Dalam hubungan internasional, kedaulatan negara adalah prinsip dasar yang dihormati oleh semua pihak. Salah satu bentuk konkret dari penghormatan terhadap kedaulatan adalah sovereign immunity atau imunitas kedaulatan. Prinsip ini memberikan perlindungan kepada negara agar tidak dapat dituntut di pengadilan negara lain tanpa persetujuannya. Namun, penerapan prinsip ini sering kali menjadi topik yang kontroversial.
Prinsip Dasar Imunitas Kedaulatan
Imunitas kedaulatan berakar pada doktrin par in parem non habet jurisdiction, yang berarti bahwa subjek hukum yang setara tidak memiliki yurisdiksi satu sama lain. Pada intinya, ini menegaskan bahwa sebuah negara tidak dapat diadili oleh pengadilan negara lain, karena status mereka yang setara dalam hukum internasional.
Prinsip ini terbagi menjadi dua bentuk utama:
Imunitas Mutlak (Absolute Sovereign Immunity)
Dalam prinsip ini, negara tidak dapat dituntut di pengadilan asing, baik untuk tindakan resmi maupun komersial. Prinsip ini dulu diterapkan secara luas pada abad ke-18 dan ke-19, dengan tujuan menjaga hubungan diplomatik yang harmonis.
Imunitas Terbatas (Restrictive Sovereign Immunity)
Seiring waktu, pendekatan ini berkembang. Imunitas hanya berlaku untuk tindakan resmi negara (jure imperii), sementara tindakan komersial atau sipil (jure gestionis) tidak lagi dilindungi. Contoh kasus penting yang mencerminkan perubahan ini adalah The Schooner Exchange v. McFaddon.
Kasus-Kasus Penting dalam Imunitas Kedaulatan
Salah satu kasus terkenal terkait imunitas kedaulatan adalah perselisihan antara Jerman dan Italia di Mahkamah Internasional. Dalam kasus ini, Mahkamah menegaskan bahwa tindakan resmi yang dilakukan oleh Jerman selama Perang Dunia II, meskipun kontroversial, dilindungi oleh prinsip jure imperii. Hal ini menunjukkan bahwa hukum internasional tetap memberikan imunitas terhadap tindakan resmi negara, terlepas dari dampaknya.
Sebaliknya, kasuskasus yang melibatkan tindakan komersial sering kali memperlihatkan hasil yang berbeda. Pada kasus Luther vs. Sagor, tindakan nasionalisasi perusahaan diakui sebagai tindakan resmi negara, tetapi proses pengadilan menunjukkan batasan penerapan imunitas dalam konteks tertentu.
Dilema Imunitas Kedaulatan
Meskipun bertujuan melindungi kedaulatan negara, imunitas kedaulatan sering kali dipertentangkan dengan prinsip keadilan global. Tindakan komersial negara yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain tidak selalu mendapatkan perlindungan, karena dianggap sebagai aktivitas yang menyerupai tindakan individu atau perusahaan swasta.