Pada masa sekarang, banyak ditemukan berbagai penyakit neurodegeneratif yang menyerang manusia. Salah satu penyakit neurodegenratif yang sering muncul adalah Parkinson Disease, gangguan ini merupakan penyakit yang sering dikaitkan dengan lansia atau yang sering dikenal dengan penyakit "Buyutan". Penyakit Parkinson merupakan gangguan fungsi otak yang disebabkan oleh proses degenerasi ganglia basalis pada sel substansia nigra pars compacta (SNc) dan ditandai dengan karakteristik seperti tremor saat istirahat, kekakuan otot dan sendi (rigidity), kelambanan gerak dan bicara (bradikinesia) serta instabilitas posisi tegak (postural instability) (Hanriko & Anzani, 2018). Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering kedua setelah demensia Alzheimer. Sindrom ini pertama kali dikemukakan oleh James Parkinson tahun 1817 sebagai shaking palsy dan dinamakan paralysisagitans oleh Marshal Hall tahun 1841.
Penyakit Parkinson ini merupakan gangguan kesehatan yang akan membatasi kemampuan gerak penderitanya. Dalam berbagai penelitian menyebutkan bahwa penyakit parkinson merupakan salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak ditemukan pada usia lanjut dan jarang terjadi dibawah usia 30 tahun. Prevalensi penyakit parkinson sekitar 160 per 100.000 populasi (Gunawan et al., 2017). Selain itu, penelitian juga menyebutkan, orang berusia 60 tahun ke atas lebih berisiko untuk mengalami penyakit tersebut, namun bagi Anda yang berusia produkif juga tidak boleh lega akan ancaman penyakit ini karena penyakit ini mampu menyerang kalangan usia produktif (Post et al., 2020). Penyakit Parkinson pada usia muda (young onset parkinson disease atau YOPD) merupakan subtipe penyakit Parkinson yang terjadi pada usia 21-40 tahun, dengan prevalensi 3-6% dari total populasi pasien Parkinson. Young onset parkinson disease terjadi pada kisaran usia yang lebih muda dengan manifestasi klinis yang spesifik dan memiliki korelasi genetik yang lebih kuat dibandingkan penyakit Parkinson yang terjadi pada usia yang lebih tua (late onset parkinson disease atau LOPD) (Sudira et al., 2018).
Dalam hal ini munculnya penyakit ini pada usia muda dapat disebabkan oleh mutasi genetik dan lingkungan. Etiologi penyakit Parkinson bersifat multifaktorial dan ditentukan oleh interaksi antara faktor gen dan lingkungan. Penelitian serta publikasi ilmiah dalam 19 tahun terakhir mengidentifi kasi kelainan monogenik dan peran faktor risiko genetik terhadap timbulnya penyakit Parkinson(Sudira et al., 2018). Identifikasi 11 mutasi gen dari 18 regio kromosom mempertegas keterlibatan genetik baik pada kasus familial yang diwariskan secara autosomal dominan, autosomal resesif, maupun sporadic.
Gejala yang muncul pada penderita YOPD ini sama dengan penderita LOPD, pada penderita akan mengalami gejala sebagai berikut:
- Tremor, gejala primer motorik pertama yang paling mudah dikenali pada penyakit Parkinson adalah tremor khas "pill-rolling" (pronasi atau supinasi). Tremor yang terjadi biasanya dimulai pada salah satu ekstremitas tangan lalu berkembang meluas pada tungkai sisi yang sama hingga sisi yang normal akan turut mengalami tremor.
- Rigiditas, gejala ini pada penderita parkinson muncul disebabkan oleh motor neuron alfa mengalami peningkatan aktivitas, sehingga rigiditas yang lebih berat dan menyeluruh bila digerakkan secara pasif, akan timbul hambatan  pada persendian pasien Parkinson stadium lanjut.Â
- Bradykinesia, pada penderita Parkinson akan terjadi bradykinesia dimana adanya kerusakan pada sirkuit neuron motorik berpengaruh terhadap kontrol motorik. Dalam hal ini, kecepatan gerak spontan menjadi sangat berkurang.
- Demensia, konsekuensi patologis dari penyakit Parkinson bersifat kompleks dikarenakan akan berkembang menjadi kompleks Parkinsonism demensia (Suharti, 2020).Â
Seorang  dengan YOPD cenderung mengalami perkembangan penyakit yang jauh lebih lambat, dan gejala yang muncul lebih lambat diketahu darpida penderita berusia lanjut atau lansia, penderita juga mengalami mengalami fluktuasi motorik lebih awal. Pada stadium awal, penderita YOPD tidak terlalu memerlukan perawatan pada awalnya, namun perawatan atau pengobatan ini harus dilakukan secara tepat sepanjang hidup mereka. Pada penderita YOPD penurunan kognitif yang terjadi lebih rendah resikonya daripada pada penderita LOPD, namun pada penderita YOPD cenderung mengalami ketidakstabilan mental atau depresi, hal ini diperkirakan terjadi akibat stigma yang dihadapi.  Penegakan diagnosis pada penderita Parkinson usia muda lebih sulit dan sulit dilakukan sehingga diagnosis YOPD pada seseorang ini sering diputuskan terlambat, hal ini dikarenakan munculnya penyakit Parkinson di usia muda merupakan suatu hal yang jarang terjadi. Â
Tatalaksana pada penderita YOPD ini memiliki kesamaan dengan penderita LOPD, pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan seperti carbidopa, levodopa, MAO, agonis dopamin, dan sebagainya (Esmail, 2019). Penggunaan obat-obatan ini berguna untuk mengontrol gejala yang muncul agar tidak terlalu memburuk. Selain itu, penderita Parkinson usia muda juga sangat disarankan untuk menjalani terapi fisik dan latihan. Tindakan ini untuk menunda progresivitas penurunan kemampuan motorik serta juga diperlukan pendampingan psikologis dan emosional bagi penderita. Penyakit parkinson dapat menyerang segala usia, bahkan Anda yang berada diusia produktif sekalipun. Oleh karena itu, Anda harus tetap waspada terhadap penyakit ini dengann menerapkan perilaku hidup sehat seperti berolahraga, mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, memiliki pola tidur yang berkualitas dan menghindari stres berebihan.
Daftar Pustaka
Calne, S. M., & Kumar, A. (2008). Young onset Parkinson's disease. Practical management of medical issues. Parkinsonism and Related Disorders, 14(2), 133--142. https://doi.org/10.1016/j.parkreldis.2007.07.007
Esmail, S. (2019). The Diagnosis and Management of Parkinson's Disease. InnovationInfo, 2:4(December 2018), 12--19.
Gunawan, G., Dalhar, M., & Kurniawan, S. N. (2017). Parkinson and Stem Cell Therapy. MNJ (Malang Neurology Journal), 3(1), 39--46. https://doi.org/10.21776/ub.mnj.2017.003.01.7
Hanriko, R., & Anzani, B. P. (2018). Parkinson's Disease: Health Threat to the Agricultural Community. J Agromedicine, 5(1), 508--512.
Post, B., Van Den Heuvel, L., Van Prooije, T., Van Ruissen, X., Van De Warrenburg, B., & Nonnekes, J. (2020). Young Onset Parkinson's Disease: A Modern and Tailored Approach. Journal of Parkinson's Disease, 10(s1), S29--S36. https://doi.org/10.3233/JPD-202135
Selbach, A., & Silbum, P. (2013). Management-of-Parkinsons-disease Aust prescriber. Australian Preciber, 35(6), 183--188.
Sudira, P. G., Subagya, & Sutarni, S. (2018). Aspek genetik dan manifestasi klinis varian young onset Parkinson disease. Berkala Neurosains, 17(3), 2--5.
Suharti, S. (2020). Patofisiologi Penurunan Kognitif pada Penyakit Parkinson. UMI Medical Journal, 5(1), 1--11. https://doi.org/10.33096/umj.v5i1.76
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H