Penyakit mulut dan kuku (PMK) masih mengancam peternakan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh foot and mouth disease virus (FMDV) yang sangat infeksius. Virus ini menyerang ternak ruminansia dan juga hewan berkuku belah, seperti sapi, kambing, bahkan rusa. Virus ini memiliki waktu inkubasi 2 -- 14 hari dan merusak jaringan sel.
PMK pernah menyerang Indonesia pada tahun 1887 di Malang, tetapi sudah dinyatakan bebas pada tahun 1990. Saat ini PMK Kembali menyerang Indonesia dan telah menyebar ke 15 provinsi.Â
Gejala yang timbul dari penyakit ini yaitu saliva muncul dengan banyak atau berlebih, nafsu makan menurun, dan demam. Saat gejala telah berlanjut menjadi kronik, akan menyebabkan lepuhan dan kulit mengelupas. Virus ini juga membuat lepuhan di daerah pharynx.
Virus PMK menyebar melalui hidung atau mulut dan berkembang di daerah pharynx. Selanjutnya penularan penyakit ini dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.Â
Secara langsung, penularan terjadi akibat kontak antara hewan yang sehat dan yang sakit. Adanya kontaminasi virus yang berasal dari leleran dari hidung dan saliva. Sedangkan secara tidak langsung disebabkan oleh petugas yang memeriksa hewan sakit, alat-alat, pakan, semen, feses, dan produk ternak. Akan tetapi, virus ini tidak menularkan ke manusia.
Adanya penyakit PMK ini menyebabkan kerugian pada industri peternakan di Indonesia. Peternak kehilangan pendapat yang banyak akibat penyakit ini. Selain itu terjadi penurunan produksi ternak seperti susu dan daging. Penyakit ini juga menyebabkan keguguran pada hewan betina. Tentunya juga banyaknya hewan yang akhirnya mati karena tingkat kematian yang tinggi.
Mendekati hari raya Idul Adha, ternak seperti sapi, kambing, kerbau ataupun domba banyak dicari untuk kurban. Namun, adanya penyakit ini menyebabkan masyarakat takut untuk membeli hewan kurban tersebut. Selain itu, dalam pelaksanaan kurban, hewan yang dipakai haruslah dalam keadaan sehat.
Dampak lain akibat adanya PMK yaitu adanya aturan untuk membatasi mobilisasi perdagangan ternak ke daerah lain. Sehingga perdagangan hanya akan terjadi di daerah tersebut saja. Hal itu menyebabkan daerah yang bukan wilayah pemasok ternak kesulitan dalam mendapatkan ternak untuk kurban. Akibatnya, harga ternak seperti sapi mengalami kenaikan karena pasokan sapi yang menurun.
Banyaknya peternak yang merugi karena masyarakat yang takut untuk membeli ternak pada masa PMK ini. Dengan tingkat penjualan yang rendah, para peternak mengalami penurunan omzet yang cukup besar. Beberapa masyarakat memutuskan untuk menghentikan sementara kurban sampai PMK terkendali.
Diperlukan adanya tindakan agar tidak terjadi penurunan gizi pada produk ternak yang beredar di masyarakat. Vaksin diberikan sebagai upaya perlindungan hewan ternak. Selain itu diberikan juga vitamin dan antibiotik. Diharapkan dengan upaya tersebut, penyakit ini segera teratasi dan peternakan Indonesia menjadi baik kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliyah, S. (2022, Juni 8). NU Online. Retrieved from Penyakit Mulut dan Kuku pada Ternak yang terus Meluas Jadi Sorotan: https://www.nu.or.id/nasional/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-ternak-yang-terus-meluas-jadi-sorotan-0FE4H
Leestyawati, N. W. (2022, Mei 9). Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali. Retrieved from Penyakit Mulut dan Kuku (PMK): https://distanpangan.baliprov.go.id/penyakit-mulut-dan-kuku-pmk/#:~:text=Penyakit%20mulut%20dan%20kuku%20disingkat,kerugian%20ekonomi%20yang%20sangat%20tinggi.
Radar Banyuwangi. (2022, Juli 3). Retrieved from Dampak PMK, Warga Masih Khawatir Sembelih Hewan Kurban: https://radarbanyuwangi.jawapos.com/berita-daerah/situbondo/03/07/2022/dampak-pmk-warga-masih-khawatir-sembelih-hewan-kurban/
Satria. (2022, Mei 31). Universitas Gadjah Mada. Retrieved from Kenali Penyakit Mulut dan Kuku serta Penanganannya: https://www.ugm.ac.id/id/berita/22546-kenali-penyakit-mulut-dan-kuku-serta-penanganannya
Universitas Diponegoro. (2022, Mei 23). Retrieved from Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak dalam Pandangan Pakar FPP UNDIP: https://www.undip.ac.id/post/24488/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-hewan-ternak-dalam-pandangan-pakar-fpp-undip.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H