Bagi orang Jepang, Hara adalah sebuah wadah. Secara metaforis Hara memiliki kemiripan dengan sebuah wadah baik dari segi fungsi dan bentuknya.Â
Wadah merupakan sebuah tempat untuk menaruh, menyimpan, atau memuat sesuatu. Begitu pula dengan Hara yang di dalamnya terdapat organ-organ penting manusia terutama yang berfungsi sebagai alat pencernaan.
Apabila dilihat dari sejarah budaya Jepang, pada zaman samurai, Kehidupan di Jepang banyak dipengaruhi oleh Cina. Ajaran yang berkembang pada saat itu adalah Budha-zen.Â
Dalam ajarannya, perut diyakini sebagai pusat kehidupan, kekuatan, dan terdapat sesuatu yang sakral di dalamnya. Bahkan, dalam pengobatan tradisional Jepang, perut menjadi sumber pengobatan utama.Â
Oleh karena itu, dengan memotong perut berarti membedah suatu wadah untuk mengeluarkan sesuatu yang ada di dalamnya.Â
Orang Jepang meyakini bahwa apa yang ada di dalam perut merupakan sebuah entitas penting untuk kehidupan. Sehingga, apabila isi dari perut dikeluarkan maka unsur-unsur kehidupannya akan hilang.
Haragei sebagai bagian penting dalam komunikasi di Jepang
Haragei dapat dijelaskan sebagai tindakan verbal atau fisik yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan potensi pengalaman dan keberanian yang berlimpah.Â
Dapat juga dijelaskan sebagai tindakan yang berhubungan dengan orang lain atau situasi formalitas ritual dan akumulasi pengalaman, perasaan, dan pikiran secara implisit di kalangan orang Jepang (dikutip dalam Matsumoto, 1988).
Konsep Haragei sulit untuk dipahami oleh orang asing. Hal ini karena dalam penggunaan Haragei sangat mengandalkan ekspresi wajah, gestur, kata-kata yang memiliki makna tersembunyi, dan keheningan. Sehingga, untuk memahaminya tentu saja membutuhkan pengalaman, kesabaran, dan kepedulian.Â
Haragei memiliki keterkaitan dengan konsep-konsep komunikasi Jepang yang lainnya, seperti Amae, Honne dan Tatemae.Â