Mohon tunggu...
Salsabila Rahadatul Aisy
Salsabila Rahadatul Aisy Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Bluemoon

Selanjutnya

Tutup

Nature

Banjir yang Terjadi di Kalimantan Selatan

2 Maret 2021   19:38 Diperbarui: 2 Maret 2021   19:43 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di tahun 2021 ini, sudah banyak sekali terjadi terjadi peristiwa bencana alam dimana - mana. Salah satu bencana alam yang terjadi adalah banjir. Kita sudah tidak asing lagi dengan kata 'banjir'. Banjir merupakan kejadian alam yang dimana luapan air dalam jumlah besar masuk ke daratan yang biasanya daratan itu kering.

Dikutip dari situs BNPB, banjir adalah peristiwa atau kejadian alami dimana sebidang tanah atau area yang biasanya merupakan lahan kering, tiba-tiba terendam air karena volume air meningkat. Penyebab terjadinya banjir di daerah itu bermacam-macam, seperti curah hujan yang tinggi, rusaknya bendungan, penggundulan hutan, ataupun kurangnya resapan air. banjir sangat berbahaya dan berpotensi menyebabakan kerusakan yang sangat luas pada kehidupan.

Daerah yang terkena banjir pada awal 2021 salah satunya yaitu Kalimantan Selatan. Pada pertengahan Januari sekitar tanggal 9-14 Januari 2021, Kalimantan Selatan dilanda banjir yang cukup parah, dimana bencana banjir ini menimpa beberapa Kota dan Kabupaten, yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kota Banjar baru, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Banjir yang melanda Kalimantan Selatan, dikatakan sebagai dampak dari cuaca ekstrim yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer yang labil. hal ni disampaikan oleh Kepala Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin Badan Meteorologi Klimatalogi dan Geofisika (BMKG), Karmana dalam keterangan tertulisnya, dijelaskan pada tanggal 12-15 Januari 2021 telah terjadi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang.

"Cuaca ekstrem ini dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di wilayah Kalimantan Selatan yang labil." Kata Karmana, Senin (18/01/2021).

Dia juga menyebutkan, dinamika atmosfer pertama yang mendukung cuaca ekstrem ini terjadi adalah karena adanya pergerakan suplai uap air dari Pasifik Timur ke Pasifik Barat (La Nina). Kedua, suhu muka laut yang lebih hangat dari normalnya juga mengakibatkan aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia, Terutama di wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, adanya pusaran angin tertutup di seitar Kalimantan sehingga mengakibatkan terbentuknya daerah penemuan angin (konvengensi) di wilayah Laut Jawa hingga Kalimantan bagian Selatan dan Timur.

Namun, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalimantan Selatan, Dwi Cahyono, berpendapat bahwa banjir disebabkan oleh degradasi lingkungan  akibat ratusan lubang pertambangan yang tidak dilakukan reklamasi dan hampir lima puluh persen dari 3,7 juta hektare lahan dikuasai oleh perusahaan tambang dan kelapa sawit. Ia juga mengatakan, perlunya melihat kondisi hulu dan hilir kondisi lingkungan. Kalimantan Selatan sendiri sejak tahun 2005 yang memiliki luas tutupan lahan sebanyak 1,18 juta hektare tersisa menjadi 0,92 juta di tahun 2019. Perubahan guna lahan tersebut, ditambah kalau daerah tersebut ditimpa hujan ekstrem, menjadikan wilayah Kalsel yang memang secara morfometri dan morfologi sangat rentan terhadap banjir.

Greenpeace Indonesia menduga banjir bandang melanda Kalimantan Selatan lantaran daerah aliran sungai (DAS) telah kehilangan sekitar 304.225 hektare tutupan hutan sepanjang 2001--2019. Sebagian besar sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Juru bicara kampanye hutan Greenpeace Indonesia Arie Kompas menjelaskan bahwa DAS merupakan wilayah yang seharusnya menampung air hujan di Kalimantan Selatan. Namun karena tutupan hutannya berkurang drastis, kemampuan menampung air jadi berkurang. Perluasan lahan secara terus menerus, menurut Jefri akan memperparah bencana di kondisi cuaca ekstrem.

 "Akhirnya juga mempengaruhi dan memperparah kondisi cuaca ekstrem, baik itu di musim kemarau maupun di musim penghujan," kata Jefri.

Setiap terjadi peristiwa bencana alam pasti memiliki dampak bagi kehidupan. Banjir yang meluap hingga dijalanan dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan bangunan dan membahayakan masyarakat. Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 112.709 warga mengungsi dan 27.111 rumah terendam akibat banjir di Kalimantan Selatan ini. Bahkan, kondisi ini menyebabkan ruas jalan utama Provinsi Kalimantan Selatan tergenang dan jembatan di Jalan Ahmad Yani km 55, Mataram Banjar pun terputus akibat terjangan banjir.

Banjir di Kalimantan Selatan ini memakan cukup banyak korban jiwa. Pelaksana Tugas Kepala Desa Hantakan, Sri Wanda, menyatakan pada 11 Januari 2021 bahwa lima mayat ditemukan oleh warga di Hantakan, Hulu Sungai Tengah. Diduga masih ada puluhan korban hilang lainnya. Seorang balita ditemukan tewas setelah terseret banjir di Banjarbaru pada 14 Januari 2021. Hujan yang terus mengguyur juga menyebabkan longsor di Tungkaran, Pelaihari, Tanah Laut, dan satu orang dinyatakan tertimbun pada 15 Januari 2021. Data yang BNPB himpun pada 17 Januari 2021 menyatakan bahwa korban jiwa berjumlah 15 orang dengan rincian Kabupaten Tanah Laut 7 orang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 3 orang, Kota Banjar Baru 1 orang, Kabupaten Tapin 1 orang, dan Kabupaten Banjar 3 orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun