Mohon tunggu...
Salwa Qozziyah
Salwa Qozziyah Mohon Tunggu... Guru - وفوق كلّ ذي علم عليم

Tuliskan apa yang kamu rasakan, jangan hanya merasakan apa yang oranglain tuliskan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbuat Baik Dimulai dari Diri Sendiri

4 November 2019   05:21 Diperbarui: 4 November 2019   05:23 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lamrimnesia.org/2016/11/18/jalan-untuk-menolong-sesama/

Sudah berganti hari, pun berganti minggu.

Apa saja yang telah kita lewati di minggu kemarin?

Kenapa? Masih sakit hati dengan orang yang tak sengaja ataupun sengaja menyakitimu?

Ketika kamu sudah berbuat baik ke orang, oranglain tidak berbuat demikian juga kepadamu.

Ketika kamu selalu ada buat dia, sebaliknya ia tak bisa selalu ada buat kamu.

Ketika kamu sudah membantu ia dalam kesulitannya, saat kamu dalam kesulitan ia lupa untuk membantu.

Ketika kamu sudah mempercayakan sesuatu, ia menciderai kepercayaan dengan mudahnya.

Ketika kamu mencoba berbaik sangka, justru ia selalu memandangmu sebelah mata.

Ketika kamu merasa tersakiti olehnya, ia merasa telah menyakitimu nggak ya? Boleh balas gak sih, kan geregetan ya liat ia bahagia-bahagia saja sedangkan ia telah sangat menyakitimu misalnya.

Permisalan tersebut selalu diawali dengan subyek "kamu". Sadar tidak sadar, penyebab sakit hati itu juga karena ada subyek "kamu" itu sendiri. Seringkali "kamu" terlalu berharap atas apa yang telah kita lakukan dan berikan kepada oranglain.

Ibaratnya begini, mayoritas individu lebih meguatkan pandangan mereka tentang prinsip "timbal-balik" dibanding prinsip "ikhlas" berbuat kebajikan di muka bumi ini. Maka dari itu setiap kebajikan yang dilakukan, (tidak lama kemudian) diam-diam dinanti timbal-baliknya. Lebih parahnya, menanti timbal balik dari orang yang telah diberikan kebajikan.

Ini tidak salah, namun tidak sepenuhnya benar. Tidak salah, karena sudah terpatri dalam pemikiran dan keyakinan seseorang bahwa setiap perbuatan terdapat balasan. Tapi apa kita ingat, siapa yang berhak membalas? Dalam bentuk apa balasan yang pantas pun kita tidak pernah tau.

Yang terpenting adalah kita selalu ingat dan yakin bahwa setiap perbuatan terdapat balasan. Apapun itu, perbuatan baik pasti dibalas dengan hal yang lebih baik, demikian juga perbuatan buruk pasti akan dibalas dengan hal yang lebih buruk. Kapan dan berupa apa balasan tersebut, biar Sang Pencipta yang berkuasa atas hal itu. Kita tidak berhak ikut campur dalam kuasa Tuhan.

So, sebelum terpengaruhi oleh apapun tetaplah berbuat baik. Apa yang ditanam, itulah yang akan dituai. Selamat beraktivitas....

Sumber : Refleksi diri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun