Mohon tunggu...
Salsabila Zahwah
Salsabila Zahwah Mohon Tunggu... Lainnya - Student

A public health undergraduate student, Airlangga University.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Meningkatnya Kasus Rabies di Indonesia, Tantangan Baru untuk Pemerintah

17 Agustus 2023   09:00 Diperbarui: 17 Agustus 2023   12:44 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pemkab Cilacap

Rabies adalah salah satu penyakit yang sebagian besar menyerang populasi yang terpinggirkan, miskin dan rentan. Meskipun vaksin dan imunoglobulin yang efektif untuk manusia telah tersedia untuk rabies, tapi faktanya seringkali tidak tersedia atau tidak dapat diakses oleh mereka yang membutuhkan.

Indonesia dihadapkan dengan peningkatan kasus rabies dalam beberapa tahun terakhir. Kasus rabies yang hampir tidak terkendali ini memicu keprihatinan. Dikutip dari kementerian kesehatan RI hingga April 2023 terdapat 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, dan diantaranya ada 11 kasus kematian. 

Sumber: Kementrian Kesehatan
Sumber: Kementrian Kesehatan

Adapun faktor yang turut andil dalam pembengkakan kasus ini, diantaranya:

1. Tingkat Vaksinasi Hewan Peliharaan Rendah

Salah satu faktor utama adalah rendahnya tingkat vaksinasi hewan peliharaan di Indonesia. Banyak pemilik hewan peliharaan yang menyepelekan pentingnya vaksinasi rabies dan dampaknya terhadap mencegah penyebaran penyakit ini. Rendahnya vaksinasi ini muncul sebagai akibat dari keterbatasan akses ke layanan kesehatan hewan dan kurangnya kampanye edukasi yang efektif.

2. Pengadaan Vaksin Terbatas

Jumlah vaksin yang disediakan oleh pemerintah untuk keperluan vaksinasi rabies sangat kurang dan tidak sesuai dengan populasi hewan penular rabies (anjing) yang ada, ditambah dengan pelaksanaan vaksinasi di sebagian daerah belum sesuai dengan prosedur yang benar

3. Kendala Infrastruktur Untuk Program Pengendalian Virus

Pembangunan infrastruktur yang terbatas dan tidak merata, terutama di daerah pedesaan, membuat program pengendalian rabies sulit untuk dilaksanakan dengan efektif. Belum lagi alat diagnostik yang tersedia saat ini tidak cukup mampu untuk mendeteksi infeksi rabies sebelum timbulnya penyakit klinis. Kecuali jika terdapat tanda-tanda spesifik rabies seperti hidrofobia atau aerofobia, atau terdapat riwayat kontak yang dapat dipercaya dengan hewan yang dicurigai atau telah dikonfirmasi sebagai hewan penular rabies.

Investasi dalam infrastruktur kesehatan hewan, seperti pembangunan pusat layanan dan klinik kesehatan hewan, bisa berdampak baik untuk jangka panjang kehidupan masyarakat sehingga kita dapat mewujudkan lingkungan yang lebih aman baik bagi manusia dan hewan.

Sumber:

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230602/3343156/hingga-april-2023-ada-11-kasus-kematian-karena-rabies-segera-ke-faskes-jika-digigit-anjing/

https://repository.pertanian.go.id/bitstreams/a1e2a951-edd6-4f06-8081-00d47b743872/download

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun