Mohon tunggu...
Salsabila Putri Sudianti
Salsabila Putri Sudianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

Mahasiswa PWK Unej

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya

31 Oktober 2022   09:36 Diperbarui: 31 Oktober 2022   09:39 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Todaro (2005), pernah berteori terkait pertumbuhan ekonomi ini merupakan suatu proses dimana output akan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dan hal inilah yang menjadi indikator penting dalam pengukuran keberhasilan pembangunan suatu negara.Pusat pertumbuhan dapat diartikan secara fungsional maupun geografis. Secara geografis, pusat pertumbuhan memiliki artian bahwa suatu lokasi atau wilayah memiliki kelengkapan fasilitas dan akses yang mudah sehingga dapat menjadi pusat daya tarik yang nantinya berbagai usaha dapat tertarik untuk berlokasi di tempat tersebut. Sedangkan secara fungsional, pusat pertumbuhan memiliki artian bahwa suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha di bidang industry yang saling berhubungan secara dinamis sehingga dapat menstimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar.

Pusat pertumbuhan pada suatu wilayah memiliki peranan penting dalam menentukan arah kebijkan dan regulasi baik itu pemerintah pusat maupun daerah dalam melakukan pembangunan wilayah. Menurut Solow dan Swan (1956) pada teori dasar pertumbuhan ekonomi menjelaskan bahwa tidak terdapat pengaruh dari oeran pemerintah terhadap pertumbuhan baik dalam hal pengeluaran maupun pajak. Pertumbuhan ekonomi hanya dipengaruhi oleh stok kapital yaitu persediaan barang yang berwujud, tenaga kerja, dan teknologi yang bersifat eksogen. Indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tolak ukur secara makro adalah pertumbuhan ekonomi berupa perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu daerah. Jika pertumbuhan ekonomi suatu wilayah semakin tinggi maka dapat dipastikan semakin baik pula kegiatan ekonominya.

Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan menjadi salah satu indikator penting dalam keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara pasti akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal dan mulai menurunkan angka kemiskinan. Di Indonesia, kemiskinan merupakan permasalahan biasa yang telah ada sejak lama. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2009 jumlah penduduk yang hidup di garis kemiskinan  sekitar 32,5 juta jiwa. Masyarakat yang hidup di bayang-bayang kemiskinan biasanya menderita kekurangan gizi, tingkat buta huruf yang tinggi, tingkat kesehatan yang buruk, lingkungan buruk, dan kurangnya akses infrastruktur maupun kurangnya pelayanan public yang memadai.

Menurut Adam Smith, pemerintah memiliki tiga fungsi utama untuk mendukung perekonomian, yaitu adanya pemeliharaan keamanan dalam negeri maupun pertahanan, penyelenggaraan peradilan, penyediaan barang-barang yang tidak dimiliki oleh swasta seperti berupa infrastruktur dan fasilitas umum. Dalam penyelenggaraan hal ini pemerintah membutuhkan anggaran agar dapat melakukan fungsinya dengan baik yang dilakukan menggunakan kebijakan fiskal.

Perekonomian Indonesia jangka menengah sedang dihadapkan pada tantangan pokok terkendalanya pembangunan faktor produksi komplementer yang dapat menghambat dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas. Kurangnya perbaikan kondisi infrastruktur menjadi salah satu hambatan dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah hal ini disebabkan karena alokasi belanja pemerintah untuk infrastruktur yaitu berdasarkan delapan tahun terakhir hanya 1,6% PDB. Infrastruktur berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi dengan nilai yang tinggi selalu dijumpai pada wilayah dengan tingkat ketersediaan infrastruktur yang mencukupi.

Akses jalan juga menjadi faktor penting dalam pertumbuhan suatu wilayah. Hal ini dikarenakan bahwa akses jalan merupakan jalur mobilitas pergerakan barang dan jasa di suatu wilayah. Jika akses jalannya semakin baik maka semakin kuat pula interaksi penduduk yang dapat meningkatkan perekonomian. Akses jalan yang dimaksud bukan hanya untuk transportasi darat saja, tetapi pada transportasi udara maupun laut juga harus diperhatikan. Menurut Syaifudin (2017), konektivitas memiliki arti sebagai hubungan atau sambungan yang dapat melancarkan segala urusan dalam hal kegaitan.konektivitas wilayah ini dapat dikatakan sebagai seberapa jauh tingkat keefktifan jaringan wilayah atau antar wilayah dalam memfasilitasi arus perpindahan barang dan jasa.

Kota Surabaya merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur yang memiliki konektifivitas jaringan jalan yang luas dengan menghubungkan antar kecamatan di masing-masing wilayah. Berdasarkan data BPS, Surabaya memiliki indeks konektivitas cukup tinggi yaitu 1,870. Dapat diartikan bahwa Surabaya merupakan wilayah dengan intensitas interaksi yang tinggi, yang dapat berpotensi bagi pergerakan manusia maupun barang dan jasa secara cepat tidak ada hambatan. Dalam hal ini, Surabaya dapat menghubungkan wilayah-wilayah lain disekitarnya untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Daerah sekitar Surabaya nantinya akan ikut berkembang karena dilewati atau dikaitkan dengan arus pembangunan ekonomi.

Analisis gravitasi merupakan analisis untuk melihat kaitan antara potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Secara analisis gravitasi ke Surabaya, Kabupaten Sidoarjo memiliki interaksi paling kuat yaitu sebesar 12.531.694.335. lalu diikuti oleh Kabupaten Gresik ke Surabaya sebesar 11.891.727.843. selanjutnya, Surabaya ke Kabupaten Jombang sebesar 5.940.400.298. Berdasarkan data tersebut, analisis gravitasi yang paling kuat interaksinya yaitu Kabupaten Sidoarjo ke Kota Surabaya.

Kota Surabaya menjadi pusat perekonomian di Jawa Timur, hal ini didukung dengan padatnya jumlah penduduk di kota ini. Kota Surabaya memiliki akses yang mudah untuk dilalui, maka dalam arus perekonomian juga tidak mengalami kendala yang sulit. Selain itu, Kota ini  memiliki jalan penghubung  antar wilayah baik dari laut, udara, maupun darat sehingga dapat memudahkan arus keluar-masuknya barang dan jasa. Latar belakang yang menjadikan Surabaya menjadi daerah yang memiliki interaksi tinggi yaitu karena tersedianya jalan penghubung antar wilayah (darat, laut, maupun udara). Hal inilah yangmenyebabkan arus barang dan jasa dapat mudah untuk masuk dan keluar. Perkembangna pembangunan kota ini juga sangat pesst, baik secara sosial ekonomi maupun bentuk fisiknya. Dari segi infrastruktur juga Surabaya sudah sangat lengkap dan para usahawan mulai berdatangan untuk melakukan bisnis disana. Adapaun pembangunan yang dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonominya yaitu dengan mulai dengan pengadaan transportasi laut, udara, maupun darat. Peningkatan layanan public, pembangunan kawasan (perumahan, industry, wisata, perdagangan dan jasa, dan linding), dan peningkatan kapasitas jaringan jalan.

Secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa, pertumbuhan ekonomi  berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan begitupun sebaliknya, maka peran dari pemerintah ini diharapkan dapat mamaku pertumbuhan ekonomi dengan memberlakukan perluasan investasi terutama pada bidang pertanian. Dalam memacu pertumbuhan ekonomi di perkotaan pemerintah harus fokus dalam memprioritaskan pembukaan lapangan kerja untuk membantu masyarakat miskin. Setelah itu, dengan adanya pembenahan maupun perluasan arus jalan juga dapat meningkatkan proses pembangunan ekonomi pada suatu wilayah yang nantinya persebaran barang dan jasa dapat dilakukan.

Referensi :

Gulo, Y. (2015). Identifikasi Pusat-Pusat Pertumbuhan Dan Wilayah Pendukungnya Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Nias Identification of Growth and Hinterland Area in Developing Nias District. Widyariset, 18(1), 37-48.

Lahuddin, L. (2020). ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH (STUDI PADA SURABAYA, SIDOARJO, GRESIK, MOJOKERTO DAN JOMBANG). Buletin Ekonomika Pembangunan, 1(1).

Ma'ruf, A., & Wihastuti, L. (2008). Pertumbuhan ekonomi indonesia: determinan dan prospeknya. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 9(1), 44-55.

Maryaningsih, N., Hermansyah, O., & Savitri, M. (2007). Pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bulletin of Monetary Economics and Banking, 17(1), 62-98.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun