Dampaknya bagi Anak', altaschool.id, 19 Agustus 2022 [daring]. Available at: https://www.altaschool.id/blog/mengenal-strict-parents
Chrismonica. (2022), '8 Ciri Strict Parents dan Dampak Buruknya Bagi Anak, Bisa Bikin Si Kecil Tidak Bahagia, Loh Moms', Orami.co.id, 04 Juli 2022 [daring]. Available at: https://www.orami.co.id/magazine/strict-parents
Adzani, F. (2021), 'Mengenal Apa Itu Strict Parents, Ciri-Ciri, dan Dampaknya', Sehatq.com, 15 September 2021 [daring]. Available at: https://www.sehatq.com/artikel/ciri-ciri-strict-parents-dan-dampaknya-pada-anak
Ananda, (2022), 'Strict Parents: Pengertian, Ciri-ciri, & Dampak Anak Strict Parents', Gramedia.com, Juni 2022 [daring]. Available at: https://www.gramedia.com/best-seller/strict-parents
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H