Mohon tunggu...
Salwa Ayu Rofiah
Salwa Ayu Rofiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Gen Z: Melaju untuk Mengglobal atau Nasionalisme Tertinggal

9 April 2024   13:27 Diperbarui: 9 April 2024   13:37 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjajaki dunia di mana segala hal bergerak secara cepat dan maju, menjadikan segenap aspek dalam kehidupan turut berubah dan memiliki lanskap masing-masing untuk dapat mendefinisikan kebanggaan serta rasa memiliki. Kebudayaan merupakan identitas atau ciri khas suatu bangsa yang begitu melimpah, beraneka ragam budaya Indonesia mulai dari sabang hingga merauke. Pengaruh masuknya budaya asing saat ini, patut menjadi kekhawatiran dan harus ditelaah bersama terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa kelak. 

Berikut diuraikan melalui kacamata penulis terkait dengan aspek-aspek kelokalan dalam beberapa tolak ukur yang ada, yakni melalui trend fashion, pariwisata, bahasa daerah, dan framing media.

Trend Fashion

Akses internet yang sangat mudah di era media sosial saat ini, mempengaruhi perilaku anak muda terhadap kebudayaan sendiri. Generasi saat ini cenderung lebih tertarik untuk meniru dan mengadopsi budaya luar secara berlebihan (Aris dkk., 2023). Dalam hal ini, anak muda cenderung memilih mencari tahu mengenai fashion yang sedang tren. Namun, tren fashion yang mereka cari bukanlah busana lokal, melainkan busana dari luar negeri. Tren berpakaian kebarat-baratan sudah dimulai sejak awal tahun 2000an (Aris dkk., 2023) dan saat ini fenomena Korean Wave mempengaruhi cara berpakaian generasi muda Indonesia (Jannah dkk., 2023). 

Fenomena Korean Wave beredar melalui media sosial, dimana para pengguna mengunggah foto atau video dengan pakaian aesthetic dari negara luar sehingga banyak diminati generasi muda. Namun pengaruh budaya luar yang berlebihan dapat menimbulkan pelestarian budaya lokal semakin memudar. Faktor tren ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk budaya populer, media sosial, selebriti dan mayoritas gaya hidup masyarakat (Pratamartatama dkk., 2024). Faktor yang sangat mempengaruhi tren fashion saat ini adalah kemajuan teknologi dan globalisasi dari penggunaan media sosial yang dapat mempercepat penyebaran informasi sehingga dampak dari fenomena tersebut adalah perilaku konsumtif dan mengubah norma-norma sosial. Terpaan globalisasi memberikan dampak negatif seperti hilangnya identitas budaya lokal dalam diri anak muda.

1190496-720-6614db8dc57afb564b446522.jpg
1190496-720-6614db8dc57afb564b446522.jpg
Berdasarkan data survei diatas dari Badan Pusat Statistik, impor baju bekas dari luar negeri pernah melonjak hingga 6 juta pada tahun 2019. Tingkat minat konsumen yang tinggi terhadap brand luar negeri menjadi salah satu faktor Indonesia dijadikan ladang pasar yang menjanjikan. Bahkan masyarakat tidak keberatan memakai baju bekas, karena label brand pada pakaian tersebut adalah yang terpenting. Padahal masih banyak produk lokal yang baru diluncurkan dengan harga terjangkau, namun kalah dengan identitas pakaian brand luar negeri. 

Salah satu upaya agar identitas lokal tidak memudar adalah meningkatkan minat khalayak pada brand lokal yang tidak kalah aesthetic dari brand luar negeri. Upaya agar brand lokal dapat tampil berkualitas, mahal dan masuk dalam pasar internasional seperti salah satu brand lokal yakni Erigo Store (Putri dkk., 2022). Produk tersebut harus sesuai selera anak muda dan mengikuti perkembangan zaman, sehingga dapat bersaing dengan brand lainnya. Upaya lainnya yakni mengadakan event terbuka untuk industri fashion tanah air dengan melibatkan influencer terkenal di Indonesia, sehingga dapat berdampak besar pada citra brand lokal. Pemberdayaan UKM Fashion dalam peningkatan penerapan teknologi modern untuk memasifkan promosi (Dutahatmaja & Fianto., 2024). 

Telah banyak budaya Indonesia yang mendunia seperti industri wastra yakni, kain tenun, kain batik, kain songket dan kain ikat. Namun, masyarakat masih acuh terhadap keindahan fashion lokal. Oleh karena itu, harapannya dalam setiap event acara besar Indonesia bisa membudayakan pemakaian busana dengan sentuhan budaya lokal. Dengan memperbanyak praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga budaya tersebut dapat dipertahankan dengan baik.

Beranjak pada aspek lainnya yang menjadi atensi penting dalam memaknai nilai-nilai nasionalisme yang ada ialah pariwisata atau tourism.

Dewasa ini, perkembangan pariwisata di Indonesia semakin beragam, terdapat beberapa ragam pariwisata yang berasal dari luar dan dalam negeri. Hal ini juga didasarkan pada minat generasi muda dalam mengetahui kondisi pariwisata yang ada. Tidak jarang pariwisata yang berasal dari luar lebih menarik ketimbang yang dimiliki sendiri. Melihat fenomena ini, literasi terhadap kepariwisataan untuk dapat mengetahui dampak apa yang dihasilkan dengan kehadiran mass tourism sangat penting untuk menjadi pemahaman bersama. Mass tourism merujuk pada sebuah kondisi yang terbentuk akibat adanya perilaku pariwisata secara global mengikuti keinginan pasar (standardisasi) demi memaksimalkan keuntungan (Kreag, 2003). Mass tourism dapat berimplikasi secara positif atau negatif pada kondisi kepariwisataan yang ada dalam sebuah area.

Pariwisata di Indonesia seringkali ditekankan pada pengembangan pariwisata yang berorientasi pada kuantitas wisatawan bukan pada kualitasnya. Dalam realitasnya pula, pengetahuan akan kepariwisataan dalam negeri belum secara masif menjadi pengetahuan umum dan lumrah, keterbatasan informasi menjadi celah dalam memupuk kehadiran perilaku acuh tak acuh atas kekayaan dalam negeri serta sulitnya langkah untuk dapat mencapai pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dalam memberikan pembangunan pemahaman terkait pengelolaan pariwisata di Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam serta manusianya. Namun, seringkali sumber daya alam dan manusianya menjadi tolak ukur keberhasilan untuk dapat memajukan keberlanjutan di sektor pariwisata yang berdampak cukup besar pada kehidupan. Pada segi promosi pula, ditemukan masih kurang masifnya penyebaran yang dilakukan, untuk generasi Z saja pengetahuan tentang budaya dan tempat lokal apa saja yang ada disekitarnya, seringkali kurang dapat dijawab dengan baik dan benar. Gen Z dalam memahami dan mengetahui pariwisata yang ada di Indonesia seringkali mendapatkan akses dengan mudah melalui media sosial, tak jarang pula pengetahuan mereka akan pariwisata yang terdapat di luar Indonesia pun turut kaya, bahkan melebihi pengetahuan akan nasionalnya sendiri. 

Pengemasan yang dilakukan pihak luar untuk dapat mengenalkan pariwisata yang dimiliki tak main-main, hingga akhirnya memberikan efek secara simultan dan kontinue terhadap minat generasi Z dalam mengetahui dan memahami apa yang dimiliki. Dari sisi lokasi tujuan, Gen Z hanya tertarik dengan tempat atau daerah yang memiliki pesona paling menarik dan banyak dikunjungi oleh sebagian besar orang. Namun, jika lambat laun hal ini terus dilakukan, akan mengurangi rasa bangga terhadap tanah air sendiri. Gen Z digadang-gadang menjadi penduduk yang memiliki porsi cukup besar saat ini, jika minat mereka tidak dapat dikendalikan. Bukan tidak mungkin keberlanjutan pariwisata akan ikut terdampak. 

Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY menilai Gen Z akan berperan penting dalam perkembangan pariwisata di Indonesia. Berdasarkan pengalaman, hal yang perlu digali adalah membuat produk-produk pariwisata sifatnya bukan lagi instan, tetapi berupa pengalaman yang bisa dibagikan dan interaksi menjadi hal yang wajib. Pola-pola perubahan ini perlu dilakukan bersama-sama. Terkait dengan adanya beberapa pola tren pariwisata di 2024, mestinya semua pihak adaptif mulai dari industri, pemerintah daerah dan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya penyadaran dan pengetahuan akan kekayaan pariwisata Indonesia untuk dapat menghidupkan kembali kecintaan terhadap tanah air dengan daya lokal yang melekat dan mengikuti perkembangan zaman yang ada melalui promosi di bidang digital tourism. 

Strategi perkembangan industri pariwisata 4.0 di Indonesia sendiri melalui 5 fase yaitu dream (berandai untuk bisa berwisata), planning (merencanakan apa yang akan dilakukan disana), booking (memesan pelayanan wisata), experiences (menikmati liburan), dan sharing (upload ke media sosial). Digital Tourism adalah strategi yang efektif untuk mempromosikan berbagai macam destinasi dan potensi pariwisata di Indonesia melalui berbagai platform sehingga tidak hanya sekadar mengenalkan, namun juga menyebarkan keindahan pariwisata secara meluas untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Melalui pengertian digital tourism, turut diperkenalkan pula E-Tourism sebagai sistem interaktif online yang mempermudah wisatawan untuk mendapatkan informasi dan melakukan pemesanan dengan cepat dan mudah. Berdasarkan definisi E-Tourism Caribbean Tourism Organization (2005), ada tiga unsur yang menjadi prasyarat dari e-tourism yaitu ICT (Information and Communication Technologies), Tourism dan Business.

Kepariwisataan yang telah dirancang melalui proses komunikasi secara modern juga tidak luput memiliki hubungan penting pada aspek selanjutnya yaitu komunikasi. Saat berkomunikasi akan terjadi penggunaan bahasa yang mempengaruhi transmisi pesan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Saat ini tak sedikit pula pencampuran atas dua bahasa digunakan, komunikasi dapat terbilang masih efektif, namun lambat laun pengetahuan serta pemaknaan akan bahasa nasional terutama bahasa daerah akan semakin asing. Pada hasil data long form sensus 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kemampuan penduduk Indonesia dalam mampu berbahasa Indonesia berada di angka 97,24% sedangkan penggunaan bahasa daerah dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga 73,87% dan penggunaan bahasa daerah dalam berkomunikasi di lingkungan tetangga/kerabat berada di angka lebih rendah yakni 71,93%.

whatsapp-image-2024-04-09-at-14-06-20-6614dbf214709349601c5cb2.jpeg
whatsapp-image-2024-04-09-at-14-06-20-6614dbf214709349601c5cb2.jpeg
Lebih lanjut pada data terlihat bahwa Gen Z dan post-Z menjadi generasi dengan persentase paling rendah dalam penggunaan bahasa daerah di lingkungan keluarga dan kerabat/tetangga. Kepunahan bahasa daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pertama, maraknya globalisasi dan modernisasi yang membuat tingginya perkembangan teknologi yang kemudian memudahkan bahasa-bahasa luar masuk ke Indonesia, kedua minimnya pewarisan bahasa daerah dari orang tua pada anak-anaknya, ketiga kurangnya minat dalam memilih bahasa daerah sebagai bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, dan keempat pengaruh perubahan demografis seperti migrasi masyarakat lokal yang berpindah tempat ke kota-kota yang pada umumnya tingkat variasi penduduk lebih tinggi menyebabkan bahasa daerah tidak sering. Kemajuan ini bisa membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya dapat memperluas koneksi dan memperkenalkan budaya kita kepada dunia. Namun, dibalik kemudahan pertukaran budaya, terdapat pula dampak negatifnya. Dimana terlalu mudah menerima budaya luar tanpa disaring, bahkan lebih mengagung-agungkan budaya luar dibandingkan budaya sendiri. Seperti bahasa asing yang lebih digemari daripada bahasa Indonesia, dan banyak masyarakat Indonesia yang berlomba-lomba menguasai bahasa internasional yang dipandang lebih keren, bermanfaat, dan bermartabat, hingga melupakan bahasa daerahnya. 

Hal ini berimbas pada kepunahan bahasa daerah, kita memiliki peran dalam mencegah kepunahan bahasa seperti berbicara dengan keluarga dan teman menggunakan bahasa daerah. Selain itu juga orangtua yang mengajarkan bahasa daerah kepada anaknya dengan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah juga dapat menyelenggarakan acara-acara yang dapat melestarikan bahasa daerah, seperti karya tulis, drama, dll. Juga dapat melakukan kampanye dan sosialisasi tentang pentingnya bahasa daerah. Kecintaan terhadap bahasa daerah harus terus dipupuk agar bahasa daerah tetap hidup. Dengan rasa cinta yang kuat, kita dapat memfilter budaya asing dengan baik dan menjaga kelokalan sebagai kebanggaan nomor satu.

Melalui beberapa aspek yang telah dipaparkan, pada aspek terakhir di mana segala hal dapat diakses dengan mudah dan menimbulkan berbagai pembentukan pikiran hingga tindakan, framing media turut menyumbangkan penguatan terhadap rasa nasionalisme di era sekarang ini. Pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia sangat cepat diserap oleh setiap lapisan masyarakat. Mulai dari perilaku, gaya bahasa, gaya pakaian serta pola pikir yang dipengaruhi oleh budaya luar. Tidak semua budaya yang masuk dapat dikatakan memberikan pengaruh yang buruk, namun kualitas sumber daya manusia kita sendiri yang cenderung konsumtif terhadap pengaruh yang datang dari luar, hal ini semakin lama jika dibiarkan akan membuat rasa nasionalisme masyarakat khususnya anak muda menjadi luntur (Octavian, 2014). Hal ini bukanlah permasalahan yang sederhana melihat dari sudut pandang globalisasi yang semakin maju. 

Segala upaya hingga sekarang ini telah dilakukan oleh para pengurus negara dan tenaga pendidik agar nilai-nilai nasionalisme masyarakat Indonesia tetap terjaga, dalam hal ini menurut kami diperlukan peran media massa dalam menyongsong hal itu. Media menurut Association for Educational Communications and Technology adalah suatu bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi. Jika dilihat berdasarkan jenisnya, media massa memiliki tiga jenis yakni media cetak, media online, dan media penyiaran (Wibisono, 2017). Pembentukan nilai-nilai informasi pada media massa sekarang ini lebih menjurus kepada ranah global daripada lokal, hal ini dikarenakan engagement isu global yang lebih banyak disukai oleh masyarakat sekarang ini, berbeda dengan zaman dulu yang lebih banyak memuat informasi lokal.

Sebagai contoh, pada awal tahun 2020, polling di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 64,8% penduduk, atau sebanyak 171,17 juta jiwa, merupakan pengguna internet. Data ini, yang diperoleh melalui kerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menggambarkan dominasi penggunaan internet, terutama sosial media, yang semakin meluas. Seiring dengan itu, penggunaan perangkat mobile phone dan smartphone juga meningkat secara signifikan, mencapai persentase 96% dan 93% secara berturut-turut, dengan mayoritas pengguna berada dalam rentang usia 16-64 tahun menurut data dari We Are Social pada tahun 2020 (Rohmah, 2020).

Penggunaan teknologi yang semakin menjadi kebutuhan primer dan tingkat konsumsi yang terus meningkat telah memunculkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Dalam era teknologi dan media sosial seperti sekarang ini, Generasi Z, yang merupakan generasi muda yang lahir di era digital, menghadapi tantangan menarik tentang bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri dalam konteks nasionalisme Indonesia. Media sosial memainkan peran besar dalam mempengaruhi pandangan mereka terhadap nasionalisme. Di satu sisi, media sosial membantu meningkatkan kesadaran akan identitas Indonesia. Mereka dapat terhubung dengan komunitas yang mempromosikan nilai-nilai nasionalisme seperti sejarah, budaya, dan prestasi bangsa. Namun, juga dapat turut mengaburkan rasa bangga akan identitas nasional.

Jika masyarakat zaman sekarang kurang tertarik kepada framing informasi di media cetak, langkah yang kini bisa dicoba untuk digunakan adalah dengan meningkatkan kualitas media kreatif dan penyiaran di Indonesia agar bisa menciptakan berbagai karya audio visual yang menyiratkan unsur-unsur nasionalisme Indonesia seperti gaya bahasa, pakaian khas, destinasi wilayah, sampai dengan perilaku masyarakat Indonesia yang memiliki norma-norma baik dalam lingkungan masyarakat, namun kembali dilihat ini akan menjadi tantangan juga untuk anak muda agar dapat menciptakan karya yang tidak monoton dan membosankan. Sebagai contoh salah satu film kartun sukses yang dikemas dengan nilai-nilai nasionalisme yakni adalah film kartun Upin & Ipin, pengemasan serial kartun tersebut dibuat dengan alur kisahnya yang mencerminkan nasionalis masyarakat Malaysia, mulai dari tutur bahasa, makanan khas, dan lain sebagainya, hal ini nantinya akan mempengaruhi kognitif para penonton khususnya anak-anak. Harapannya peran anak muda yang memiliki kelebihan di dalam ranah media kreatif dan penyiaran dapat mencoba membuat tayangan-tayangan yang dapat memicu perilaku kesadaran dan afektif masyarakat Indonesia.

Kehadiran berbagai media online pesan yang dikemas dapat dengan cepat tersalurkan kepada masyarakat luas, tentu saja pengemasan informasi dalam media online juga harus dibuat sekreatif mungkin agar dapat meningkatnya literasi penerus bangsa dalam informasi yang mengemas nasionalisme. Generasi Z menghadapi dilema antara rasa ingin mengglobal atau nasionalisme. Mereka memiliki peran penting sebagai agen perubahan untuk memperkuat nasionalisme melalui media sosial, namun juga perlu waspada terhadap pengaruh global yang bisa meredam rasa nasionalisme. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika ini, Generasi Z dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperkuat identitas nasionalisme Indonesia di tengah era digital yang terus berkembang.

The Key of Message

Indonesia saat ini sedang mengejar visi Indonesia Emas 2045, "Negara Nusantara Berdaulat, Maju dan Berkelanjutan". Dalam visi ini terdapat 8 agenda pembangunan yang direncanakan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, salah satunya pada Agenda ke-5, yaitu Memantapkan Ketahanan Sosial Budaya dan Ekologi, dimana agenda ini diharapkan dapat memberikan ketangguhan masyarakat dalam upaya menjaga keseimbangan dalam menghadapi bermacam perubahan dan guncangan akibat globalisasi. 

Dalam rangka ikut serta mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, sebagai generasi muda yang merupakan kunci dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 hal yang paling utama untuk dilakukan ialah dengan mencintai budaya tanah air. Dengan gerakan #MELOKALUNTUKMENGGLOBAL diharapkan anak muda dapat lebih dalam mempelajari dan memahami bahwa Indonesia bukan hanya sekedar batik dan kebaya, bahasa JakSel dan bahasa gaul, serta tempat wisata Bali dan Candi Borobudur. Indonesia kaya akan budaya, terdapat 48 Provinsi yang mencapai 17.001 pulau, sekitar 1.340 suku bangsa, hingga tervalidasi 718 bahasa daerah. Dengan mengenal budaya sendiri diharapkan dapat memunculkan semangat dalam berkarya kreatif untuk kemajuan dan pelestarian kebudayaan hingga mencapai arah perkembangan peradaban dunia. 

Setelah mengenal dan mencintai tanah air Nusantara, langkah-langkah yang dapat kemudian dilakukan agar bisa #MELOKALUNTUKMENGGLOBAL seperti:

  1. Meningkatkan Citra Brand Lokal dengan mengembangkan brand lokal yang memiliki kualitas dan estetika yang sebanding dengan brand luar negeri.

  2. Kedua mendukung industri fashion lokal serta membudayakan penggunaan busana lokal dalam setiap event-acara besar di Indonesia, sehingga budaya lokal dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Ketiga memanfaatkan digital tourism dan e-tourism untuk mempromosikan pariwisata Indonesia secara luas dan memudahkan wisatawan dalam mendapatkan informasi.

  4. Keempat mengoptimalkan peran media online dalam menyebarkan pesan-pesan yang memperkuat nilai-nilai nasionalisme kepada masyarakat luas melalui media sosial, terutama Generasi Z yang berperan penting sebagai agen perubahan.

Simpulan

Kebudayaan Indonesia yang gemilang dalam bidang fashion, pariwisata, dan bahasa daerah adalah warisan berharga yang harus dijaga dengan cermat oleh generasi penerus. Tantangan globalisasi, terutama dalam ranah teknologi, menuntut kita untuk menghadirkan inovasi dalam menyajikan pesan-pesan nasionalisme melalui media. Dengan mempertegas eksistensi industri fashion lokal, mengembangkan platform interaktif E-Tourism, dan mendukung pembelajaran bahasa daerah melalui teknologi, kita dapat memperkukuh nilai-nilai nasionalisme dan melangkah maju menuju visi Indonesia Emas 2045.

Daftar Pustaka : 

Aris, N., Setyaningrum, D., Aslam, M., Putri, S., Wulan, T., Fu'adin, A., & Nugraha, D. M. (2023). Pengaruh Budaya Asing Terhadap Kesadaran Kalangan Muda. Jurnal Pelita Kota, 4(2), 419-429.

Bulan, D. R. (2019). Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional bangsa Indonesia. JISIPOL| Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 3(2), 23-29. 

Cara Digital Jangkau Wisatawan Global (humasindonesia.id).

DIGITALISASI BAHASA DAERAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETAHANAN BUDAYA DAERAH | TEXTURA (piksi.ac.id) 

Dutahatmaja, A., & Fianto, A. Y. A. (2024). Peningkatan Kinerja Ukm Fashion Dengan Pendekatan Modificative Efficiency In Garment Assembly, Tailoring, And Repairing Operations Network (Megatron). ADM: Jurnal Abdi Dosen dan Mahasiswa, 2(1), 87-96.

Faridy, F., Amelia, L., & Umamah, C. U. (2023). Analisis Penggunaan Bahasa Daerah Sebagai Bahasa Ibu Pada Anak Usia Dini. AWLADY: Jurnal Pendidikan Anak, 9(1), 74-82. 

Fiaji, N. N. (2021). Eksistensi Bahasa Walikan Sebagai Simbol Komunikasi Pada "Gen Z" di Kota Malang. PENSA, 3(3), 378-385.

Hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 - Badan Pusat Statistik Indonesia (bps.go.id) 

Jannah, S. R., Khoirunnisa, Z., & Faristiana, A. R. (2023). PENGARUH KOREAN WAVE DALAM FASHION STYLE REMAJA INDONESIA. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KEBUDAYAAN DAN AGAMA, 1(3), 11-20.

Kemdikbud. Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses pada 28 Maret 2024, dari https://petabahasa.kemdikbud.go.id/index.php

Kemendikbud. (2017, 27 Februari). Kemendikbud Dorong Pemerintah Daerah Lestarikan Bahasa Daerah. Diakses pada 3 April 2024, dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/02/kemendikbud-dorong-pemerintah-daerah-lestarikan-bahasa-daerah

Kemendikbud. (2022, 30 Maret). Kolaborasi Kemendikbudristek dan Pemerintah Daerah dalam Merevitalisasi Bahasa Daerah. Diakses pada 4 Maret 2024, dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/03/kolaborasi-kemendikbudristek-dan-pemerintah-daerah-dalam-merevitalisasi-bahasa-daerah

Kreag, G. (2001). The Impacts of Tourism. Minnesota Sea Grant Program, 2001.

Mantri, Y. M. (2021). Digitalisasi Bahasa Daerah Sebagai Upaya Meningkatkan Ketahanan Budaya Daerah. TEXTURA, 2(2), 67-83.

Nugraha, A. W. S. W. PENTINGNYA LITERASI PARIWISATA DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE TOURISM DI BALI. Jurnal Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan (JIPKA), 2(1), 100-119.

Octavian, W. A. (2016). PERANAN PENGGUNAAN MEDIA FILM PADA PROSES PEMBELAJARAN PKN DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP NASIONALISME SISWA (Studi Deskriptif Analisis Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Palembang). JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL, 23(1). https://doi.org/10.17509/jpis.v23i1.2064

Pratamartatama, W. A., Fredline, R. A., & Djunaidi, M. L. P. (2024). Pengaruh Budaya Asing Terhadap Trend Fashion Mahasiswa Maranatha. MULTIPLE: Journal of Global and Multidisciplinary, 2(2), 1178-1189.

Pratikno, H. (2023). MENGAPRESIASI BAHASA DAN SASTRA DAERAH SECARA INTENSIF SEBAGAI KEKUATAN BANGSA DALAM MENGHADAPI ERA TEKNOLOGI DIGITAL: Intensive Appreciation of Regional Languages and Literature as A Nation's Strength in Facing The Era of Digital Technology. Jurnal Bastrindo, 4(2), 187-202.

Putri, R. F., Fitriani, E. W., & Sartika, S. H. (2022). Analisis Strategi Pemasaran Erigo Store Brand Fashion Lokal Indonesia Yang Mendunia. Transekonomika: Akuntansi, Bisnis Dan Keuangan, 2(5), 213-220.

Rapor Merah: Bahasa Daerah di Indonesia Akan Punah! | Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa - Kemendikbudristek (kemdikbud.go.id) 

Rohmah, N. N. M. (2020). Media sosial sebagai media alternatif manfaat dan pemuas kebutuhan informasi masa pandemik global covid 19 (kajian analisis teori uses and gratification). Al-I'lam: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 4(1), 1-16.

Strategi Digital Tourism dalam Menggaet Wisatawan (kemenparekraf.go.id)

UN tourism- Responsible, Sustainable and universally accessible tourism (unwto.org)

View of Upaya Masyarakat dan Pemerintah dalam Mencegah Kepunahan Bahasa Daerah untuk Menghadapi Tantangan Revolusi Industri di Era 4.0 (lppmunidayan.ac.id)

Warmayana, I. G. A. K. (2018). Pemanfaatan digital marketing dalam promosi pariwisata pada era industri 4.0. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Agama Dan Budaya, 3(2), 81-92.

Wibisono, G. (2019). Media Baru dan Nasionalisme Anak Muda: Pengaruh Penggunaan Media Sosial 'Good News From Indonesia' Terhadap Perilaku Nasionalisme. Jurnal Studi Pemuda, 6(2), 560. https://doi.org/10.22146/studipemudaugm.39264

Identitas Penulis

Program Studi: Ilmu Komunikasi A 2022 - Universitas Mulawarman

1. Yaasiina Nur Laila Aprilia : 2202056001
2. Frenita Virgo Simanullang : 2202056006
3. Eka Chayani Mustika Hati : 2202056012
4. Try Desy Rahmawati : 2202056020
5. Salwa Ayu Rofiah : 2202056027
6. Keisha Nadya Astuty Amalia: 2202056035
7. Vivid Huda Taghulihi : 2202056052
8. Alda Puspita Dewi : 2202056053

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun