Mohon tunggu...
Salwa AmaliaKaysan
Salwa AmaliaKaysan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Introvert yang hobi melukis, menulis dan mendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ipeh

16 Oktober 2024   07:32 Diperbarui: 16 Oktober 2024   07:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oooh!" gumam Cantika sedikit kecewa.

Namun, jawaban sang mama memang benar dan wajib dilakukan. Komunitas yang dirintisnya itu, tengah merintis dan bangun jaringan. Dia yang hanya anak yatim, sudah memutuskan untuk komitmen merintis suatu komunitas sosial.

Komunitas non profit, karena ingin berbagi praktik baik untuk masyarakat. Prinsipnya yang idealis, dan sering mendapatkan cemoohan orang julid.

"Orang miskin aja belagu, merintis komunitas literasi! Buat makan aja susah, pakai belagu, mikirin literasi untuk anak kalangan bawah!".

Begitu banyak celotehan yang nyaris membuatnya mundur. Dia memang melihat kenyataan di sekelilingnya. Rata-rata pegiat literasi cilik, berasal dari keluarga mampu. Mereka bersekolah juga, yang khusus anak-anak berprevilege, alias high class.

Cantika sering mendampingi sang mama, mengikuti workshop literasi. Dari sana banyak cerita ketertinggalannya anak-anak dari kalangan bawah.

Tentu saja tertinggal, karena anak-anak dari kalangan bawah, pastinya tak mempunyai dana untuk memenuhi kebutuhan baca buku-buku bermutu. Orang tua mereka akan lebih memilih membeli kebutuhan makan, daripada membeli buku.

Dari hal itu, Cantika ingin memulai praktik baik dari dirinya yang berasal dari kalangan bawah, anak yatim dengan seorang ibu, yang hanya seorang buruh serabutan.

Hingga gerakannya sering ditanggapi miring. Namun, hatinya bertekad kuat. Suatu praktik baik, tidak harus menunggu mapan, dewasa atau berkecukupan secara materi. Niatnya dalam berbagi praktik baik sangat kuat.

Komunitasnya berjalan dari dana pribadi, yang didapatkan dari hadiah lomba-lomba, atau 10% dari santunan, yang sering didapatkannya.

Cantika trus melakukannya selama bertahun-tahun, dan komunitasnya terus berkembang. Susah senang, jatuh bangun dan pahit manis selama menjadi pegiat literasi cilik, sudah dialami dan dinikmatinya dengan ikhlas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun