Mohon tunggu...
Salsa Riski Aulia
Salsa Riski Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Saya seorang mahasiswa S1 Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang ingin menulis artikel di blog Kompasiana ini dengan beberapa pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memahami Kecanduan: Mekanisme Penguatan Positif dan Negatif dalam Konsumsi Berulang Obat Psikotropika

12 Mei 2024   11:58 Diperbarui: 12 Mei 2024   12:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tahukah Anda, bahwa di Amerika Serikat ada satu orang meninggal setiap 12 menit dikarenakan overdosis obat. Lantas mengapa orang-orang tersebut terus menggunakan obat psikotropika meskipun mengetahui bahaya yang ditimbulkan? Akankah mereka mengalami kecanduan yang dapat mengubah otak, sehingga obat psikotropika bukan lagi sebagai penyembuh melainkan menjadi obat mematikan? Essay ini akan mengupas tuntas kecanduan akan obat psikotropika dengan mekanisme penguatan positif dan negatif yang mendasari kecanduan tersebut.

            Kecanduan bukan hanya sekedar ketergantungan akan suatu kelemahan moral. Kecanduan adalah kondisi kronis yang melibatkan perubahan neorologis di otak sehingga kehilangan kontrol atas penggunaan zat atau perilaku tertentu meskipun terdapat konsekuensi negatif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan, pengalaman hidup bahkan genetika. Mekanisme positif dan negatiflah yang menjadi salah satu hal mendasar bagi seorang pecandu. Mekanisme tersebut juga biasa disebut mekanisme penguatan. Penguat positif adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan perilaku akan terulang dan penguat negatif adalah stimulus yang menghilangkan konsekuensi yang tidak dinginkan.

            Pembahasan yang lebih jauh tentang mekanisme penguatan positif dan negatif dalam kecanduan obat psikotropikan akan menjadi fokus utama dalam essay ini. Bukan hanya tentang mekanisme penguatan untuk memahani bagaimana indvidu berperilaku, tapi pembahasan yang lebih dalam diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk mengembangkan strategi pencegahan dan intervensi yang efektif sehingga menjadi upaya yang berarti  untuk mengurangi dampak kecanduaan pada individu, keluarga, dan masyarakat.

            Pemakaian obat psikotropika atau kecanduan obat psikotropika adalah suatu kondisi kronis individu yang terdorong untuk menggunakan obat-obatan psikotropika secara terus-menerus. Proses bisa terjadinya kecanduan adalah saat seseorang pertama kali mencoba obat psikotropika karena memiliki banyak alasan, seperti tekanan sosial, upaya mengatasi masalah emosional hingga bisa saja karena rasa ingin tahu yang tinggi. Setelah psikotropika dirasa menghasilkan efek euforia atau persaan senang dan puas, seseorang tersebut akan membuat pengalaman tersebut menjadi pengalaman yang positif sehingga ia mencoba untuk mengulangi penggunaan obat, dengan harapan mendapatkan rasa tenang dan nyaman yang serupa dan kejadian tersebut akan terus terulang sehingga membuat kecanduan. Kecanduan tersebut akan menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis yang membuat individu membutuhkan obat untuk berfungsi normal dan menjadikan alat pengendalian emosional nya.

Bukan hanya ketergantungan, pengaruh buruk terhadap organ dalam pun tak bisa dihindari. Psikotropika dapat mengubah neurotransmitter di otak yang menciptakan efek euforia, khususnya dopamin. Dopamin adalah neurotransmitter yang terkait kesenangan, motivasi hingga penghargaan. Otak akan beradaptasi dengan peningkatan dopamin sehingga otak dan tubuh semakin membutuhkan dosis obat yang lebih tinggi untuk mencapai efek euforia yang serupa. Obat-obat psikotropika dikualifikasikan dalam 4 golongan dengan kadar efek baik dan buruknya, yaitu :

  • Golongan 1 : Obat psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan tidak untuk digunakan terapi, efek buruk yang diberikan akan menimbulkan kecanduan yang mengarah pada kematian jika sudah pada level parah. Contoh : Etisiklidina, Lisergida, Etriptamia, dll.
  • Golongan 2 : Obat psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan terapi namun harus sesuai resep dokter agar tidak ketergantungan. Obat dalam golongan ini termasuk dalam obat yang paling sering disalahgunakan. Contoh : Sekobarbital, Metilfedinat, Amfetamina, dll.
  • Golongan 3 : Obat psikotropika yang banyak digunakan untuk terapi dan pengobatan, namun tetap harus dalam resep dokter agar tidak merusak kesehatan. Jika dipakai dalam dosis berlebih, kerja sistem tubuh akan menurun drastis. Contoh : Katina, Pentobarbital, Sekobarbital, dll.
  • Golongan 4 : Obat psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luat digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan yang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Barbital, Diazepam, Lorazepam, dll.

Setelah mengetahui golongan dari obat-obat psikotropika, untuk mengetahui bagaimana seseorang telah disebut sepagai pecandu adalah dengan mengenali gejala yang ditunjukkan dan memahami dampak apa yang ditunjukkan pada orang lain. Gejala tersebut meliputi fisik dan psikologis pula, sama dengan kualifikasi penyebabnya. Pada fisik, pecandu akan menampilkan gejala penarikan diri, yaitu : sakit kepala, mual, insomina, perubahan nafsu makan dan tidur, kelelahan dan kerusakan organ lainnya. Pada psikologisnya, pecandu akan menampilkan kecemasan, paranoia, halusinasi sampai depresi. Dampak yang diberikan pada orang lain meliputi pada keluarga dan masyarakat. Sering terjadi jika pada keluarga, pecandu akan mengalami masalah keuangan, kekerasan dalam berumah tangga sampai stress emosional yang menyebabkan berbagai konflik keluarga. Untuk masyarakat dan orang lain disekitar nya, pecandu juga sering kali dianggap beban kesehatan masyarakat, meningkatnya kriminalitas dan kecelakaan yang berdampak langsung pada masyarakat sehingga menimbulkan citra negatif.

Setelah banyak membahas tentang kecanduan, kini akan dijelaskan bagaimana mekanisme penguatan positif dan negatif dalam konsumsi obat psikotropika berulang. Penguatan positif adalah proses yang meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku dengan memberikan konsekuensi yang menyenangkan atau diinginkan. Penguatan positif terjadi ketika individu mengalami efek positif atau menyenangkan setelah mengonsumsi obat psikotropika. Misalnya, seseorang yang mengonsumsi obat psikotropika mungkin merasakan sensasi euforia, perasaan senang, atau relaksasi yang intens. Efek positif ini terjadi karena obat psikotropika mempengaruhi pelepasan neurotransmitter dalam otak, terutama dopamin, yang terlibat dalam mengatur perasaan kesenangan dan motivasi. Pengalaman efek positif ini meningkatkan keinginan individu untuk menggunakan obat tersebut lagi unuk merasakan sensasi yang sama, membentuk pola perilaku yang kuat.

Sedangkan Penguatan Negatif adalah proses yang meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku dengan menghilangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan. Penguatan negatif terjadi ketika individu mengonsumsi obat psikotropika untuk menghindari atau mengurangi ketidaknyamanan atau konsekuensi negatif. Misalnya, seseorang mungkin menggunakan obat penenang untuk meredakan kecemasan yang dialaminya, dengan mengonsumsi obat, individu mungkin merasa lega dari ketidaknyamanan atau gejala yang tidak diinginkan, seperti kecemasan, depresi, atau stres. Hal ini membuat penggunaan obat menjadi perilaku yang diperkuat.

Proses penguatan positif dan negatif ini membentuk siklus di mana individu terus menggunakan obat psikotropika untuk merasakan efek positif yang menyenangkan atau untuk menghindari ketidaknyamanan yang muncul saat tidak menggunakan obat. Siklus ini dapat memperkuat perilaku penggunaan obat, dengan efek positif dan negatif yang terus-menerus mempertahankan pola perilaku kecanduan di mana individu kehilangan kendali atas penggunaan obat, terus menggunakan obat meskipun menyadari konsekuensi negatifnya, dan mungkin mengalami gejala penarikan jika tidak menggunakan obat. Penting untuk diingat bahwa proses kecanduan adalah kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetik, lingkungan, dan psikologis. Memahami proses penguatan positif dan negatif dalam mengonsumsi obat psikotropika dapat membantu dalam pengembangan strategi intervensi yang efektif dalam pencegahan dan pengobatan kecanduan obat.

Proses kecanduan obat psikofarmakologi adalah proses pembuatan obat yang berfungsi untuk mengatasi penyakit mental dan emosi. Dalam proses ini, bahan baku obat diproses menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit mental. Proses kecanduan obat psikofarmakologi memiliki dampak positif dan negatif yang berbeda. Berikut adalah cara menghindari kecanduan obat psikotropika:

  • Pengembangan obat baru: Proses kecanduan obat psikofarmakologi memungkinkan pengembangan obat baru yang dapat membantu mengatasi penyakit mental dan emosi.
  • Pengelolaan efek samping: Obat psikofarmakologi harus dilakukan pengelolaan efek samping yang baik untuk mengurangi risiko sampingan yang mungkin terjadi.
  • Pendidikan pasien: Obat psikofarmakologi harus dilakukan pendidikan pasien yang baik untuk membantu pasien memahami obat yang diterima dan mengikuti peraturan penggunaan obat.
  • Pemantauan pasien: Obat psikofarmakologi harus dilakukan pemantauan pasien yang baik untuk memastikan obat dapat membantu mengatasi penyakit mental dan emosi.
  • Pengelolaan rehabilitasi: Obat psikofarmakologi harus dilakukan pengelolaan rehabilitasi yang baik untuk membantu pasien mengembalikan kehidupan yang normal setelah obat diterima.

Kecanduan terhadap obat psikotropika merupakan masalah kompleks yang banyak melibatkan interaksi dari berbagai faktor, faktor psikologis, biologis sampai sosial. Namun, temuan utama dalam essay ini adalah bagaimana peran penguatan positif dan negatif dalam mendasari kecanduan tersebut terjadi. Penguatan positif membuat kemungkinan terjadinya perilaku yang memberikan konsekuensi menyenangkan sedangkan penguatan negatif membuat kemungkinan terjadinya perilaku dengan menghilangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan. Memahami mekanisme penguatan ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun