Bocah Pejuang Mimpi
Karya; Salwa Amalia Kaysan
Di ujung kota Jakarta, tinggal satu keluarga yang terdiri dari ibu dan dua anaknya. Sang ibu menggiatkan literasi keluarga. Menyediakan waktu untuk sekedar bisa membacakan nyaring, untuk putra bungsunya.
Kegiatannya dilandasi dari pengalaman putri sulungnya, yang speech delay, karena kurang interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga.
Kay, sejak usia enam bulan, memang dititipkan kepada sang nenek, karena ibunya harus bekerja sebagai tulang punggung keluarga.
Kehidupan ekonomi keluarga dipikul oleh sang ibu, hingga membuat Kay kecil terabaikan.
 Hingga sebuah tragedi menimpa Kay, membuat sang ibu memutuskan untuk berhenti bekerja untuk mulai fokus mengurus Kay.
"Bu Ani, Kay masuk UGD!" ujar Tyas pelan.
Ani yang sedang presentasi terkejut dan meraih hape yang disodorkan Tyas. Saat itu Ani sedang meeting bersama salah satu group retail terbesar di Jakarta.
Dia meminta Tyas memegang hapenya, agar bisa memantau, jika saja ada kabar dari sang ibu, Nek Tari, dan putrinya, Kay.
Bagi Ani, Kay adalah prioritas. Walau sedang sibuk bekerja, Ani tetap menyempatkan diri untuk menghubungi Kay atau ibunya.