Mohon tunggu...
Salsabila Nuriati
Salsabila Nuriati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mahasiswa KKN 027 UIN SMH Banten Dukung dan Lestarikan Budaya Seni Beladiri TTKDH di Desa Sanghiangdendek

20 Agustus 2024   10:35 Diperbarui: 20 Agustus 2024   10:49 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sanghiangdengdek, 20 Agustus 2024 ---Desa Sanghiangdengdek mendapatkan perhatian khusus dari Mahasiswa KKN 027 UIN SMH Banten dalam upaya melestarikan budaya seni beladiri Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKDH) . Melalui berbagai kegiatan, mahasiswa ini berkomitmen menghidupkan kembali seni beladiri yang sudah lama hilang dari kehidupan masyarakat setempat. Inisiatif ini bertujuan untuk mengajarkan generasi muda mengenai nilai-nilai dan teknik beladiri TTKDH, serta mendorong pelestarian budaya lokal yang kaya. Upaya ini disambut positif oleh warga desa yang berharap budaya tersebut dapat terus berkembang dan menjadi kebanggaan komunitas.
Pencak Silat Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH) menjadi salah satu awal mula kelahiran seni beladiri asli nusantara, yakni seni Pencak  Silat, Perguruan yang lebih dikenal dengan Silat Tjimande (Cimande, red) ini tersebar di Banten, Jabar dan Lampung.


Perguruan Silat (PS) TTKDH diperkirakan telah ada sejak 1770. Dahulu sebelum menjadi perguruan resmi, seni silat Cimande sering digunakan oleh para pejuang kemerdekaan untuk melawan belanda, Namun kini, saat telah merdeka, seni silat Cimande lebih sering dipertunjukkan sebagai seni.


Penekunan terhadap Seni Bela Diri Cimande merupakan bentuk kecintaan terhadap siar-siar islam dan juga bagaimana memberikan penghormatan terhadap nilai-nilai islam dimata masyarakat, Hal ini diungkapkan Ketua DPP Kesti TTKKDH Banten "Bedi, Pengukuhan Ranting Kelurahan Parung kujangan kesti TTKKDH 2020-2025 Kecamatan Cileles, kampung cijengkol, Minggu (13/11/2021) malam.

Sumber: Penulis
Sumber: Penulis
"Kalau kita punya jargon 'satu talek, satu tekad, satu tujuan'. Siapapun anggota TTKKDH, apapun kedudukannya harus memegang talek,"tuturnya.


Talek merupakan upacara pengukuhan yang sering dilakukan dalam seni beladiri tradisional, Tujuannya yakni untuk mengikat antar satu dengan yang lainnya secara bathin, "Bedi mengatakan bahwa Talek ini bukan hanya diucapkan saat upacara, namun harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari.


"Orang TTKKDH tidak ada yang tidak shalat dan tidak puasa, Karena ketika masuk TTKKDH yang pertama kali diucapkan adalah pengakuan kita terhadap kehadiran Allah SWT," imbuhnya.

Sumber: Penulis
Sumber: Penulis
Menurut Bedi pengaplikasian Talek dengan siar Islam adalah satu kesatuan. "Kenapa demikian? Karena pengucapan dua kalimat sahadat. Siapapun anggotanya dan ia berasal, bagi yang mau masuk organisasi Kesti TTKKDH itu harus mengucapkan dua kalimat sahadat," katanya.


Bedi, mengatakan bahwa dengan dikukuhkannya kesti TTKKDH Ranting Kelurahan Parung kujang ci jengkol, merupakan bukti bahwa Silat Cimande melalui TTKDH tetap berkembang di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun