Mohon tunggu...
Salsabila Hidayatus Sibyan
Salsabila Hidayatus Sibyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Artikel

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Evaluasi Kurikulum Pendidikan di Indonesia

29 Oktober 2024   19:39 Diperbarui: 12 November 2024   23:26 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan landasan utama bagi kemajuan zaman bangsa. Di indonesia, kurikulum pendidikan telah mengalami berbagai macam perubahan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan global. Dalam kondisi ini penting bagi mentri pendidikan untuk memahami tantangan dan peluang yang ada dalam sistem pendidikan yang ada di indonesia saat ini.

Semenjak kemerdekaan, indonesia telah melakukan berbagai kurikulum, mulai dari kurikulum rencana pelajaran 1947, hingga kurikulum merdeka yang diperkenalkan pada tahun 2022. Setiap kurikulum memiliki tujan yang berbeda, tetapi semua bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Misalnya, kurikulum 2013 (K-13) berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan berpikir kritis siswa. Namun, implementasinya seringkali terhambat oleh kurangnya pelatihan guru dan infrastruktur yang memadai.

Salah satu tantangan utama kurikulum adalah ketidakmerataan kualitas pendidikan di berbagai daerah. Banyak sekolah di daerah terpencil masih kekurangan sumber daya dan fasilitas yang memadai. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan yang lebih inklusif dalam pengembangan kurikulum agar semua siswa tanpa memandang lokasi giografis, dan dapat mengakses pendidikan yang berkulitas.

Kurikulum merdeka menawarkan fleksibilitas dalam pembelajaran dan penekanan pada pengembangan karakter serta keterampilan esensial. Dengan memberikan kebebasan kepada guru untuk menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, kurikulum ini berpotensi menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan responsif. Namun, keberhasilan implementasi kurikulum ini sangat bergantung pada kesiapan guru dan pendukung dari pemerintah dalam menyediakan pelatihan serta sumber daya tang diperlukan.

Berikut beberapa rekomendasi untuk mentri pendidikan:

  • Penguatan pelatihan guru: Investasi dalam pelatihan guru sangat penting agar mereka dapat mengimplementasikan kurikulum dengan baik. Program pelatihan harus berkelanjutan dan relevan dengan perkembangan terbaru dalam pendidikan.
  • Peningkatan infrastruktur: pemerintah perlu memastikan bahwa semua sekolah, terutama di daerah terpencil, memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar.
  • Evaluasi berkelanjutan: melakukan evaluasi secara berkla terhadap kurikulum yang di terapkan untuk memastikan bahwa kurikulum tersebut tetap relevan deengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
  • Kolaborasi dengan stakeholder: Mengajak berbagai pihak, termasuk orang tua, masyarakat, dan sektor swasta, untuk berkolaborasi dalam pengembangan pendidikan agar lebih holistik dan terintegrasi

Dengan memhami sejarah dan tantangan sistem pendidikan di indonesia, serta memanfaatkan peluang yang ada melalui kurikulum merdeka, mentri pendidikan dapat mengambil langkah starategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. Pendidikan yang baik adalah investasi masa depan bangsa; oleh karena itu, upaya bersama dari semua pihak sangat diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun kekurangan dan kelebihan dari kurikulum merdeka, sebagai berikut:

Kelebihan kurikulum Merdika

  • Flesibilitas pembelajaran: Kurikulum merdeka memungkinkan siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakat mereka, sehingga meningkatkan motivasi belajar. Siswa dapat lebih fokus pada materi yang relevan dengan kebutuhan mereka.
  • Pendekatan proyek: Dengan penekanan  pada pembelajaran berbasis proyek, siswa didorong untuk mengeksplorasi isu-isu aktual dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Ini membantu mereka memahami konteks sosial dan lingkungan di sekitar mereka.
  • Pengembangan Karakter: Kurikulum ini bertujuan untuk memperkuat profil pelajar Pancasila, yang mencakup nilai-nilai karakter seperti gotong royong dan keadilan sosial. Hal ini penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga beretika.

Kekurangan kurikulum merdeka 

  • Persiapan yang Belum Matang: Implementasi kurikulum ini masih menghadapi tantangan terkait kesiapan guru dan fasilitas pendidikan. Banyak guru yang belum sepenuhnya memahami karakteristik kurikulum ini, sehingga menghambat efektivitas pengajaran.
  • Kurangnya Standarisasi: Dengan kebebasan yang diberikan kepada sekolah dan guru, ada risiko terjadinya ketidakmerataan dalam kualitas pendidikan di berbagai daerah. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan dalam pencapaian akademis antar siswa.
  • Sumber Daya Manusia yang Terbatas: Ketersediaan tenaga pendidik yang terlatih dan siap menerapkan kurikulum ini masih kurang. Tanpa dukungan SDM yang memadai, tujuan dari Kurikulum Merdeka sulit tercapai.

Program yang Perlu Dilanjutkan

  • Program Guru Penggerak: Program ini berfungsi sebagai penggerak ekosistem pendidikan untuk meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah-sekolah. Melanjutkan program ini akan membantu pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.
  • Pembelajaran Berbasis Proyek: Pendekatan ini harus terus didorong karena dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan relevansi pembelajaran dengan kehidupan nyata.

Program yang Perlu Dihapus atau Direvisi:

  • Standar Penilaian yang Kaku: Penilaian yang terlalu terstandarisasi harus direvisi agar lebih fleksibel dan sesuai dengan pendekatan kurikulum merdeka. Penilaian harus lebih berbasis proyek dan autentik untuk mencerminkan kemampuan siswa secara holistik.

Solusi 

  • Peningkatan Pelatihan Guru Secara Berkelanjutan
  • Pelatihan guru yang berkualitas sangat penting untuk memastikan implementasi kurikulum yang efektif. Program pelatihan harus mencakup pemahaman tentang pendekatan baru dalam Kurikulum Merdeka dan harus dilakukan secara berkala. Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan untuk menyediakan pelatihan online dan pendampingan bagi guru, sehingga mereka siap menghadapi tuntutan kurikulum yang dinamis.
  • Peningkatan Infrastruktur Pendidikan di Daerah Terpencil
  • Untuk mengurangi ketimpangan pendidikan, pemerintah perlu berfokus pada penyediaan fasilitas dan sumber daya di daerah terpencil. Pembangunan ruang kelas, akses internet, perpustakaan, dan laboratorium akan membantu siswa di daerah tersebut mendapatkan kualitas pendidikan yang setara.
  • Penerapan Pendekatan Pembelajaran yang Inklusif
  • Kurikulum sebaiknya dirancang agar semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, dapat belajar dengan maksimal. Fleksibilitas dalam Kurikulum Merdeka dapat dimanfaatkan untuk memberikan penyesuaian metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.
  • Pemberdayaan Program Guru Penggerak
  • Program Guru Penggerak sebaiknya dilanjutkan dan diperluas cakupannya agar lebih banyak guru yang dapat berperan sebagai agen perubahan dalam ekosistem pendidikan. Guru Penggerak diharapkan dapat menjadi pendamping bagi rekan sejawatnya, memberikan inspirasi, serta berbagi pengalaman dalam menerapkan kurikulum dengan efektif.
  • Evaluasi Kurikulum Secara Berkala
  • Evaluasi kurikulum perlu dilakukan secara berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Evaluasi ini melibatkan guru, kepala sekolah, dan pakar pendidikan untuk memberikan masukan yang komprehensif.
  • Kolaborasi dengan Masyarakat dan Sektor Swasta
  • Pihak swasta dan masyarakat dapat diajak bekerja sama untuk membantu pendidikan, misalnya dengan menyelenggarakan program beasiswa, pengembangan perpustakaan digital, atau pelatihan keterampilan untuk siswa. Dukungan dari berbagai pihak akan memperkuat ekosistem pendidikan yang inklusif dan holistik.
  • Revisi Standar Penilaian
  • Untuk mendukung pendekatan fleksibel Kurikulum Merdeka, sistem penilaian perlu diadaptasi. Penilaian berbasis proyek dan pembelajaran autentik harus diutamakan agar hasil penilaian lebih menggambarkan kemampuan nyata siswa, bukan sekadar hasil tes standar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun