"Posisi duduknya yang bener dong, Pak!" Nenek yang naik bareng Alea menegur.
"Makanya punya badan yang gemuk-gemuk, nyusahin orang aja!" bentak si bapak tanpa mau mengubah posisi duduknya.
Si nenek kesal, dia yang berada di samping bapak itu, mendorong si bapak, yang berada di ujung. Beruntungnya pintu angkutan kota saat ini tertutup dan ber-AC.
Si Nenek dan si Bapak itupun beradu argumen. Membuat mobil yang awalnya dingin, menjadi panas.
"Bisa diam, nggak? Atau saya berhentikan saja di sini?" tegur Pak Supir kesal, "Itu harusnya muat empat, Pak! Duduknya yang bener, dong! Kalo bikin nggak nyaman, bapak turun saja!" kata Pak Supir memperhatikan si bapak keras.
Bapak itu beringsut meluruskan duduknya, hingga kedua penumpang baru itupun bisa duduk dengan nyaman.
Matahari belum muncul. Namun hawa di angkutan umum itu terasa terik. Bapak itu melirik tajam si nenek, yang juga tak kalah garang.
Si bapak yang egois, tak menyadari kesalahannya. Wajahnya masam sekali.
"Bus stop ya, Pak!" ujar Alea.
Alea turun dengan dua penumpang lain yang tadinya naik bersamanya.
"Rame sekali tadi di belakang?" tegur Pak Rusdi yang duduk di samping supir.