Mohon tunggu...
Salwa Hafidzah
Salwa Hafidzah Mohon Tunggu... Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta

Hobi Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dark Psychology: Mengenal Tiga Kepribadian Gelap Manusia

25 Desember 2023   18:35 Diperbarui: 25 Desember 2023   18:41 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dark psychology (sumber: https://pixabay.com/)

The dark triad traits, teori tentang sisi gelap sifat manusia dalam dark psychology

“Pelajarilah ilmu psikologi dan akhiri dengan dark psychology, maka kamu akan menyeleksi orang-orang di sekitarmu dan lihat topeng siapa yang lebih bagus.” Pernahkah kalian mendengar kata-kata tersebut? Apa maksudnya? Jika kita belajar dark psychology, apa kita akan bisa melihat di balik topeng seseorang?

Bertebaran di media sosial konten dengan topik dark psychology. Kebanyakan konten di media sosial yang membahas dark psychology berputar pada teknik manipulasi. Ada yang membahas bagaimana cara memanipulasi orang lain untuk melakukan hal yang kita inginkan, cara menghadapi orang yang tidak disukai, bahkan cara memanipulasi seseorang yang kita sukai untuk suka balik pada kita. Apakah itu mungkin? Bagaimana cara melakukannya? Lantas, apa dark psychology hanya membahas tentang teknik manipulasi? Apa teori yang mendasarinya? Teori tersebut tentu akan dibahas pada artikel ini.

Apa Itu Dark Psychology

Dark Psychology (psikologi gelap) merupakan istilah yang digunakan untuk studi tentang kondisi dan kepribadian manusia yang berfokus pada sisi gelap sifat manusia. Dark psychology mengeksplorasi aspek-aspek yang lebih gelap dari jiwa manusia, seperti manipulasi, psikopati, dan narsisme. Ilmu ini biasa digunakan dalam kasus kriminal bersama dengan ilmu kriminologi. Dalam tingkat tertentu, sifat-sifat gelap tersebut dapat membawa seseorang menjadi sukses. Namun, dalam tingkat yang berlebihan dapat membawa efek negatif untuk diri sendiri maupun orang lain. Perlu diingat bahwa dark psychology merupakan istilah dan bukan cabang psikologi resmi.

Tiga Kepribadian Gelap Manusia 

Dark Psychology mengacu pada the dark triad traits, yaitu tiga kecenderungan kepribadian gelap manusia. Tiga kepribadian tersebut cenderung negatif karena dianggap dapat berbahaya untuk orang lain. The dark triad traits pertama kali dicetuskan oleh Psikolog Paulhus dan Williams (2002) pada journal of research in personality. Mereka menggambarkan bahwa terdapat tiga kepribadian gelap manusia yang bergerak bersamaan pada individu, yaitu machiavellianism, narcissism, dan psychopathy. Ketiga hal ini memiliki tingkatan keburukan yang akan berpengaruh pada perilaku seseorang.

Ilustrasi the dark triad (sumber: https://nobaproject.com/modules/psychopathy) 
Ilustrasi the dark triad (sumber: https://nobaproject.com/modules/psychopathy) 

1.   Machiavellianism 

Kepribadian machiavellianism merupakan kecenderungan seseorang untuk memanipulasi orang lain. Kita sering menyebut orang seperti itu sebagai manipulator. Kepribadian ini ditandai dengan manipulasi dan eksploitasi orang lain, ketidakpedulian terhadap moralitas, kurangnya empati, dan hanya mementingkan diri sendiri. Seseorang dengan trait ini sangat berorientasi pada tujuan meskipun dalam prosesnya harus menggunakan cara kotor. Oleh karena itu, seorang machiavelian cenderung lebih hati-hati dalam bertindak untuk mencapai tujuannya.

Seorang machiavelian memiliki sifat bermuka dua dan dingin secara emosional. Seseorang yang memiliki trait ini dalam tingkat yang tinggi dapat mengidentifikasi dan mengeksploitasi kelemahan orang lain sambil menyembunyikan kelemahan mereka sendiri. Mereka tidak tergerak oleh emosi orang lain dan bersikap acuh tak acuh terhadap keyakinan dan perilaku mereka sendiri. Mereka menganggap bahwa lebih baik memanipulasi daripada dimanipulasi. Kecenderungan untuk memanfaatkan orang lain ini dapat berasal dari kurangnya keterikatan emosional selama interaksi sosial dengan orang lain (Harrel, 1980).

2.   Narcissism 

Kepribadian narcissism cenderung haus akan perhatian, mementingkan diri sendiri, mendominasi, dan merasa paling berkuasa. Penilaian diri secara berlebihan merupakan ciri-ciri khusus dari trait ini. Mereka berpandangan secara berlebihan tentang diri sendiri, memiliki imajinasi yang tinggi terhadap suatu keberhasilan, merasa kagum dan bangga pada dirinya sendiri secara berlebihan, cenderung tidak menerima kritikan, serta tidak mau diajak kompromi atau bekerja sama (O’Boyle et al., 2012). Seseorang yang narcissism dapat terlihat sombong dan banyak tidak disukai orang lain karena sifat-sifatnya.

Bisa dibilang bahwa narcissism merupakan kecintaan yang berlebihan pada diri sendiri. Mereka ingin selalu menjadi pusat perhatian dan mendapatkan pujian dari orang lain. Mereka merasa bahwa dirinya lebih baik dan hebat dibandingkan orang lain. Dalam interaksi sosial, mereka juga cenderung lebih banyak membicarakan tentang diri sendiri. Semua hal hanyalah tentang dia. Dengan sifat seperti itu, mereka cenderung tidak memikirkan orang lain dan tidak memiliki rasa empati yang tinggi.

3.   Psychopathy 

Kepribadian psychopathy cenderung memiliki rasa empati yang rendah dan cenderung melakukan perilaku impulsif. Mereka secara emosional tidak peka dan tidak memiliki rasa penyesalan. Psychopathy dikaitkan pada kesadaran diri yang rendah, kurangnya kontrol diri, dan perilaku antisosial. Selain itu, trait ini memiliki kebiasaan untuk mencari situasi atau hal yang mendebarkan secara impulsif (impulsive thrill-seeker). Ciri mendasarnya adalah kurangnya rasa empati (Hare, 1999).

Karena sifat-sifat tersebut, mereka cenderung egois dan dapat melakukan tindakan yang sembrono, tidak pantas, tidak bermoral, bahkan kekerasan. Mereka juga kerap mengabaikan norma dan nilai sosial, tidak jujur, dan mudah frustrasi. Individu yang memiliki trait ini dalam tingkatan yang tinggi cenderung rentan terhadap gangguan mental. Namun, perlu diingat bahwa psychopathy bukanlah sebuah gangguan mental. Awalnya, psychopathy didiagnosis sebagai gangguan klinis, secara khusus sering disebut sebagai gangguan antisosial. Akan tetapi, penelitian terbaru mengungkap bahwa psychopathy dianggap sebagai personality traits.

Bagaimana Dampaknya Dalam Kehidupan Sehari-Hari? 

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita pernah bertemu dan berhadapan dengan orang yang memiliki sifat seperti itu. Seorang machiavelian melakukan manipulasi dalam bentuk gaslighting, menghasut, love bombing, bahkan playing victim untuk mencapai tujuannya. 

Seseorang yang narcissism selalu berfokus pada dirinya sendiri atau yang sering kita sebut self-centered. Istilah gaul “pick me” untuk orang yang selalu merasa dirinya berbeda dan lebih baik dari orang lain juga diberikan kepada orang yang narcissism. Sementara itu, seseorang yang memiliki trait psychopathy tidak dapat mengontrol perilakunya sendiri yang dalam tingkat tertentu dapat mengalami gangguan mental seperti anger issue.

Paulhus dan William (2002) mengemukakan bahwa semua orang punya kecenderungan dark triad traits dalam tingkat yang berbeda. Ada yang kecenderungannya lebih tinggi sehingga dapat merugikan orang lain dan ada yang kecenderungannya lebih rendah sehingga masih terkontrol dan tidak membawa pengaruh negatif. 

Dalam tingkat yang tinggi, pengaruh negatif dapat dirasakan seperti contoh yang sudah disebutkan di atas. Namun, dalam tingkat yang lebih rendah dapat membawa pengaruh positif untuk kehidupan sehari-hari. Misalnya trait machiavelianism dipakai untuk menghadapi orang yang tidak suka pada kita. Dalam dunia pekerjaan juga dapat dipakai sebagai metode persuasi untuk membuat orang lain setuju dengan omongan kita. Trait narcissism dapat membuat kita lebih menghargai dan percaya pada diri sendiri. Oleh karena itu, trait ini tidak selalu buruk asal memiliki tujuan yang baik.

Dalam suatu hubungan, seseorang yang memiliki kecenderungan dark triad traits yang tinggi sering melakukan manipulasi untuk kepentingan diri sendiri. Contohnya perilaku gaslighting. Mereka memanipulasi pasangannya agar tidak yakin dengan dirinya sendiri dengan menggunakan narasi palsu dan kalimat yang seakan-akan menyalahkan pasangannya, seperti: “Aku selingkuh juga gara-gara kamu.” Tentu kita banyak menjumpai kasus seperti ini dalam media sosial. Saat si manipulator ketahuan selingkuh, alih-alih minta maaf dia justru menyalahkan pasangannya. Dari sana, pasangannya itu akan mempertanyakan kesalahan dirinya dan membuatnya tidak yakin pada dirinya sendiri. Terjadinya banyak kasus seperti ini juga memunculkan istilah baru dalam masyarakat seperti pasangan red flag dan toxic relationship.

Lantas bagaimana cara keluar dari hubungan dengan seseorang yang memiliki kecenderungan dark triad traits yang tinggi? Kita dapat mulai dengan sayangi diri sendiri. Sadarilah bahwa kita pantas mendapatkan yang terbaik. Dari sana, mulai jaga jarak dan jadilah mandiri. Jangan bergantung pada pasangan toxic. Tinggalkan saja jika sudah berlebihan. Lalu, kelilingi diri dengan orang suportif. Dengan berada di lingkungan yang suportif, kita dapat terpengaruh untuk terus berkembang ke arah yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun