Mohon tunggu...
Salsabilla Khairunnisa
Salsabilla Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang berusaha terus mengembangkan diri dan menyukai hal-hal yang terkait pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Interaksionisme Simbolik: Dramaturgi oleh Erving Goffman

16 Oktober 2022   23:55 Diperbarui: 17 Oktober 2022   00:28 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah minggu lalu saya membahas mengenai  interaksionisme simbolik, kali ini saya akan membahas mengenai dramaturgi yang dimana pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh interaksionisme simbolik.  Pada pembahasan dramaturgi ini, saya akan membahas  pemikiran dari salah satu tokoh sosiologi modern yaitu Erving Gofffman.

Erving Goffman lahir pada 11 Juni 1922 di  Alberta, Kanada. Beliau merupakan seorang teoritis dari Amerika dan filosofi yg memperkenalkan konsep dramatisme untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosialnya. Goffman mulai kuliah di Universitas Manitoba bidang kimia. Selanjutnya  pada  1945 Goffmanmempelajari sosiologi di Universitas Toronto dan menyelesaikan BA-nya.

 Setelah itu, Goffman melanjutkan kuliah di University of Chicago dan menyelesaikan Ph.D. dalam sosiologi pada 1953. Dilatih dalam tradisi Sekolah Sosiologi Chicago , Goffman melakukan penelitian etnografi dan mempelajari teori interaksi simbolik. Beberapa tokoh yang menjadi pengaruh Goffman dalam mempelajari interaksi simbolik adalah Herbert Blumer, Talcott Parsons , Georg Simmel , Sigmund Freud, dan mile Durkheim. Dalam konsep dramaturgi, pada awalnya Goffman terpengaruh oleh pemikiran Bucker. Menurut bucker, tujuan dramatisme adalah untuk memahami motif manusia melakukan sesuatu yang mereka lakukan. Dan dimana bahasa menjadi simbolik. Oleh karena itu, menurut Bucker hidup bukan seperti drama, melainkan hidup itu sendiri adalah drama.

Erving  Goffman mengembangkan konsep dramaturgi pada karyanya yang berjudul "The Presentation of Self in Everyday Life".

Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif atau impresif aktivitas manusia, yakni bahwa makna kegiatan manusia terdapat dalam cara mereka mengekspresikan diri dalam interaksi dengan orang lain yang juga ekspresif. Oleh karena perilaku manusia bersifat ekspresif inilah maka perilaku manusia bersifat dramatik.

Pendekatan dramaturgis Goffman berintikan pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamannya, ia ingin mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya. Untuk itu, setiap orang melakukan pertunjukan bagi orang lain. Kaum dramaturgis memandang manusia sebagai aktor-aktor di atas panggung metaforis yang sedang memainkan peran-peran mereka.

Menurut Goffman, dramaturgi ini mengandung konsep teater, yang dimana terdapat aktor dan penonton di dalamnya. Pada dramaturgi, sang aktor memainkan karakter manusia yg lain dan penonton memperoleh gambaran kehidupan karakter tersebut. Konsep yang digunakan Goffman berasal dari gagasan-gagasan Burke, dengan demikian pendekatan dramaturgis sebagai salah satu varian interaksionisme simbolik yang sering menggunakan konsep "peran sosial" dalam menganalisis interaksi sosial, yang dipinjam dari khasanah teater. Di dalam dramaturgi, Goffman membagi dua hal yaitu :

1. Front Stage (Panggung Depan)

Pada panggung depan, tiap individu melakukan peran di hadapan khalayak sesuai motif yang ingin dicapainya. Saat tampil, peran yang disampaikan biasanya sangat berbeda dengan sikap individu ketika di dalam back stage (panggung belakang). Di bagian front stage, dibagi menjadi dua bagian yaitu setting (pemandangan fisik) dan peran personal (macam perlengkapan sebagai pembahasaan perasaan aktor). Hal ini dikarenakan  pada panggung depan, dalam menampilkan karakter, harus didukung dengan gaya dan penampilan.

2.Back stage (Panggung Belakang) 

Back stage merupakan suatu wilayah belakang yang merujuk kepada tempat dan peristiwa yang memungkinkan  mempersiapkan perannya di panggung depan. Pada panggung belakang ini, biasanya individu bisa bersikap dengan bebas dan sesuai  dengan jati dirinya. Selain itu,  di back stage individu tidak harus sulit untuk memikirkan citra diri sendiri terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun