Contoh kecilnya adalah beberapa waktu yang lalu ramai dibahas di laman twitter yang merambah ke semua ranah sosial media mengenai kasus Novia Widyasari, tema yang bisa diangkat dari kasus ini adalah mengenai awareness masyarakat terhadap pelecehan seksual pada perempuan.
Chit-chat antar penyiar dan pendengar
Selain me-request lagu, radio biasanya menyediakan lapak untuk curhat, atau sekedar berbagi pengalaman atau cerita-cerita dari tema yang sedang di bahas. Jadi, sebagai pendengar pun bisa ikut menceritakan pengalaman, cerita dan lain sebagainya via telfon langsung atau sosial media.
Interaksi semacam ini di era 90-an lalu adalah salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para penikmat radio pada era itu, terutama bagi para kawula muda. Entah itu menunggu salam yang ditujukan kepadanya, atau menunggu salam yang dikirim melalui radio dibacakan oleh sang penyiar.
Dari poin-poin diatas tentunya bisa menjadi pertimbangan bagi kawula muda untuk kembali menikmati siaran radio. Karena radio pun masih bisa menjadi sarana hiburan dan juga informasi terkini, bahkan bagi para pecinta musik radio adalah salah satu sarana untuk menemukan lagu-lagu baru yang bagus, atau sekedar sebagai teman untuk sing a long.Â
Sebagian besar remaja masa kini pun masih sesekali mendengarkan radio ketika berada di mobil, itupun jika memang perangkat multimedia di mobil tersebut belum men-support slot usb, dan juga bluetooth.
Nah, meskipun kini zaman telah berganti, namun radio tetap mampu mempertahankan eksistensinya. Lantas, apakah satu diantara kalian tertarik untuk kembali mendengarkan dan menikmati keseruan radio?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H