Sebagai orang tua apakah kalian sudah mengetahui tentang perkembangan kognitif pada anak?
Jean Piaget adalah salah satu tokoh yang meneliti tentang perkembangan kognitif dan mengemukakan tahapan-tahapan perkembangan kognitif, menurutnya perkembangan kognitif adalah tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu. Tahapan-tahapan tersebut dibagi menjadi beberapa tahap yakni :
- Tahap sensory motoric (0-2 tahun)
- Tahap pra operasional (2-7 tahun)
- Tahap konkret (7-11 tahun)
- Dan tahap operasional formal (11-15 tahun)
Piaget mengemukakan bahwasanya sejak usia balita seseorang sudah memiliki kemampuan tertentu untuk merespon objek-objek yang ada disekitarnya. Dengan kemampuan ini balita akan mengeksplor lingkungan dan belajar mengenali lingkungannya.
Contohnya pernahkah kalian melihat balita yang berusaha untuk memegang mainannya lalu diarahkan kemulutnya? Nah kemampuan seperti ini termasuk kedalam skema menurut jean piaget. Lalu ketika si balita melihat benda lain seperti jam tangan milik ayahnya missal maka ia akan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada mainannya yakni mengambil jam tangan tersebut lalu mengarahkannya pada mulutnya, hal ini merupakan cara balita untuk mengekplor benda yang ia temui disekitarnya. Peristiwa ini disebut piaget sebagai asimilasi yakni pengasimilasian obejk baru (jam tangan) pada skema lain (mainannya).
Sama halnya ketika balita menemukan benda lain misalnya bola, dia tetap akan menerapkan skema yang sama dengan "ambil dan bawa ke mulut". Namun setiap skema yang terjadi menyesuaikan dengan objek baru yang ia temui, hal ini disebut dengan akomodasi yaitu pengakomodasian skema lama terhadap objek baru.
Cara kerja asimilasi dan akomodasi adalah dengan menyeimbangkan cara berfikir dengan lingkungannya. Ketika 2 hal tersebut sudah selaras maka akan tercipta yang namanya keadaan ideal/equilibrium.
Taukah anda ketika seorang anak dalam tahap pra-operasional mereka belum mampu untuk membedakan antara prespektif milik sendiri dengan prespektif orang lain? Hal ini disebut sebagai Egosentrisme. Dalam tahap ini anak memiliki sikap egois dimana segala keinginannya harus dituruti, kurang memiliki empati pada orang lain dan belum bisa berbagi karna dia memiliki rasa kepemilikan atas apa yang dia miliki seorang.
Menurut dosen psikologi saya ibu Urin Laila Sa'adah S,Psi. M.Pd (Selasa, 10 Oktober 2023) beliau menjelaskan bahwa egosentrisme anak perlu untuk didukung hingga usia masuk sekolah TK/SD sebelum memasuki usia tersebut anak perlu dapat merasakan egosentrismenya dengan baik karena hal ini akan sangat berpengaruh pada anak hingga dewasa.
Ketika anda mendapati seorang anak yang tidak mau berbagi mainan dengan temannya, jangan menyakahkan anak dan memaksakan anak untuk berbagi ! karna ini merupakan proses egosentrisme pada anak, alihkan saja perhatian temannya dengan menawarkan mainan lain atau pindahkan anak untuk mencegah pertengkaran, ajari anak anda untuk mempertahankan sesuatu yang memang miliknya.
Sama halnya dengan seorang kakak yang harus mengalah dengan adiknya dengan alasan kakak lebih besar timbang adeknya, SALAH. Hal ini akan menyebabkan kakak tumbuh menjadi orang yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri, merasa harus membagikan apa yang dia punya untuk adeknya atau bahkan ia merasa adeknya lebih berhak atas segala hal dibanding dirinya sendiri sebagai kakak.
Ketika diusia sebelum menginjak sekolah anak tidak dapat merasakan egosentrismenya dengan baik maka ketika dewasa ia akan tumbuh menjadi orang yang tidak mampu memvalidasi dirinya sendiri atas apa yang dia punya, ia akan merasa apa yang dia punya adalah milik orang lain juga, apa yang dia punya harus dibagi dengan orang lain sehingga timbul rasa bersalah ketika dia memiliki sendiri apa yang dia punya.