Mohon tunggu...
zalsabila ramadhani
zalsabila ramadhani Mohon Tunggu... Perawat - perawat

Mahasiswi kesehatan yang tertarik untuk menulis artikel dibidang kesehatan, selain itu juga tertarik untuk menulis artikel dibidang gaya hidup

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pencegahan Tingkat Kecemasan yang Tinggi Akibat Frekuensi Penggunaan Media Sosial Berlebih pada Gen-Z dengan Metode Latihan Renang

9 Januari 2025   13:42 Diperbarui: 9 Januari 2025   13:41 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Adanya gadget dalam era globalisasi saat ini membuat beragam kemudahan bagi seseorang untuk mengakses informasi yang diperlukan. Terutama bagi seseorang yang memiliki kebutuhan untuk mengakses informasi menggunakan media sosial. Namun, ketika seseorang tersebut terlalu sering dalam mengakses informasi tersebut dapat berakibat buruk bagi mereka. Didalam menggunakan media sosial sebagai media informasi, tentunya harus diimbangi dengan waktu istirahat/tidur yang cukup pula. Namun, di dalam praktiknya pada sebagian orang terutama pada kalangan gen-z, tidak memiliki keseimbangan dalam aktifitas media sosial-nya dengan waktu tidur. Alih-alih dalam menjaga waktu tidur demi kesehatan tubuhnya, gen-z lebih memilih untuk tetap terjaga hingga larut malam dalam memenuhi keinginannya, agar tetap ter-update dengan seluruh perkembangan yang ada di media sosial.

                 Generation-z atau biasa disingkat gen-z itu sendiri merupakan generasi yang lahir pada tahun 1997 hingga pada kurun waktu tahun 2012, generasi tersebut mendominasi untuk populasi saat ini di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (2020) menunjukkan bahwa terdapat total 27,94% total populasi untuk generasi kelahiran tahun 1997-2012. Sebagai generasi yang tumbuh beriringan dengan perkembangan teknologi yang pesat, membuat mereka tidak jauh Generasi ini memiliki satu kebiasaan tersendiri dalam beraktifitas sehari-hari dan dalam mengisi waktu luang ketika senggang, yakni dengan mengakses media sosial. Dengan dibuktikannya bahwa jumlah gen-z pengakses akun media sosial di Indonesia pada tahun 2024 sebesar 34,40% (Prasetiyo et al., 2024). Salah satu fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya penggunaan media sosial berlebih yang seringkali ditemui pada kalangan anak muda. Mereka kerap kali mengakses akun sosial media terutama ketika malam hari, terutama ketika jika ada pada masa libur panjang. Alih-alih memilih untuk tidur dan mengistirahatkan diri, mereka malah memilih untuk begadang dengan bermain gadget. Hal itu dipicu akibat adanya satu mekanisme blue light exposure, atau paparan layar smartphone yang dapat menghambat produksi melatonin atau hormon yang memiliki peran dalam mengatur siklus tidur manusia (Chang, Aeschbach, Duffy, & Czeisler, 2015). Bahkan pada data yang ada waktu penggunaan handphone atau screen time pada gen-z menunjukkan waktu yang cukup lama.

Kebiasaan terlalu banyak bermain gadget bisa jadi menjadi satu kebiasaan yang dapat berdampak buruk bagi pula bagi siklus tidur mereka. Hal tersebut dikarenakan, dengan melakukannya terlalu sering, maka jam tidur akan berubah dan bangun terlambat. Hal tersebut akan mengganggu produktifitas dari seseorang itu sendiri karena akan memulai aktifitasnya lebih lambat dibandingkan beberapa orang lain. Selain berpotensi mengganggu produktifitas gen-z, kualitas tidur yang buruk juga akan berdampak pada keseimbangan secara emosional dan fungsi kognitif serta menyebabkan insomnia. Kesulitan tidur atau biasa disebut dengan isomnia, bermula dari kebiasaan dari seseorang yang biasa untuk tetap terjaga hingga larut malam. Kebiasaan tersebut mengakibatkan kecemasan pada diri seseorang apabila terlalu lama mengalami kondisi tersebut. Menurut Sigmund Freud, kecemasan dan ketakutan merupakan bagian dari id, yang berupa kepribadian yang muncul akibat pengaruh energi psikis yang bekerja dalam aspek prinsip kepuasan.  Ketika seseorang sedang menggunakan id-nya dengan mengakses hal-hal yang membuatnya senang dalam hal ini adalah media sosial. Apabila, ia tidak sedang menggunakan media sosial tersebut sesuai keinginannya, maka dapat menimbulkan kecemasan akibat id-nya yang tidak terpenuhi. Sehingga mereka terjebak dalam pemenuhan keinginan sesaat mereka dengan mengakses akun media sosialnya terlalu lama. Selain id, Sigmund Ferud atau teorinya biasa disebut dengan freudian psychoanalysis juga memperkenalkan aspek lain yang dinamakan superego, aspek tersebut meliputi sebuah keseimbangan, Lapsley & Stey (2011) mengatakan bahwa, "the superego is a further differentiation within the ego which represents its "ideal." Sehingga, dapat diartikan bahwa superego merupakan elemen yang mengatur agar id seseorang itu sendiri tidak melebihi batas tertentu. Maka jika digabungkan pada satu fenomena yang diangkat dalam artikel ini adalah satu kecemasan moral yang merupakan konflik antara id dan superego. Dalam beberapa kasus meliputi seseorang yang memiliki kondisi karakter berpendirian kuat akan memicu konflik tersebut lebih hebat dibandingkan dengan jiwa karakter yang memiliki batas toleransi berlebih. Seperti halnya ketika seorang bocah yang dihukum karena melanggar suatu aturan tertentu akan mengakibatkan muncul rasa bersalah dan juga rasa malu yang beriringan.

                 Seperti halnya ketika seorang remaja tengah bangun di tengah malam serta mengalami kesulitan tidur padahal ia harus memulai aktifitasnya di keesokan hari, dan membuat ia merasakan kecemasan yang muncul dari dirinya. Kecemasan itu muncul bisa saja berasal dari rasa takutnya jika ia tidak bisa tidur maka ia akan bangun terlalu siang dan menyebabkan terlambat dalam melakukan aktifitas. Ketika ia terlambat maka ia juga akan takut jika nantinya ia mendapatkan konsekuensi tertentu. Oleh karenanya, sejak saat itulah ia perlu mengetahui bagaimana cara dalam mengontrol dan rasa kecemasannya itu sehingga tidak lagi muncul kedepannya. Terdapat sebuah penelitian oleh Novianti & Suadnyana (2022), mengenai kecemasan yang dialami oleh mahasiswa Prodi Fisioterapi UNBI sebagai responden. Dengan tingkat kecemasan rendah sebanyak 10 responden (34,5%), tingkat kecemasan sedang 14 responden (51,7%) dan tingkat kecemasan berat 4 responden (13,8%). Selain itu, pada penelitian yang dilakukan secara makro oleh WHO, menyebutkan bahwa tingkat kecemasan yang dialami oleh remaja Indonesia sebanyak 76,2 juta kasus (WHO, 2021). Angka tersebut sangatlah tinggi jika dihitung dari prosentase dan jumlah penduduk di Indoenesia yang ada pada kisaran 250juta jiwa, maka terdapat kurang lebih 190juta jiwa yang mengalami. Jika ditinjau dari angka tersebut maka perlu adanya keseriusan yang dilakukan guna menanggulanginya. Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan dalam mengantisipasi insomnia yang berimbas pada munculnya rasa kecemasan pada diri seseorang yang mengalami gangguan tidur.

                 Adapun metode pencegahan yang dapat dilakukan guna mengantisipasi tingkat kecemasan berlebih, dan gangguan tidur yang dialami oleh remaja adalah dengan berolahraga. Berolahraga bagi sebagian orang merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan ketika seseorang berkeinginan untuk badannya lebih bugar. Namun, disisi lain secara ilmiah berolahraga dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan psikologis seseorang, salah satunya adalah dengan berenang. Sebagai salah satu olahraga kontemporer, berenang juga memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi individu yang sehat maupun yang tidak sehat, termasuk kesehatan psikologis yang lebih baik (Lee & Oh, 2013; Lee & Oh, 2014; Oh & Lee, 2015; Oja et al., 2017). Secara lebih spesifik, menurut jurnal yang dituliskan oleh Aidar et al., (2013), jika olahraga air dapat mengurangi tingkat depresi dan kecemasan yang tidak diperlukan pada orang yang secara psikologis tidak sehat.

                 Dalam hal ini terdapat salah satu penelitian yang memiliki mekanisme latihan renang yang memiliki dampak positif bagi peserta yang mengikuti latihan tersebut. Pada sebuah jurnal yang ditulis oleh Adnan et al., (2019), bahwa terdapat 28 mahasiswa pria dewasa yang sehat dari Universitas Malaya berusia antara 19 hingga 33 tahun dipilih sebagai peserta. Adapun detail pelaksanaan selama  adalah sebagai berikut ini:

Latihan minggu pertama:

  • Latihan pemanasan (menendang) menggunakan papan tendang 10 50 m selama 5 menit.
  • Renang gaya dada 10 50 m selama 40 menit.
  • Latihan pendinginan (renang bebas) 100 m selama 5 menit.

Latihan minggu kedua:

  • Latihan pemanasan (renang bebas) 200 m selama 5 menit.
  • Renang gaya dada 20 50 m selama 40 menit.
  • Latihan pendinginan (renang bebas) 100 m selama 5 menit.

Latihan minggu kedua:

  • Latihan pemanasan (renang bebas) 200 m selama 5 menit.
  • Renang gaya dada 10 100 m selama 40 menit termasuk pengenalan gaya bebas, tendangan renang, dan teknik tarik lengan.
  • Latihan pendinginan (renang bebas) 100 m selama 5 menit.

Latihan minggu ketiga:

  • Latihan pemanasan (renang bebas) 200 m selama 5 menit.
  • Renang gaya dada dan gaya dada 10 50 m selama 40 menit.
  •  Latihan pendinginan (renang bebas) 100 m selama 5 menit.

Latihan minggu kelima, keenam, dan ketujuh:

  • Latihan pemanasan (renang bebas) 200 m selama 5 menit.
  • Berenang 10 100 m, latihan 8 50 m, kecepatan 8 50 m selama 40 menit.
  • Latihan pendinginan (renang bebas) 100 m selama 5 menit.
  • Latihan minggu ke-delapan:
  • Latihan pemanasan (renang bebas) 200 m selama 5 menit.
  • Renang gaya dada dan gaya dada 5 100 m selama 40 menit.
  • Latihan pendinginan (renang bebas) 100 m selama 5 menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun