PENANAMAN KESADARAN TERKAIT GANGGUAN MAKAN (EATING DISORDER) PADA REMAJA PEREMPUAN
Gangguan makan (eating disorder) yang di mana lebih umum dialami oleh remaja perempuan dan wanita dewasa dibanding remaja laki-laki dan pria dewasa mampu menimbulkan tingkat morbiditas medis yang serius dan memiliki tingkat kematian tertinggi dari semua gangguan psikologis yang tercantum dalam daftar DSM-5 (Martz and Rogers, 2016). Hal ini tentunya sangat menekankan bahwa kesadaran terkait gangguan makan (eating disorder) terutama pada remaja perempuan sangat memerlukan peningkatan. Peningkatan kesadaran ini memerlukan tidak hanya satu, tapi berbagai campur tangan pihak mengingat faktor terjadinya gangguan makan (eating disorder) ini tidak hanya faktor internal saja, tapi juga faktor eksternal yang turut berperan dalam terjadinya gangguan psikologis ini. Pihak-pihak yang dapat ikut terlibat dalam peningkatan kesadaran ini, antara lain pemerintah setempat, tenaga kesehatan, orangtua, serta para remaja itu sendiri. Contoh dari keterlibatan para pihak tersebut adalah pemerintah dan tenaga kesehatan yang bekerja sama dalam membuat suatu program penyuluhan mengenai gangguan makan (eating disorder) dan mengundang orangtua, serta anak remaja mereka sebagai target penyuluhan program tersebut.
Tenaga kesehatan primer memiliki peran unik dalam mendiagnosis dan mengobati gangguan makan (eating disorder). Akan tetapi, tinjauan pendidikan kedokteran sering kali menunjukkan bahwa pelatihan dalam identifikasi dan pengobatan tenaga kesehatan masih kurang memadai. Tenaga kesehatan hanya mampu mendeteksi gangguan makan ketika substansial medis dan konsekuensi psikologis telah timbul dan berkembang pada penderitanya (Sim, dkk., 2010). Fakta ini menegaskan bahwa sudah seharusnya kesadaran para peneliti lebih ditingkatkan, agar para peneliti lebih gencar dalam mengembangkan penelitian mengenai cara mendeteksi gangguan psikologis ini, serta cara pengobatan alternatif lainnya. Kesadaran para tenaga kesehatan juga harus ditingkatkan, dengan tujuan agar tenaga kesehatan akan menaruh perhatian lebih terhadap pasiennya, serta rutin menanyakan perihal pola makanan pasien mereka, agar ketika terdapat hal-hal yang janggal akan langsung ditindak lanjuti.
Tidak hanya kesadaran para peneliti dan tenaga kesehatan, kesadaran masyarakat akan gangguan makan (eating disorder) juga sudah sepatutnya ikut ditingkatkan. Keterlibatan masyarakat tentunya akan berguna dalam mengurangi jumlah insiden terjadinya gangguan psikologis ini. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan oleh oknum-oknum di masyarakat adalah dengan membuat campaign yang mempromosikan kegiatan self-love, mengingat bahwa berdasarkan Martz dan Rogers pada tahun 2016, ketidakpuasan citra tubuh adalah salah satu prediktor terkuat kondisi gangguan makan (eating disorder).
Adapun tujuan penderita anorexia nervosa membuat dirinya lapar adalah agar mereka memiliki penampilan fisik yang ramping dan menarik perhatian lawan jenisnya (Krisnani, dkk., 2017). Fakta ini mempertegas bahwa standar kecantikan masyarakat masa kini sudah tergolong tidak sehat. Standar kecantikan berupa tubuh yang putih dan kurus ini sudah merenggut hidup para remaja wanita. Mulai dari mengonsumsi atau menginjeksi vitamin C dengan dosis yang tinggi, hingga menahan rasa lapar, semua akan mereka lakukan hanya semata-mata agar disebut cantik.
Standar kecantikan global saat ini sudah tergolong sebagai salah satu masalah sosial, dan sudah seharusnya dilakukan upaya penggantian standar kecantikan global menjadi tubuh yang sehat dibanding tubuh yang terlampau kurus agar insiden terjadinya salah satu jenis gangguan makan (eating disorder) berupa anorexia nervosa ini tidak terjadi lagi pada remaja lain. Seorang remaja berada pada tahap masa krisis identitas (crisis of identity), hal ini mendorong remaja untuk mencari jati diri (identitas diri), caranya dengan mewujudkan keinginannya agar menjadi seseorang individu yang 'sempurna', secara intelektual, kepribadian, maupun dalam penampilan fisiknya (Krisnani, dkk., 2018). Di sinilah peran orangtua sangat dibutuhkan dalam membimbing anak-anak remaja mereka agar tetap di jalan yang benar, serta menekankan bahwa penampilan fisik yang kurus bukanlah segalanya.
Insiden terjadinya gangguan makan (eating disorder) pada tingkat perawatan primer sudah stabil. Dalam beberapa dekade terakhir, insiden terjadinya anorexia nervosa sudah terhitung stabil, bahkan insiden terjadinya bulimia nervosa menurun. Secara global, prevalensi gangguan makan (eating disorder) telah meningkat sebesar 25% (Treasure, dkk., 2020). Jika upaya peningkatan kesadaran mengenai gangguan makan (eating disorder) terus digencarkan dan berhasil, maka insiden terjadinya gangguan makan (eating disorder) bisa saja menurun. Penurunan insiden ini tentunya tidak hanya pada jenis bulimia nervosa saja, tetapi juga pada jenis gangguan makan (eating disorder) lainnya.
PENUTUP
Gangguan makan (eating disorder) merupakan salah satu jenis gangguan mental yang melumpuhkan, mematikan, serta membutuhkan biaya yang mahal untuk pengobatannya. Kesadaran akan gangguan makan (eating disorder) sangat penting untuk ditingkatkan agar ketika ia mengalami gejala-gejala gangguan makan (eating disorder), ia akan segera mencari bantuan tenaga kesehatan. Hal ini akan mencegah gangguan makan (eating disorder) menjadi semakin parah.
Orang dengan kesadaran yang cukup mengenai gangguan makan (eating disorder) juga akan tau bahwa faktor penyebabnya tidak hanya faktor internal, tapi juga faktor eksternal. Kesadaran akan gangguan makan (eating disorder) penting agar seseorang lebih memikirkan kata-kata yang akan mereka lontarkan sebelum mengomentari perihal fisik orang lain. Jika semua orang memiliki kesadaran mengenai gangguan makan (eating disorder), maka kasus gangguan makan (eating disorder) tentunya akan berkurang.
Diharapkan agar para peneliti, tenaga kesehatan, dan masyarakat tidak hanya berusaha untuk meningkatkan kesadaran terkait gangguan makan (eating disorder), tetapi juga menerapkannya di lingkungan sekitar. Upaya peningkatan kesadaran terkait gangguan makan (eating disorder) juga patut digalakkan. Penanaman kesadaran harus ditanamkan sedini mungkin agar kasusnya (eating disorder) tidak bertambah.