Akupun capek. Begitu capek ketika sifat gak enakan ini dimanfaatkan oleh orang lain. Tidak sekali dua kali, berkali-kali aku merasakannya. Alih-alih menjaga perasaan orang lain, sehingga orang lain dengan mudahnya menginjak diriku secara perlahan namun menyakitkan.
4 semester ini, 2 tahun ini, aku terjebak dengan situasi jahanam seperti ini. Terlebih dalam hal akademisku, sifat ini begitu mengganggu.Â
Hingga teman-teman terdekatku menyadari bahwa sifat yang kumiliki ini banyak dimanfaatkan oleh orang lain. Pun gambar di atas merupakan gambar yang diberikan oleh temanku kepadaku.
Betul, yang bisa mengubah semua ini hanya diriku. Hanya diriku yang memiliki kuasa atas diriku sendiri. Perlahan, aku mulai berani untuk berkata TIDAK atas sesuatu hal yang tidak aku sukai.Â
Berani MENOLAK rayuan-rayuan yang perlahan menarikku untuk mengikuti keinginannya. Hal itu dapat terjadi karena dukungan orang-orang terdekatku.Â
Satu waktu aku ketakutan akan kehilangan teman juga ketakutan jika dibicarakan di belakang, sehingga aku melanjutkan hari dengan sifat yang gak enakan (lagi). Sehingga pasanganku, teman terdekatku sangat geram ketika mengetahui hal itu.Â
Dalam satu sisi aku dibuat bersyukur karena dapat mengetahui mana orang yang mendekatiku hanya untuk memanfaatkan saja, dan mana orang yang mendekatiku dengan tulus.Â
Kini aku memasuki semester baru, semester 5. Membuka lembaran baru, hari yang baru dan suasana yang baru, aku akan berjuang untuk diriku sendiri. Aku harus berani untuk MENOLAK dan berkata TIDAK. Demi kemaslahatan diriku.
Semangat untuk teman seperjuanganku yang merasakan apa yang aku rasakan. Mari bangkit. Demi dirimu. Diriku. Diri kita semua!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H