Mohon tunggu...
Salsabila Safri
Salsabila Safri Mohon Tunggu... Jurnalis - (road to be) Journalist

Sangat mengapresiasikan segala jenis saran dan masukan. Berusaha menjadi lebih baik dengan belajar menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hubungan Internasional dalam Perspektif Islam: Mengapa Perlu Belajar dari Barat?

30 Oktober 2019   22:35 Diperbarui: 30 Oktober 2019   22:54 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peradaban manusia memiliki masa lalu yang kelam, dengan banyaknya peperangan yang terjadi di berbagai penjuru dunia Maka  masyarakat internasional mulai mempelajari hubungan antar negara-negara, untuk menciptakan suatu perdamaian. Lalu lahirlah Ilmu Hubungan Internasional (HI), disusul dengan teori-teori yang saling mengkritik soal sifat manusia dan strategi dalam menciptakan perdamaian.

Tokoh-tokoh HI seperti David Ricardo, Adam Smith, Hans Morgentau, Karl Marx mencetuskan teori-teori yang menjadi kajian dalam HI. Diantaranya Realisme, Liberalisme, dan Marxisme. Teori satu dengan yang lain saling megritiki. Jika suatu teori muncul, dan sebagian meragukan pernyataan dalam teori tersebut, maka lahir teori berikutnya yang bertujuan membenarkan atau melengkapi teori sebelumnya. Begitu seterusnya. Hal itu seperti yang terjadi pada Great Debates International Relations yang sampai saat ini menjadi kajian Ilmu HI.

Para Ilmuan Barat melahirkan berbagai teori Hubungan Internasional dengan akal manusia dan logika semata. Mereka menjadikan akal sebagai sumber ilmu, dan membuat teori berdasarkan tolak ukur kebenaran ciptaan manusia.  Hal ini menyebabkan lahirnya teori-teori Hubunga Internasional yang tidak relevan, karena kebenaran yang datang dari manusia sifatnya relatif. Perpektif mereka tak serempak, karena mereka memisahkan urusan ilmu dengan Tuhan, yang menciptakan ilmu tersebut.

Berbeda dengan cara pandang Islam (Islamic worldview).  Muslim mengetahui bahwa akal manusia bukanlah sumber kebenaran yang haqiqi. Muslim memiliki pedoman yang diyakini, yaitu Al-Qur'an. Keseluruhan ayat didalamnya adalah firman Allah SWT, satu-satunya dzat yang haqiqi. Hadits.dan ijma' juga menjadi landasan hukum penguat Al-Qur'an.

Muslim seharusnya memandang segala sesuatu dengan Worldview Islam. Begitupula dalam mengkaji Hubungan Internasional. Meskipun demikian, bukan berati muslim meninggalkan sejarah panjang dan teori HI menurut Barat. Penting untuk mempelajari dan mendalami HI menurut Perspektif Barat sebagai kaca perbandingan Hubungan Internasional dalam Perspektif Islam. Tidak semua ilmu dari Barat bertentangan dalam Islam. Segala bentuk pengetahuan dapat diterima muslim, selama ilmu dan pengetahuan tersebut tidak melanggar aqidah dan syariah (hukum islam) sebagai pedoman muslim.

Maka dari itu penting bagi muslim untuk mengkaji Hubungan Internasional dengan kacamata Islamic worldview. Sehingga mampu melahirkan Teori Hubungan Internasional dalam Perspektif Islam yang tidak menuai perselisihan. Karen sumber Islam yaitu wahyu dari sang pemilik kebenaran, Allah SWT yang memiliki kebenaran haqiqi. Islam tidak mentah-mentah menolak ilmu Barat. Selama teori akal dan empiris yang dikemukakan Ilmuan Barat tidak bertentangan dengan wahyu, maka dapat diterima sebagai pengetahuan dalam melakukan hubungan dengan manusia (muamalah ma'a nas).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun