Mohon tunggu...
Salsabilla Nathania DP
Salsabilla Nathania DP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Be you, Do you, For you

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kasus Senioritas HIMA Universitas X dengan Perspektif Teori Konflik Randall Collins

28 Oktober 2022   07:41 Diperbarui: 28 Oktober 2022   07:49 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Artikel ini ditulis untuk kepentingan tugas ujian tengah semester ganjil dan semua nama yang tertera dalam analisis kasus ini merupakan NAMA SAMARAN.

Nama  : Salsabilla Nathania DP

NIM    : 21107020050

SOSIOLOGI B

Himpunan Mahasiswa atau yang sering disebut HIMA merupakan suatu organisasi kampus tingkat prodi(program studi) atau jurusan. Setiap universitas pasti akan ditemui organisasi HIMA pada setiap prodinya. Dalam organisasi ini terdapat struktur kepengurusan seperti ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa divisi dengan program kerja masing-masing. 

Pada HIMA Universitas X terdapat salah satu divisi yang memiliki program kerja untuk mengadakan pertunjukan seni teater, sebut saja divisi ini dengan divisi Y. Program kerja ini merupakan event besar dari organisasi HIMA Universitas X. Dalam pelaksanaan event ini dibentuk sebuah panitia yang mana sumber daya manusianya tidak hanya dari  staff HIMA saja melainkan terbuka untuk mahasiswa eksternal HIMA. Pemilihan ketua event awalnya akan dipilih dari anggota HIMA berdasarkan kinerja individu. 

Terdapat dua kandidat yaitu Dito dan Putri yang diajukan kepada senior di organisasi ini. Senior yang dimaksud adalah kakak tingkat yang sudah menjadi alumni dari organisasi HIMA. Namun ternyata senior tidak menyetujui pemilihan berdasarkan voting, senior menganjurkan untuk menunjuk siapa saja yang dianggap layak dan mampu untuk menjabat sebagai ketua event. 

Akhirya senior universitas X ini menunjuk Mirna sebagai ketua dan Dito sebagai wakil ketua. Mirna dianggap memiliki keberanian dan memiliki jiwa kepemimpinan karena ketika ada masalah internal di salah satu divisi HIMA ia berani mengutarakan serta menjabarkan masalah tersebut di depan senior dan Dito dipilih menjadi wakil ketua dengan alasan agar pemimpinnya tidak hanya wanita saja dan agar lebih seimbang. Ketika menjabat sebagai ketua ternyata Mirna tidak bertanggungjawab akan tugasnya dan ia tidak bisa meredam egonya. Mirna berlaku semena-mena kepada anggota panitia khususnya kepada adek tingkat. Contoh sikap yang dilakukan Mirna seperti memberi perintah tanpa pertimbangan, hanya menuruti egonya saja dan membentak serta mengancam adek tingkat. 

Pada kasus ini terlihat bahwa Mirna ingin dihargai sebagai seorang ketua dan seorang senior namun cara penyampaiannya salah dan menjadi tindakan senioritas. Mirna juga kurang professional dalam mengkoordinasi keanggotaan panitia event. 

Mirna memilih anggota serta koor divisi event bukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki individu melainkan ia memilih orang-orang terdekatnya untuk menjadi anggota dan koor per-divisi. Dalam hal ini Mirna tidak mampu mengendalikan egonya. Salah satu kasus akibat ketidakprofesionalannya dalam memilih anggota adalah pada divisi yang berfokus publikasi, dekorasi, dan dokumentasi pastinya tidak jauh dari kamera serta aplikasi untuk edit-mengedit. 

Koor divisi ini yang juga orang terdekat dari Mirna ternyata tidak memiliki kemampuan dalam mengoperasikan kamera yang mana kamera merupakan hal terpenting dari tujuan divisi ini. Anggota divisi ini yang dipilih oleh Mirna pun tidak memiliki kemampuan yang dapat mengimbangi kekurangan koor divisi. Adapun kandidat yang memiliki kemampuan dalam bidang publikasi, dekorasi, dan dokumentasi namun tidak dipilih oleh Mirna karena ia hanya mengutamakan orang-orang terdekatnya saja. Dalam pengambilan keputusan pun Mirna tidak mau mendengarkan anggota lain dan hanya menuruti egonya sendiri. Dalam hal ini membuat jalannya kepengurusan event besar HIMA universitas X tidak berjalan dengan baik. Narasumber dari kasus ini merupakan salah satu anggota kepanitia event pertunjukan teater yang merasakan dampak dari sikap kurang bertanggungjawabnya seorang ketua event.

Konflik yang terjadi pada kepengurusan event HIMA universitas X ini dapat dianalisis dengan teori konflik Randall Collins. Randall Collins adalah seorang sosiolog yang lahir di Knoxville, Tennessee pada 29 Juli 1941. Collins menempuh Pendidikan di Universitas Harvard dan Universitas California. Collins menyelesaikan gelar Ph. D. di Berkeley tahun 1969. 

Setelah itu Collins mengajar diberbagai universitas seperti Universitas Viginia dan Universitas California. Pemikiran Colins berfokus pada konflik dan stratifikasi sosial. Teori konflik yang dikemukakan oleh Collins merupakan teori yang menjelaskan mengenai konflik dalam lingkup mikro dan berfokus pada statifikasi sosial dalam sebuah organisasi. 

Collins tidak menjelaskan stratifikasi sosial dalam sebuah organisasi secara mendalam namun ia menekankan bahwa struktur stratifikasi dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki menjadi pengaruh dari terjadinya sebuah konflik. Bagi individu yang memiliki sumber daya yang tinggi maka ia bisa bertindak menentang kekuasaan individu lain terhadapnya. Namun bagi individu yang tidak memiliki sumber daya tinggi maka ia akan bertidak sesuai dengan sumber daya yang mereka miliki. 

Collins membagi sumber daya dalam konflik menjadi 2 yaitu generalized cultural capital atau posisi, otoritas dan pengelompokan dan particularized cultural capital atau reputasi dan jabatan atau posisi dalam sebuah organisasi. Konflik akan terjadi akibat dari stratifikasi diantara kedua sumber daya ini. Setiap individu pasti memiliki ego masing-masing. Bagaimana ia bertindak di lingkungan sosialnya bergantung pada sumber daya yang mereka miliki dan juga sumber daya individu lain yang berinteraksi dengannya.

Adapun 3 prinsip dari pendekatan konflik terhadap stratifikasi sosial. Pertama, Collins meyakini bahwa dalam hidup individu membangun dunia subyektifnya sendiri. Kedua, individu lain dapat memiliki kekuasaan untuk mengontrol pengalaman subyektif  individu lain. Ketiga, individu kerap menentang individu lain yang mengontrol mereka dan hal ini yang menimbulkan konflik antar individu. 

Ketika individu melakukan interaksi dengan individu lain maka stratifikasi dengan skala mikro akan terlibat di dalam interaksi tersebut. Bagi individu yang memiliki kekuasaan maka ia dapat mengontrol tindakan individu lain. Tokoh yang mempengaruhi pemikirannya mengenai konflik dalam skala mikro adalah Marx dan Weber. Collins menggunakan prinsik Marxian dalam membangun teori konflik miliknya. Saya memahami teori ini dari karya ilmiah yang berjudul "Konflik Pengurus Dalam Organisasi Keolahragaan Beladiri "X" Di Kota Malang (Studi Kasus Dominasi Struktur Stratifikasi Yang Menyebabkan Konflik Dalam Organisasi Keorganisasian Beladiri "X" Kota Malang)" karya Irwan Wahyudi Saputra dan beberapa jurnal lain yang saya baca.

Menurut pemahaman saya, teori konflik adalah teori yang menjelaskan mengenai konflik dalam ruang lingkup mikro yang disebabkan oleh status sosial yang dimiliki tiap individu. Tindakan sosial seorang individu dalam beriteraksi dipengaruhi oleh status dan ego yang mereka miliki. Dalam kasus yang terjadi di organisasi HIMA universitas X, organisasi ini sedang melangami konflik yang disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian peran individu dari jabatan yang dimiliki dalam kepengurusan event. 

Adapun faktor senioritas yang berlaku dalam organisasi ini, seperti pemilihan ketua event organisasi dipilih oleh senior yang sudah menjadi alumni organisasi ini atas dasar individu tersebut dianggap memiliki keberanian dan karena sikap itu individu tersebut dianggap oleh senior memiliki jiwa kepemimpinan. Nyatanya individu tersebut(Mirna) tidak memiliki kemampuan dalam bidang kepemimpinan pengurusan panitia event. Bahkan sikapnya menjadi tidak bertanggungjawab atas jabatan yang ia miliki. Memilih anggota dan koordinasi divisi dalam sebuah event dengan tidak berlandaskan pada kemampuan individu menjadi salah satu contoh ketidakprofesionalannya dalam bertindak. 

Mirna juga bertindak senioritas kepada adik tingkat dengan memberi tekanan berupa ancaman juga merupakan kendali ego yang dimiliki Mirna. Mirna memiliki keinginan untuk mendominasi dalam kepengurusan event ini dengan merekrut orang-orang terdekatnya. Tindakan-tindakan yang dilakukan Mirna tersebut merupakan pengaruh dari sumber daya particularized cultural capital atau jabatannya sebagai ketua event yang dimilikinya. Jabatan tersebut digunakan sesuai egonya sendiri dan tidak mempertimbangkan sumber daya dari individu lainnya dan hal ini lah yang membuat timbulnya konflik dalam kepengurusan event ini.

Bibliography

Conflict and Critical Theories. (2006). In THEORY CUMULATION AND SCHOOLS OF THOUGHT (p. 234).

Rahayuningtias, D. A. (2013). KONFLIK DAN POLA DEFIANCE WARGA PERWIRA DI KOMPLEK MILITER. Jurnal Paradigma. Volume 01 Nomor 03.

Saputra, I. W. (2016). Konflik Pengurus Dalam Organisasi Keolahragaan Beladiri "X" Di Kota Malang (Studi Kasus Dominasi Struktur Stratifikasi Yang Menyebabkan Konflik Dalam Organisasi Keorganisasian Beladiri "X" Kota Malang).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun