Mohon tunggu...
Salwa Fadiah Afif
Salwa Fadiah Afif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

hobi nonton film

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif, Dan Pendekatan Kontruktivisme

11 November 2024   14:19 Diperbarui: 14 November 2024   10:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengertian Pendekatan Kontruktivisme

Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya. Menurut hill konstruktivisme merupakan bagaimana menghasilkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana memadukan sebuah pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.

Konstruktivisme individual dan sosial vygotski

Konstruktivisme individual dan sosial, menurut pandangan Vygotsky, adalah konsep yang menyatakan bahwa pengetahuan dikonstruksikan secara individual oleh setiap orang melalui proses internalisasi pengalaman, namun pada saat yang sama, proses ini sangat dipengaruhi dan dimediasi oleh interaksi sosial. Vygotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan budaya di mana individu tersebut berada. Ia percaya bahwa pembelajaran terjadi secara lebih efektif melalui kolaborasi dengan orang lain, di mana individu menerima bimbingan, dukungan, dan stimulus dari lingkungan sosialnya, termasuk melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli atau berpengalaman. Interaksi ini membantu individu dalam membangun dan memperdalam pengetahuannya, yang kemudian dikombinasikan dengan proses pemikiran internal secara individual.

Prinsip-prinsip dasar Konstrutivisme

Ada dua prinsip dari teori konstruktivisme Vygotsky diantaranya:

  • Bahasa memiliki peran penting dalam komunikasi sosial dan perkembangan kognitif. Proses komunikasi dimulai dengan mengindra simbol atau tanda, yang membantu individu membangun makna dan pengetahuan. Awalnya, Bahasa digunakan untuk interaksi eksternal, tetapi seiring waktu, ia menjadi alat internal untuk berpikir. Dengan demikian, bahasa tidak hanya memfasilitasi komunikasi, tetapi juga membentuk cara berpikir dan pemahaman individu melalui internalisasi simbol-simbol tersebut.
  • Zone of Proximal Development (ZPD) menggambarkan jarak antara apa yang dapat dilakukan siswa secara mandiri dan dengan bantuan. Pendidik berperan sebagai mediator yang membimbing siswa dalam mengonstruksi pengetahuan, memberikan scaffolding atau dukungan sementara yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Dukungan ini dikurangi secara bertahap seiring peningkatan pemahaman siswa, memungkinkan mereka untuk akhirnya mencapai kemandirian dalam belajarPengertian Kognitif

Proses mental yang melibatkan berpikir, memahami, dan mengingat informasi dikenal sebagai kognitif. Ini mencakup berbagai fungsi otak seperti persepsi, memori, perhatian, bahasa, penalaran, dan pemecahan masalah. Kognitif sangat penting untuk pembelajaran karena memungkinkan orang untuk memproses informasi dari lingkungan mereka untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Kognitif adalah serangkaian proses mental yang kompleks yang dimulai dengan penerimaan informasi dan berakhir pada pengambilan keputusan. Proses ini mencakup pemahaman, analisis, dan penilaian informasi yang kemudian digunakan untuk mengarahkan tindakan. Selain itu, Wulandari menekankan pentingnya pemahaman kognitif dalam pendidikan karena keterampilan ini memungkinkan siswa untuk menyerap, mengingat, dan menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah. Secara umum, proses kognitif mencakup semua hal yang berkaitan dengan berpikir dan memahami. Faktor seperti genetik, lingkungan, dan pengalaman pribadi memengaruhi proses ini. Dengan menggunakan pendekatan seperti pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran interaktif, guru memiliki tanggung jawab untuk mendorong perkembangan kognitif siswa.

Hubungan Kognitif Dengan Tingkah Laku dan Hasil Belajar

Kognitif memengaruhi tingkah laku seseorang, terutama dalam pendidikan. Kognitif mencakup proses mental yang digunakan untuk memahami, mengingat, dan memecahkan masalah. Individu yang memiliki kemampuan kognitif yang baik dapat menyerap dan mengelola informasi dengan baik, yang kemudian tercermin dalam tingkah laku mereka, baik dalam pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nurhadi, keterampilan kognitif yang baik dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam perilaku belajar yang positif. Siswa dengan keterampilan kognitif yang baik cenderung menunjukkan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi, berpartisipasi aktif dalam kelas, dan berusaha menyelesaikan tugas akademik secara mandiri. Siswa dengan keterbatasan kognitif, di sisi lain, dapat mengalami perilaku kurang aktif, seperti kesulitan untuk fokus, menghindari tugas, dan gagal menyelesaikan tugas secara mandiri, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh kognitif. Cara seseorang memproses informasi yang mereka terima sangat memengaruhi proses belajar. Hasil belajar siswa dengan kemampuan kognitif yang baik cenderung lebih baik karena mereka memiliki kemampuan untuk menganalisis data, memahami topik secara menyeluruh, dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam berbagai situasi. Perkembangan kognitif juga terkait dengan tingkah laku adaptif saat menghadapi kesulitan. Masalah pembelajaran yang kompleks lebih mudah ditangani oleh siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dan analitis. Mereka lebih peka terhadap perubahan situasi belajar dan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan metode pembelajaran mereka. Misalnya, siswa dengan kemampuan kognitif tinggi lebih mampu mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan menerapkan pengetahuan baru dengan lebih efektif dalam pembelajaran berbasis masalah, juga dikenal sebagai pembelajaran berbasis masalah

Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif individu tidaklah sama, meskipun terdapat teori-teori umum mengenai tahapan perkembangan. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perbedaan ini adalah faktor genetik. Setiap individu dilahirkan dengan potensi intelektual yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh variasi genetik yang mereka warisi. Potensi ini menentukan kapasitas otak untuk memproses informasi, kecepatan berpikir, serta kemampuan logika dan abstraksi. faktor genetik memainkan peran signifikan dalam
menciptakan variasi kemampuan kognitif antar individu, bahkan dalam lingkungan yang sama Gaya belajar juga memengaruhi perkembangan kognitif selain genetik. Belajar secara visual, auditori, atau kinestetik adalah preferensi pribadi. Anak-anak dengan gaya belajar visual cenderung lebih cepat memahami informasi melalui gambar atau grafik. Sementara itu, anak-anak dengan gaya belajar auditori lebih baik memahami informasi melalui komunikasi lisan. Metode pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa dapat meningkatkan pemahaman mereka dan perkembangan kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan individu sangat penting untuk pendidikan. Dunia sosial dan ekonomi juga memengaruhi. Anak-anak yang dibesarkan dalam
keluarga kaya biasanya memiliki akses yang lebih luas ke sumber daya pendidikan seperti buku, teknologi, dan institusi pendidikan. Sebaliknya, anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga miskin sering kali mengalami kesulitan dalam perkembangan kognitif karena
mereka tidak memiliki stimulasi yang cukup, tidak memiliki akses ke pendidikan berkualitas tinggi dan gizi yang memadai. Selain itu,minat dan motivasi belajar memengaruhi perkembangan kognitif setiap orang. Anak-anak yang sangat termotivasi dan tertarik pada suatu bidang cenderung lebih cepat mempelajari dan memahami informasi terkait daripada anak-anak yang kurang
tertarik. Ketika anak-anak memiliki minat yang kuat dalam pelajaran, motivasi intrinsik dapat menjadi pendorong utama untuk meningkatkan kemampuan kognitif mereka. Ini karena anak-anak akan lebih berusaha untuk memahami dan menyerap informasi. Oleh karena itu, menumbuhkan motivasi belajar sangat penting untuk pengembangan kemampuan kognitif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun