Mohon tunggu...
Salwa Adelia Putri
Salwa Adelia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Menonton Film

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Sistem Drainase di Jakarta Utara Sulit Mengatasi Banjir ROB dan Hujan Lebat ?

10 Desember 2024   20:47 Diperbarui: 22 Desember 2024   09:34 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem drainase di Jakarta Utara menghadapi banyak kesulitan dalam menangani masalah banjir rob dan hujan deras karena berbagai faktor yang saling berhubungan. Salah satu faktor utama adalah penurunan tanah yang telah terjadi selama bertahun-tahun akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, beban infrastruktur yang berat, dan proses urbanisasi yang tidak teratur. Penurunan ini menyebabkan sejumlah area di Jakarta Utara berada di bawah level permukaan laut. Sebagai akibatnya, air pasang atau rob dapat dengan mudah menggenangi area daratan, meskipun sudah ada tanggul yang dibangun. Sayangnya, penurunan tanah ini bersifat permanen, sehingga semakin sulit untuk mengatasi masalah air laut seiring berjalannya waktu.

Selain itu, keterbatasan kapasitas sistem pembuangan air menjadi isu yang cukup serius. Sebagian besar infrastruktur pembuangan di Jakarta Utara dibuat beberapa puluh tahun yang lalu dan tidak lagi mampu menyerap peningkatan volume air akibat hujan lebat maupun limpasan air laut. Saluran pembuangan yang sempit, dangkal, dan seringkali tersumbat oleh sampah atau lumpur membuat situasi semakin buruk, sehingga air kesulitan mengalir dengan lancar menuju tempat pembuangan akhir. Pertumbuhan kota yang cepat dan pengelolaan tata ruang yang tidak teratur juga memperburuk permasalahan ini. Banyak area yang dulunya berfungsi sebagai zona serapan air sekarang telah dialihfungsikan menjadi kawasan beton atau permukiman yang padat, sehingga membatasi ruang bagi air untuk mengalir secara alami.

Perubahan iklim global semakin memperburuk situasi ini, dengan tingginya permukaan laut yang terus meningkat dan curah hujan yang semakin menjadi-jadi. Gabungan antara hujan lebat dan air pasang memberikan tekanan yang besar pada sistem pembuangan, yang sering kali tidak mampu menangani air dengan efektif. Meskipun pemerintah telah mendirikan tanggul besar dan menjalankan pompa air, kapasitanya sering kali masih kurang untuk mengatasi volume air yang tinggi selama musim hujan. Selain itu, pompa-pompa ini juga rentan terhadap masalah teknis atau kehilangan daya saat beroperasi dalam beban yang berat. Permasalahan ini semakin diperparah oleh adanya kekurangan dalam merawat sistem drainase dan pengelolaan lingkungan yang efektif. Banyak saluran drainase terhambat oleh sampah atau lumpur karena minimnya kegiatan pembersihan secara teratur. Ini menunjukkan rendahnya kesadaran publik mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta kurangnya kerja sama antara pemerintah setempat dan komunitas. Alat-alat seperti pompa dan tanggul seringkali beroperasi tanpa pengawasan yang memadai, sehingga rentan mengalami kerusakan pada saat-saat penting.

Selain itu, cara yang diterapkan masih sangat tergantung pada infrastruktur buatan tanpa adanya dukungan dari solusi yang berbasis alam. Contohnya, perbaikan ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, yang secara alami bisa mengurangi efek banjir rob, belum menjadi fokus utama. Sebenarnya, mangrove dapat bertindak menahan gelombang lautan, memperlambat masuknya air laut, sekaligus berfungsi sebagai daerah resapan alami. Area hijau di kota juga semakin berkurang akibat pembangunan yang masif, yang mengakibatkan kota kehilangan kemampuan untuk menyerap air hujan secara alami. Kondisi ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih menyeluruh untuk menangani masalah banjir di Jakarta Utara. Peningkatan kemampuan saluran drainase harus dilakukan bersamaan dengan perencanaan ruang yang lebih baik, pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, dan pendidikan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan saluran air. Solusi yang berbasis teknologi, seperti bendungan besar dan pompa, harus dilengkapi dengan pendekatan yang berorientasi pada alam, seperti penanaman pohon, rehabilitasi area resapan, dan perlindungan terhadap ekosistem pantai. Di samping itu, diperlukan kolaborasi antar sektor dan keberlanjutan dalam penerapan kebijakan agar tindakan yang diambil dapat memberikan efek jangka panjang. Gabungan dari berbagai inisiatif ini diharapkan mampu menurunkan risiko banjir dan secara signifikan meningkatkan sistem drainase di Jakarta Utara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun