Peserta didik pada jenjang menengah berada dalam fase remaja yang masih sangat rentan untuk mengalami berbagai tekanan baik itu dalam hal akademik, keluarga, masalah pertemanan teman sebaya serta berbagai tugas perkembangan lainnya. Hal tersebut tentu berdampak terhadap kesejahteraan peserta didik. Kesejahteraan atau Subjective wellbeing adalah suatu penilaian subjektif individu terhadap kehidupannya. Saat ini subjective wellbeing mempunyai peran yang penting untuk peserta didik, karena subjective wellbeing merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mempengaruhi hasil pembelajaran dan juga perkembangan pada peserta didik.
Subjective wellbeing adalah suatu penilaian subjektif individu terhadap kehidupannya, Kesejahteraan subjektif atau bisa dikenal dengan istilah subjective wellbeing merupakan faktor yang dapat mengurangi berbagai tekanan psikologis dan merupakan salah satu indikator yang menentukan kualitas hidup seseorang. Saat ini subjective wellbeing mempunyai peran yang penting untuk peserta didik, karena subjective wellbeing merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mempengaruhi hasil pembelajaran dan juga perkembangan pada peserta didik.
Upaya untuk terus meningkatkan kecenderungan peserta didik agar memiliki subjective well-being yang tinggi sejalan dengan tujuan pendidikan dalam kurikulum merdeka belajar. Konsep merdeka belajar yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara berfokus kepada kebebasan peserta didik untuk terus belajar secara mandiri dan kreatif, sehingga tercipta karakter peserta didik yang memiliki jiwa merdeka.
Upaya untuk meningkatkan subjective well-being yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dapat berupa berbagai macam layanan. Layanan tersebut bisa berupa layanan bimbingan klasikal menggunakan model pembelajaran eksperiental learning. Model pembelajaran eksperiental learning menurut Kolb (Hriri, 2017) merupakan sebuah proses untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan transfer pengalaman. Pengalaman tersebut merupakan katalisator yang membantu individu mengembangkan kemampuannya di dalam proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini, tindakan yang diambil oleh peneliti untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif peserta didik adalah layanan bimbingan klasikal dengan model pembelajaran eksperiental learning tentang regulasi emosi dan gratefulness yang dilaksanakan pada kelas X AK 2. Peneliti tertarik menggunakan layanan ini, karena dalam teknik eksperiental learning, peserta didik dapat mengungkapkan pengalaman pribadi mereka. Diharapkan, setelah dilaksanakan tindakan ini, peserta didik dapat mengulas kembali pengalaman mereka terhadap diri mereka dan mengavaluasi diri melalui brainstorming dalam layanan sehingga dapat meningkatkan subjective wellbeing yang mereka miliki.
Didapatkan hasil dari 27 peserta didik yang mengikuti seluruh kegiatan dari pre-test sampai post-test, rata-rata subjective wellbeing peserta didik mengalami kenaikan, sebelum dikenakan tindakan yaitu pada rata-rata skor 73, dan setelah diberikan tindakan maka rata-rata subjective wellbeing naik menjadi skor 82. Hasil ini merupakan bukti bahwa layanan bimbingan klasikal dengan teknik eksperiental learning efektif untuk meningkatkan subjective wellbeing peserta didik.
Penulis : Salwa Dania Humairo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H