Mohon tunggu...
Salsa Dila Rizki Anggraeni
Salsa Dila Rizki Anggraeni Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Suka menulis novel

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Am I Fine?

29 September 2022   21:29 Diperbarui: 29 September 2022   21:31 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari itu matahari masih malu-malu memunculkan keberadaannya. begitu juga dengan gadis yang bernama Asyella Nadira Aletha yang biasa dipanggil dengan nama Syella, gadis itu masih saja bergelung dengan guling dan selimut tebal miliknya. Hingga pada akhirnya sang ibu membangunkannya karena ingat sang anak mempunyai acara terpenting "Syellaaa bangun sayang kamu lupa hari ini ada penyematan medali untukmu "

     Syella menjawab dengan dehaman kecilnya sambil menggeliat dan perlahan membuka sedikit kelopak matanya "iyaaa maaa sebentar lagi, memangnya ini jam berapa?"

     Rindi Aletha merupakan sang ibu dari Syella itu menjawab dengan suara khasnya yang lembut "jam enam lebih lima belas menit kak," ucapnya sambil terkekeh terkecil.

     Mata Syella seketika terbelalak kaget ketika mendengar ucapan sang ibu. Syella reflek langsung mengubah posisinya menjadi duduk dengan mata melotot dan menoleh ke arah jarum jam yang terdapat di atas tempat tidurnya, dan segera berlari ke arah kamar mandi mengabaikan teriakan sang ibu "hati-hati kak, nanti tersandung" Rindi pun tertawa melihat kelakuan Syella anak kesayangannya itu. Padahal jam di dinding masih menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh dan kebetulan jam dinding yang berada di kamar syala rusak sedangkan Sheila lupa bahwa ibunya sering membangunkannya lebih awal.

     Setelah merasa puas menertawakan anaknya dan Syella memasuki kamar mandi rindi pun berniat untuk membantu membereskan tempat tidur Syella. Setelahnya Rindi melangkah ke depan pintu kamar mandi lalu mengetuknya "Syella mama tunggu di meja makan ya nak jangan terlalu lama mandinya," peringat Rindi.

     Mendengar suara mama nya berbicara Syella segera mematikan air yang mengalir dari keran dan menyaut dengan sedikit berteriak " iyaa maa Syella langsung menyusul ke bawah setelah bersiap-siap ".

     "Iyaaa nak Mama tunggu di bawah yaa," jawab Rindi. Lalu ia melenggang keluar untuk menuju ke ruang makan dan menunggu Syella bersiap-siap.

     Setelah selesainya syella bersiap-siap. Ia langsung bergabung dengan keluarganya untuk sarapan pagi. Setelahnya Syella segera bergegas menuju sekolah menggunakan motor kesayangannya dan berpamitan kepada kedua orang tuanya.

     25 menit sudah berlalu syella pun akhirnya sampai di tempat dia belajar yaitu sekolahnya, SMA Angkasa favorit di kotanya yaitu SMA angkasa. Sheila bergegas menuju kelasnya. Pada saat di kelas dia menyapa teman sebangkunya lalu setelah itu dia bergegas menuju lapangan upacara. Mengingat sekarang hari ini hari Senin jadi akan diadakannya beberapa kegiatan dan upacara sekaligus pelantikan dia menjadi Pramuka Garuda.

     Setengah jam berlalu upacara telah dilaksanakan, akhirnya Pramuka Garuda dipanggil untuk penyematan dan pengalungan penghargaan itu. Semua peserta Pramuka Garuda terlihat sangat bangga begitu juga dengan Syella dia sangat bangga dan sangat ceria "kalau aku kasih tahu ini ke Papa pasti dia bangga," ujar Syella sambil tersenyum bangga.

     Setelah dilaksanakannya upacara semua siswa memasuki kelasnya masing masing untuk melanjutkan pembelajaran.

      Waktu pulang akhirnya tiba Syella bersama yang lainnya akhirnya merasa lega karena pemikiran tentang rumus-rumus dan pelajaran sejarah lainnya sudah dilewati. "Syella kamu pulang bersama siapa?" Tanya teman sebangku nya yang bernama Nanda.

     "Eh sendiri kok hehe," jawab Syella, sedangkan Nanda hanya mengiyakan dan segera berpamitan untuk pulang duluan.

     Sesampainya syella di rumah. Dia bersenandung ria karena terlalu bahagia dengan kejadian tadi titik sangat amat bersemangat setelah masuk ke dalam rumah dan mendapati papa dan mamanya duduk di ruang tamu akhirnya dia menyapa kedua orang tuanya itu "assalamualaikum maa paa Syella sudah pulang," sapa nya.

    Rindi menoleh dan menjawab "waalaikumsalam sayang akhirnya kamu pulang, bagaimana hari ini?" Tanya nya.

     Sebelum Syella menjawab, dia sempat menoleh ke arah papanya yang tidak memperdulikan kehadirannya "umm baik ma, hari ini Syella sangat senang bisa disematkan medali itu oleh kepala sekolah langsung dan secara resmi," jawabnya dengan sedikit murung karena reaksi papanya yang sangat tidak memperdulikan kehadirannya.

     Pada akhirnya Haris merupakan Papa dari Syella yang sedari tadi diam saja, akhirnya menjawab "oh bagus kali ini kamu hampir mengimbangi kemampuan kakakmu Erik, tapi sayangnya akademikmu masih jauh tertinggal" jawab harus dengan ketus.

     Syella dengan amat sangat terkejut dengan reaksi papanya dia pun menjawab dengan nada sedikit berteriak "paaa bisa nggak jangan banding-bandingin Syella dengan kemampuan kakak, kemampuan setiap anak itu berbeda-beda harusnya Papa paham, dan Papa harus tahu bahwa aku tidak bisa begitu saja mengimbangi kemampuan kakak," teriaknya sampai dia berdiri.

     Karena Haris terkejut dengan perlakuan anaknya dia pun refleks menampar Syella "SYELLA Papa sama Mama gak pernah ya ngajarin kamu kurang ajar seperti ini berteriak kepada yang lebih tua. Sekarang pergi ke kamar, renungkan kesalahan kamu Syella," Ucap Haris tegas.

     Lagi dan lagi Syella dibuat dengan sangat terkejut, ini bukan papanya yang dia kenal dia sangat jauh berbeda. Dengan air mata yang berlinang di kedua kelopak matanya dia berlari menuju kamarnya sambil berkata lirih"Paa aku hanya ingin kalian bangga atas semua pencapaianku tanpa harus dibandingkan dengan kakak ," Setelah sampai di depan pintu ia sempat menoleh dan melihat Rindi sedang menenangkan dan membujuk suaminya itu. Dengan cepat ia masuk ke dalam kamarnya dengan sengaja membandingkan pintunya dan segera menguncinya.

     Tak lama Syella mendengar suara ketukan pintu, dia diam saja dengan segala penyusakan di dalam dirinya." Nak bisa buka pintunya sebentar ini Papa mau minta maaf dan jelasin kenapa Papa seperti itu " suara Haris? Tidak itu suara Rindi dengan nada yang bergetar menahan tangisan.

     Tidak ada jawaban dari Syella. Sedangkan di sisi lain Haris mulai terpancing emosi "Syella mau membuka pintunya atau mau papa dobrak?" teriak Haris sambil mengetuk pintu dengan kencang.

    Syella yang mendengar itu bukannya semakin mau membukakan pintunya malah semakin tidak mau membukakan pintu kamar nya itu. Dengan segala penyesakan dan linangan air mata di pipinya, ia pun beranjak mencari buku diary kesayangannya, buku diary yang berisi tentang semua penderitaannya selama ini yang dialami buku diary yang tidak ada hal atau hari paling bahagia titik karena setiap hari bahagianya selalu hancur dengan respon yang diberikan Haris papanya.

     Dengan sangat gemetaran dia menulis pada diary nya

"Hai diary ku hari ini aku mendapatkan perlakuan yang sama, bagi orang lain Papa adalah cinta pertama mereka, aku juga seperti itu namun saat ini aku merasa asing kepada papaku sendiri, karena papaku sangat berbeda kali ini semenjak berpisah dengan ibu 15 tahun yang lalu. Ya, yang selama ini menemaniku yang kupanggil Mama itu adalah ibu tiriku dia sangat menyayangiku begitu juga dengan aku titik Papa menjadi orang yang tak pernah peduli lagi kepadaku seolah dia hanya punya kakakku. dia hanya peduli dengan apa yang dilakukan oleh kakakku sedangkan denganku dia selalu menyerahkan segalanya kepada kakakku selalu saja ada alasannya. Bahkan dia tidak mengabulkan apa yang aku minta sedangkan ibu tiriku dan kakakku saja selalu ia kabulkan. Prestasi-prestasi yang kakakku capai saja dia sangat peduli dan terlihat sangat-sangat bangga tapi ketika aku mendapatkan prestasiku, dia tidak merespon apapun dia terlihat sangat biasa-biasa saja aku juga pernah mengajaknya berbincang tentang bagaimana sekolahku, tapi dia tidak menjawab apapun hanya mengangguk seolah dia mengerti setelahnya dia menanyakan dan menyuruhku menceritakannya kembali atau mengulang kata-kata itu aku pun menurut karena aku pikir mungkin dia pelupa atau sedang tidak fokus. Pada awalnya aku sabar menghadapi semua ini namun setelah aku pikir-pikir hingga saat ini detik ini sepertinya dia memang tidak ingin mendengar cerita-cerita ceria ataupun kesedihan yang aku alami, bahkan disaat aku terpuruk dan terluka pun dia tidak tahu, kali ini pemikiranku sama yaitu 'dia tak ingin mendengarkan ceritaku lagi'. Di sisi lain dia memang sering berkata "kalian berdua adalah anak-anak Papa, Papa sama-sama menyayangi kalian berdua, Dan Papa tidak pernah membeda-bedakan kalian berdua" hei apakah perasaanku selama ini salah tanda tanya atau perasaan dia yang bahkan mungkin tidak mau memperdulikanku tapi it is okay I'm fine dan pada akhirnya aku hanya menceritakan semuanya di sini di dalam diary kesayanganku. ketahuilah paaa aku tak pernah membencimu aku hanya saja kecewa dengan perlakuanmu kepadaku belakangan ini. Aku hanya berharap Papa bisa menyadari apa yang dia lakukan kepadaku suatu saat nanti."

     Dengan rasa sakit, dan isak tangis yang menggebu, serta dengan perasaan yang tak karuan. Syella menutup lembaran kesakitan itu dan segera beranjak menyimpan diary nya itu, dan setelahnya Syella beranjak dari tempat ia duduk dan bergegas menuju lemari untuk mencari pakaian gantinya.

     Sedangkan di sisi lain Harris dan Rindi sedang berdebat mengenai kelakuan Harris yang sudah sangat keterlaluan terhadap Syella. Di sisi lain Syella yang mendengar samar-samar perdebatan kedua orang tuanya itu segera membantingkan vas bunga yang terletak di meja belajarnya mengarah ke arah pintu yang terkunci itu.

    BRAKKK Rindi dan Haris yang mendengar itu segera beranjak menuju depan pintu kamar Syella dengan perasaan yang sangat panik ia segera mengetuk pintu itu "Syella ada apa?papa dan mama tidak berdebat sayang," ujar Rindi. Rindi yang sudah tahu jika Syella membandingkan barang apapun itu karena mendengar mama dan papanya yang bertengkar.

    Haris dengan perasaan yang sama paniknya dengan Rindi bercampur dengan perasaan bersalah yang menyelimuti dirinya ia terus mengetuk pintu kamar Syella sambil berujar "sayang bisa buka dulu pintunya? Papa dan Mama ingin berbicara sesuatu padamu," Ujar Haris dengan perasaan menyesal yang begitu besar.

    Sedangkan di sisi lain Syella dengan begitu frustasinya karena mengingat perlakuan papanya terhadapnya selama ini,dia mengambil pecahan vas bunga bekas dilempar tadi untuk di goreskan pada lengan kirinya. Dengan perasaan yang masih emosi dan rasa sesak yang ada sedari tadi ia pun menangis sejadi-jadinya dan menjerit sekencang-kencangnya

     Rindi dan Haris yang mendengar jeritan Syella mereka dibuat semakin panik dengan suara itu, "Syella sayang buka dulu sebentar, mari kita selesaikan semuanya sayang," ucap Rindi sedikit berteriak karena merasa panik disertai dengan suara yang sangat bergetar.

     Syella yang mendengar suara Rindi sangat bergetar, akhirnya dia berhenti melakukan aktivitas nya yang sangat berbahaya itu. Tak lama dari itu akhirnya Syella mau membukakan pintunya untuk kedua orang tuanya dengan mata yang sangat sembab, lengan dan kaki yang penuh luka dan darah karena kelakuannya tadi. Haris dan Rindi yang melihat itu segera menarik Syella ke dalam pelukan mereka. 5 menit telah berlalu mereka merasakan kehangatan pelukan masing-masing dan segera melepaskannya.

     Rindi dan Haris menuntun Syella untuk duduk di sofa yang terdapat di ruang tamu, dan Rindi segera mencari kotak P3K agar cepat mengobati luka yang ada pada sebagian tubuh Syella. Sembari menunggu Rindi kembali Haris mengusap puncak kepala Syella "Maafkan papa nak, papa tidak pernah bermaksud untuk membanding bandingkan kalian berdua, papa kali ini benar benar menyesali semua perbuatan papa terhadap kamu. Papa sayang kamu, kakakmu, begitu juga mama," ujar Haris dengan isak tangis penyesalannya.

     Syella menangis terharu dan memeluk Haris lagi, akhirnya dia merasakan benar-benar merasakan kasih sayang papanya yang begitu tulus "iyaaa paa, maaf juga Syella sudah durhaka karena berteriak tadi, Syella emosi, karena seharusnya itu hari bahagia Syella tapi dihancurkan begitu saja dengan respon yang Papa berikan," ujar Sheila dengan sedikit sesaknya. Haris mengangguk dalam pelukan itu disusul Rindi yang melihat mereka berpelukan juga akhirnya ikut memeluknya.

    "Jika kamu menanyakan kakakku dimana, dia sedang mengejar mimpinya sendiri tapi bukan mimpi keluarga ku, mungkin dia tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan namun aku tau pasti dia sangat merasakan betapa kerasnya papa mendidik anak anaknya. Sengaja tidak ku ceritakan kakakku di dalam diary ku, ya tentu saja kakakku sangat baik, begitu baik. Diary itu hanya untuk cerita penderitaan ku dan kini sudah berakhir, setelah ini akan ku bakar semua lembar kesakitan itu" -Asyella Nadira Aletha-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun