Mohon tunggu...
Salsabilla Cleopatra
Salsabilla Cleopatra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Believe in yourself, they said...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Jarak Jauh dalam Telaah Teori Sosiologi Modern

15 November 2020   17:33 Diperbarui: 15 November 2020   17:46 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada akhir tahun 2019 masyarakat dunia digemparkan dengan kemunculan virus corona atau biasa disebut dengan covid-19 yang kemudian pada 9 Maret 2020 ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO (World Health Organization) atau Badan Kesehatan Dunia. Artinya virus corona ini telah menyebar secara luas di dunia, tak terkecuali Indonesia. 

Di Indonesia sendiri kasus positif covid-19 pertama kali dilaporkan pada Maret 2020 dimana ada dua warga terjangkit virus corona dan langsung dirawat di salah satu rumah sakit di Jakarta. 

Melansir situs resmi Kementerian Kesehatan Indonesia, covid-19 sangat mudah menular terutama melalui droplet orang yang terinfeksi saat batuk, bersin, berbicara ataupun bernapas. 

Saat ini pun telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia hingga total 463 ribu kasus per 15 November  2020 dengan grafik jumlah kasus positif yang terus meningkat. Oleh karena itu sangat penting bagi pengidap covid-19 untuk memakai masker dan menjaga jarak setidaknya 2 meter dengan orang lain.

Dengan berbagai pertimbangan, pemerintah Indonesia terus mengeluarkan kebijakan sebagai bentuk upaya penanganan covid-19. Seperti ditetapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui PP Nomor 21 Tahun 2020 beserta sanksi tegas untuk yang melanggarnya. Keadaan ini telah memberikan dampak nyata dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. 

Sejak tanggal 15 Maret 2020, diberlakukan suatu kebijakan yaitu belajar dari rumah untuk pelajar dan mahasiswa. Akhirnya pembelajaran dilakukan melalui jarak jauh demi menerapkan physical distancing untuk menghindari tatap muka secara langsung yang berpotensi meningkatkan kasus covid-19. 

Proses pembelajaran memakai sistem daring (online) dengan memanfaatkan perangkat komputer, laptop, ataupun handphone yang terhubung dengan koneksi internet. Media yang digunakan diantaranya adalah WhatsApp, YouTube, Zoom, Google Meet, Google Classroom, dan aplikasi lainnya sesuai kebutuhan guru dan peserta didik.

Sembilan bulan lamanya sejak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan, sedikit banyak telah mempengaruhi perubahan cara dan hasil belajar peserta didik. Disamping dampak positif yang perlu diapresasi seperti meningkatnya kemampuan dalam penguasaan teknologi modern, namun terdapat juga dampak negatif khususnya akibat yang dirasakan peserta didik berupa kurangnya pemahaman akan materi yang diajarkan, kesulitan mengikuti pembelajaran karena fasilitas yang kurang memadai serta kebutuhan kuota internet yang tidak semuanya terpenuhi. Hal  ini diperparah dengan menumpuknya tugas yang diberikan oleh tenaga pendidik baik itu guru ataupun dosen, namun disisi lain tidak diimbangi dengan dukungan yang diterima seperti dari orangtua maupun lingkungan peserta didik.

Terbukti dengan pernyataan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti yang menyatakan bahwa KPAI mendapat 800 pengaduan selama pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pengaduan tersebut berisikan tentang keluhan anak-anak yang tertekan selama PJJ. Menurut Retno, hal tersebut terjadi karena sekolah masih memakai Kurikulum 2013 yang dinilai memberatkan siswa (www.langgam.id). Tidak cukup sampai situ, bahkan berlanjut menuju tahap yang lebih ekstrim dimana adanya siswa SMP yang tewas dengan cara menggantung diri di kamar mandi yang diduga pemicunya adalah banyaknya tugas sekolah secara daring yang belum sempat ia selesaikan.

Dalam pandangan sosiologi, permasalahan-permasalahan tersebut dapat dikaji melalui teori fungsionalisme struktural. Salah satu tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Talcott Parsons, seorang sosiolog asal Amerika yang merupakan tokoh fungsionalisme terbesar hingga saat ini. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan, sistem tersebut secara sadar lebih cenderung ke arah equilibrium dan bersifat dinamis.

Maksud dari sistem sosial disini adalah sebuah sistem yang terdiri dari beragam aktor individu yang memiliki interaksi dengan individu lainnya dalam situasi tertentu. Pandemi covid-19 telah membuat sistem sosial baru di mana institusi pendidikan yang di dalamnya ada warga akademik harus berinteraksi lebih intensif dengan beberapa institusi lain, salah satunya institusi keluarga dan lingkungan. 

Pada masa pandemi covid-19, institusi pendidikan terdorong untuk bergerak menyesuaikan realitas sosial yang ada. Secara normatif, tindakan tersebut diatur sedemikian rupa dengan berbagai kebijakan dan tujuan tertentu. Hal ini dapat dipahami sebagai menjadi kenyataan sosial yang mendasar. Tindakan untuk beralih dari pembelajaran melalui luring (tatap muka) menjadi daring (online), sudah ditentukan oleh pemangku kepentingan di satuan pendidikan sebagai bagian dari orientasi nilai dan motivasi dalam rangka menyelamatkan dunia pendidikan.

Terkait dengan beberapa permasalahan mengenai PJJ yang sudah disebutkan pada awal tulisan, kepribadian peserta didik juga memegang peranan penting di masa pandemi covid-19, karena mereka memiliki perbedaan kepribadian satu sama lain yang timbul akibat individu berada dalam setting sosial yang mengelilinginya. 

Ada peserta didik yang ketika pembelajaran dialihkan ke daring, ia justru termotivasi untuk belajar lebih serius, kreatif, dan lebih antusias daripada ketika belajar di kelas-kelas sekolah. Jika ditelaah lebih jauh, peserta didik tersebut berada pada sistem kultural dan sistem sosial yang baik dan mendukung untuk bergerak. Namun sebaliknya, ada pula peserta didik lain yang dengan adanya pembelajaran daring, belajar mereka tidak bisa lagi terkontrol dengan baik dan cenderung lebih memberikan dampak negatif daripada ketika belajar langsung di sekolah.

Sebagai solusinya, berbagai institusi perlu berintegrasi untuk terus melakukan sosialisasi satu sama lain terkait perkembangan pendidikan anak dan informasi-informasi terbaru dari otoritas pemangku kepentingan pendidikan. Integrasi dari beberapa institusi di masa pandemi covid-19 ini juga harus diikuti dengan aturan-aturan yang mengikat peserta didik. Melalui integrasi yang baik, proses internalisasi ke diri peserta didik tentang budaya baru bagaimana seharusnya belajar di rumah dapat diimplementasikan sesuai harapan bersama. Kemudian bagi Parsons, persyaratan kunci demi terpeliharanya integrasi pola nilai dari sistem sosial adalah adanya internalisasi dan sosialisasi (Syawaludin, 2014:159).

Talcott Parsons memiliki empat fungsi yang diperlukan bersama agar sebuah sistem bisa berjalan dan berfungsi dengan baik (Goodman, 2014:117). Fungsi tersebut dikenal dengan AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, Latten pattern maintenance), yaitu:

Adaptasi.

Sebuah sistem, yang dalam hal ini pendidikan, harus menanggulangi situasi dan permasalahan dari luar. Pendidikan harus terus menyesuaikan diri dengan lingkungan, lebih-lebih di saat situasi pandemi. Penyesuaian tersebut harus dilakukan secara proporsional dan profesional dengan menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan yang semestinya dijalankan. 

Misalnya, institusi sekolah adalah subsistem yang melaksanakan fungsi pendidikan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar peserta didik melalui kerja sama dengan orang tua, dan masyarakat di sekitarnya. Melalui kerja sama yang baik, institusi sekolah bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bersama dan membantu orang tua dan masyarakat menyesuaikan diri dengan realitas eksternal pandemi Covid-19 ini.

Pencapaian tujuan.

Sebuah sistem harus melakukan berbagai cara dengan mendefinisikan diri dalam mencapai tujuan akhirnya. Maksud pendefinisian diri ini adalah pengenalan diri agar menggapai tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, belajar di rumah melalui pembelajaran daring memiliki tujuan pendefinisian yang jelas. Untuk menyelamatkan pendidikan, dan demi kesehatan seluruh warga akademik di dalamnya, maka pembelajaran melalui Online adalah solusi terbaik. Tidak hanya itu, fungsi lain belajar di rumah adalah bertujuan mengoptimalkan kembali pendampingan orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya. Bagaimanapun, pendidikan orang tua merupakan pendidikan yang tidak hanya berguna bagi intelektual anak, tetapi juga emosional anak akan lebih terpenuhi demi kualitas generasi bangsa ke depan.

Integrasi.

Sistem yang baik harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang terkait. Sistem  pendidikan di saat pandemi Covid-19 ini harus terus mengelola antar hubungan satu sama lain, seperti hubungan sekolah dengan keluarga, masyarakat, dinas pendidikan terkait, tenaga kesehatan, dan bagian-bagian yang memiliki keterkaitan lainnya. Integrasi antar bagian adalah solusi terbaik demi menjaga kualitas pendidikan di saat masa-masa sulit di era pandemi. Integrasi yang paling dibutuhkan peserta didik saat ini adalah integrasi keharmonisan pendidikan berdasarkan Tri Pusat Pendidikan. Yakni bagaimana tiga institusi besar (keluarga, sekolah, dan lingkungan) mampu bersinergi satu sama lain untuk membuat pembelajaran yang efektif, efisien, dan penuh kegembiraan belajar bagi anak.

Pemeliharaan Pol

Sistem juga harus melengkapi, memperbaiki, dan memelihara baik motivasi peserta didik maupun pola-pola budaya yang menopang motivasi individualnya. Artinya, masa pandemi Covid-19 ini merupakan masa terbaik bagaimana sekolah, keluarga, dan lingkungan menjadi institusi dalam menangani fungsi pemeliharaan pola bagi anak dengan menyebarkan kultur (norma dan nilai) yang luhur, sehingga anak dapat terinternalisasi kultur itu dengan baik. Norma dan nilai luhur salah satunya adalah pendidikan harus menjadi prioritas utama, walaupun dalam kondisi apapun. Pemeliharaan pola yang ditujukan untuk peserta didik ini harus dilakukan secara disiplin selama proses pembelajaran daring, karena kedisiplinan yang disertai kesadaran adalah kunci utama dalam menggapai tujuan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun