Mohon tunggu...
Salsabila IzzatiAlia
Salsabila IzzatiAlia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 4 program studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Berminat dalam kepenulisan kreatif, saya mencoba memperlebar sayap kepenulisan saya di bidang artikel dan esai opini.

Selanjutnya

Tutup

Book

Segala yang Hidup dan Mati: Resensi Kumpulan Puisi "Ikan Adalah Pertapa"

21 Juni 2023   19:47 Diperbarui: 21 Juni 2023   20:01 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang kehidupannya yang dekat dengan alam membuat karya-karya yang Ko penuh dengan tema tentang alam dan kehidupan. Hal tersebut tercermin dalam kumpulan puisi bertemakan ekologi lingkungan alam berjudul Bagaimana Kabarnya Kota Seoul. Dikenal sebagai penyair yang memandang kehidupan sebagai suatu misteri yang menyedihkan sekaligus indah, Ko mendapatkan beberapa penghargaan sastra atas karya-karyanya. Pada tahun 2003 ia mendapat Jihun Literature Award, Ilyeon Literature Award, Baeksok Literature Prize, dan Republic of Korea Culture and Arts Award pada tahun 2006. Lalu yang terbaru pada tahun 2009, mendapatkan penghargaan Contemporary Literature (Hyndae Munhak) Award.

Kumpulan puisi ini terdiri dari empat bagian, masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Pada bagian pertama, yaitu Bagai Kenangan Milik Cahaya yang Sangat Dekat terdapat 15 puisi. Puisi-puisi tersebut memiliki judul dan tema yang sangat menarik, terutama pada gaya bahasa yang digunakan oleh Hyeong-ryeol.

Cahaya menarik pekik lalu pergi

Cahaya mekar dan lenyap

Cahaya melarikan diri ke dalam mata tertutup

(Ikan adalah Pertapa_Hyeong-Reol, 2023)

Di bagian pertama, Hyeong-ryeol seakan bercerita tentang kehidupan dari kacamata objek alam, seperti laut, cahaya, matahari, awan hingga bebatuan. Terkadang Hyeong-Ryeol menggunakan objek alam sebagai perumpamaan atau persamaan terhadap kehidupan. Salah satu puisi yang menurut saya sangat menyentuh adalah puisi Memandang Dahan dan Bintang. Puisi tersebut seakan-akan menggambarkan saat laut, air terjun, dan matahari sedang memainkan drama kehidupan yang apik. Makna akan kehidupan begitu terasa saat sudut pandang tidak lagi berada di manusia, melainkan objek dan fenomena alam yang terkadang luput dari pandangan.

Puisi-puisi di bagian pertama, seakan memaksa saya untuk kembali tersadar akan waktu yang terus berjalan dan dunia yang terus berputar. Dalam larik  Kehidupan tak dapat dikomunikasikan/dan kematian tak dapat dihapuskan/ (Ikan adalah Pertapa, Ryeol 2023) seakan-akan berbicara pada saya. Dari situ saya memahami, bahwa puisi-puisi ini bukan hanya tentang indahnya hidup, tetapi tentang segala yang hidup dan segala yang mati.

Biseondae Dan Puisi Prosais Setelah Makan Mie Dingin menjadi bagian selanjutnya dari kumpulan puisi ini berfokus pada kehidupan sehari-hari. Ko juga membahas tentang konsep waktu, tentang bagaimana kehidupan itu berjalan cepat hingga kita lupa bahwa kita kehilangan masa muda kita. Bahwa setiap manusia pada suatu saat akan menjadi tua dan hidup sebagai orang tua.

Berbeda dari puisi-puisi di bagian kedua yang lebih banyak bercerita tentang tempat dan objek alam, bagian ketiga berfokus pada kisah sang pelaku kehidupan, yaitu manusia. Dalam bagian tiga bernama Gerombolan Manusia Debu, Ko berpuisi tentang manusia dan segala hal kompleks yang meliputinya. Tentang bagaimana manusia terbentuk, tentang representasi manusia sebagai "debu", tentang betapa kecilnya manusia. Dalam bagian ini begitu terasa pesan-pesan kemanusiaan yang berusaha disampaikan oleh sang penyair. Dalam puisi berjudul Pakaian Penyair Yang Telah Meninggal  diceritakan secara apik bagaimana mahakarya seorang penyair akan terasa lebih hidup ketika penyairnya menutup nafasnya. Hal ini bukan berarti puisi tersebut tidak memiliki nilai saat pertama kali dibuat, namun yang berusaha disampaikan Ko adalah bahwa manusia akan dilupakan saat mereka meninggal. Tetapi karyanya, tulisannya, hasil jari-jarinya akan terus dikenang. Satu-satunya cara manusia diingat adalah apa yang mereka tinggalkan.

Bagian keempat dari kumpulan puisi ini berjudul Ada Kenyataan Yang Belum Terbongkar berisi puisi-puisi tentang hal-hal misteri yang tersimpan dari kehidupan. Sama seperti puisi di bagian-bagian sebelumnya, Ko bercerita tentang kematian, kehidupan dan segala yang berada di antaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun