Dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Mataram sukses menggelar program pengabdian masyarakat di Dusun Kuranji Bangsal, Desa Kuranji Dalang, Lombok Barat, pada Jum'at (24/5/2024).
Dalam program pengabdian masyarakat ini, kami memberikan pendampingan dan pelatihan kepada kelompok Karunia pengolah abon ikan 'Sasakite' mengenai pengolahan limbah organik menjadi pupuk kompos.
Produksi abon ikan 'Sasakite' oleh kelompok Karunia menghasilkan limbah organik yang cukup banyak, seperti sisa tulang belulang ikan, hingga sisa-sisa bumbu dapur. Apabila limbah tersebut dibiarkan, akan mengeluarkan bau yang tidak sedap dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Menanggapi masalah tersebut, kami dari Program Studi Ilmu Kelautan berinisiatif untuk memberikan pelatihan pengolahan limbah organik. Kami berharap pelatihan ini dapat mengurangi jumlah limbah organik di lingkungan pesisir, sehingga kebersihan lingkungan pesisir tetap terjaga dan meningkatkan nilai ekonomi limbah organik dengan mengubahnya menjadi pupuk kompos.
Pengolahan limbah organik menjadi pupuk kompos dipilih karena berhubungan erat dengan SDG's poin 12, yaitu "Pertanggungjawaban Konsumen dan Produksi yang Berkelanjutan". Proses ini mencerminkan pendekatan berkelanjutan dalam produksi pangan dengan mengurangi limbah dan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Dengan mengolah limbah ikan yang umumnya dianggap tidak bernilai menjadi pupuk kompos, akan menciptakan sebuah produk bernilai tambah dari sisa-sisa ikan yang sebelumnya diabaikan.
Kegiatan dimulai dengan sesi sosialisasi dan penyuluhan yang dipimpin oleh dosen Ilmu Kelautan Universitas Mataram, sekaligus ketua tim pengabdian, Dr. Nurliah, S.Pi., M.Si. Ketika sosialisasi berlangsung, kami menjelaskan kepada peserta secara terperinci mengenai bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pengolahan limbah menjadi kompos hingga teknik pengolahannya.
Terdapat dua metode pengolahan limbah yang kami ajarkan kepada kelompok Karunia pengolah abon 'Sasakite', yaitu metode tanam dan metode ember bertumpuk. Limbah hasil pembuatan abon yang berupa tulang belulang ikan akan diolah menjadi kompos dengan metode tanam. Sedangkan, limbah yang berupa sisa-sisa bumbu dapur akan diolah menjadi kompos dengan menggunakan metode ember bertumpuk.
Setelah penyampaian teori, kami mengajak peserta untuk mempraktikkan langsung cara pengolahan limbah organik menjadi kompos. Dalam sesi praktik, kami memberikan pendampingan secara intensif untuk memastikan setiap langkah dilakukan dengan benar. Praktik secara langsung dapat membantu peserta memahami setiap langkah pengolahan limbah lebih mendalam sehingga kedepannya mereka mampu untuk melakukannya secara mandiri.
Sebagai informasi, Kelompok Karunia pengolah abon ikan 'Sasakite' merupakan salah satu kelompok yang bekerja sama dengan Universitas Mataram. Kelompok Karunia telah berdiri sejak tahun 2017. Pada masa awal berdiri, mereka memproduksi sekitar 5 kg abon ikan per bulan. Kini, dengan permintaan pasar yang semakin meningkat, mereka mampu memproduksi 50 kg abon per minggunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H