Mohon tunggu...
Salsha Yuslia
Salsha Yuslia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

menuntut ilmu di UIN Sunan Kalijaga khususnya Ilmu Komunikasi 2013

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maling Cargo Senilai Rp500 Juta Tertangkap

5 Januari 2014   20:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:07 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga porter di Bandara Internasional Supadio, Pontianak, Kalbar ditetapkan sebagai tersangka pencurian perhiasan senilai Rp 500 juta.” (news.detik.com)

Seketika Ambu Gambreng terlihat gembira mendapati berita itu dan segera membacanya dengan penuh antusias. Tiba-tiba Mang Ikin datang menghampiri si ambu yang sedang membaca berita di media online. Sambil nyeruput kopi bagiannya, mang Ikin berkata “Ambu ini udah inin-inin (red:nenek-nenek) tapi masih kemayu, pagi pagi udah buka Notebook. Kalah si teteh sama ambu.Tanpa reaksi yang berarti, ambu tetapmelototi Notebook putih berlogo belimbing miliknya. Mang Ikin melanjutkan celotehnya Ambu, sudah bukan jamannya lagi bagi ambu pegangannya Notebok, harusnya ambu itu pegangannya Alqur’an tiap pagi ngaderes baca Qur’an.” Kata Mang Ikin slow mengira si ambu tidak perhatian, sebab bagi Mang Ikin lontaran omongannya itu sekedar ledekan bagi sang ibu yang sudah tua tetapi masih aktif mengikuti berbagai hal kejadian, bahkan terkesan uptodate.

Tiba-tiba Ambu Gambreng melepas pandangannya dari Notebook di hadapannya.Tidak ada komentar apapun kecuali senyumnya yang lantas mengembang seolah menemukan sekarung emas. Mang Ikin sebagai anak khawatir, jangan-jangan si ambu mengawali protes dengan senyuman, gara-gara omongannya meledek ibunya. Mang Ikin kecut hatinya,dia pura-pura tidak melihat wanita tua itu, kepalanya di tundukan melihat isi gelas kopi ditangannya.Dan si ambu masih tersenyum puas.

“Ikin... yeuh.Kata Ambu Gambreng sambil tetap tersenyum. Mang Ikin terkesiap mendengar namanya dipanggil. Ambu Gambreng melanjutkan bicara nya “Ikin, itu tadi ambu baca di Detik.com kalau para pencuri perhiasan istri perwira polisi sudah ditangkap dan dijadikan tersangka.Katanya sambil melihat wajah anaknya yang terlihat gagap. “Alhamdulillah Ikin, mudah-mudahan para pencuri bagasi pesawat pada takut setelah kejadian ini.”Dalam hati Mang Ikin grundelYa Allah. Kok bias-bisanya si ambu berkata semoga pencuri bagasi pada takut, emang banyak apa pencuri bagasi pesawat terbang? Emang kejadian seperti ini sering terjadi? Kok nggak pernah ada pemberitaan di Televisi?”

Melihat anaknya diam, ambu melanjutkan omongannya “Kin, ambu pernah diceritain sama anak teman ambu, kalau dia kehilangan uang yang disimpan di dompet dalam koper. Banyaknya 1.000 $ US. Waktu itu dia pulang mau pulang ke Indonesia dan uang itu sengaja dia sisihkan. Tidak dimasukan ke rekening di bank karena mau dikasih ke ibunya.Mang Ikin melongo sejenak lalu bertanya “ Kok bias?Emang bandara banyak copetnya?” Kalau Ikin lihat sih banyak petugas keamanan di sana kok bisa kehilangan gitu yah?”

“Ih ari Ikin, namanya juga pencuri.Lebih pandai dari polisi atuh jang.Kata ambu Gambreng. “Terus ketangkep enggak pencurinya ambu? Tanya lelaki berkuming tipis itu pada ibunya sambil sesekali nyeruput kopi hitam kesukaannya. “Katanya sih enggak Kin, sudah laporan kepolisi juga sampai beberapa lama tidak ada tanggapan.Sambung ambu Gambreng “Nah ambu, kalau gitu mungkin juga ada pencurian lain selain dua kasus yang kita tau.Lanjut Mang Ikin sambil ngosom, mulutnya penuh dengan pisang goreng bikinan ambu. “Bisa jadi jang, hanya karena yg lapor bukan pejabat aja makanya nggak terus di proses atau di teliti lebih jauh, buktinya kasus istri polisi yang kehilangan permata dari bagasi aja kalau ditindak lanjuti terungkap dalam tempo beberapa jam saja. Jawab ambu Gambreng dengan penuh semangat karena rasa keadilannya terusik.“Bener pasti gitu ambu, soalnya yang lapor bukan pejabat tinggi atau orang penting di republik ini,atau bahkan mungkin juga yang kehilangan malas lapor karena barang yang hilang bukan barang berharga, walapun penting bagi yang kehilangan. Sambung mang Ikin.

“Jang.Ambu berbicara dengan mimik serius “Sebetulnya bukan berharga dan tidaknya suatu barang yang hilang yang harus jadi catatan bangsa ini, tetapi bagaimana kita sebagai rakyat harus saling mendidik untuk menegakan kebenaran dan kejujuran. Bagaimana kita mau maju kalau sesama rakyat saja sudah malas saling mendidik dalam kejujuran dan kebenaran, ketika kita tidak peduli karena kemalasan kita untuk berbuat kebenaran dan kejujuran, maka akan semakin banyak lagi kejadian serupa atau kejadian-kejadian lain yang merusak moral bangsa.Ibu tua iniberbicara bak seorang ustadzah yang sedang memberi tausiah pada umatnya.

Mang Ikin merasakan apa yg disampaikan ibunya itu benar “Ambu? Kok ambu bicara seperti mamah dedeh saja, emang ambu tau bagaimana moral yang baik? Mang Ikin balik bertanya pada ibunya dengan mimik lebih serius. Padahal ambu teh kerjaannya buka Notebook aja. Mana pernah ngaji qur’an apalai mendengar tausiyah, da habis shalat subuh juga ambu mah yg dicari modem sama Notebook, masak juga disambi lihat-lihat Notebook.Kata Mang Ikin sambil nyegir. “Ih ari Jang, kamu teh ketinggalan jaman yah, makanya kamu harus tau kenapa ambu rajin buka Notebook.Biar cucu ambu, si Teteh yang katanya mahasiswa, juga termotivasi sama kelakuan ambu.Jangan hanya main aja.Biar Notebook dia juga bermanf’aat untuk dia ngembangkan ilmu dan wawasan berpikirnya. Jawab ambu gambreng dengan berapi api.“Yeuh Jang.Di internet itu ada yang namanya embah google.Itu simbah serba tau dan serba bisa, jangan kamu kaget kalau si embah juga bisa nuntun kita baca Qur’an dan Hadist, asal kita mau aja." Serbu Ambu ke Mang Ikin.Mang Ikin membalas omongan Ibunya dengan tersenyum bangga dan hatinya berkata, “weleh weleh, ternyata nggak percuma yah beliin teteh dan ambu Notebook. Alhamdulillah Ya Allah, semoga niat baik hamba mendapat Ridho-Mu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun