Mohon tunggu...
Salsabila Hidayat
Salsabila Hidayat Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa Sastra Indonesia

Memiliki Hobbi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Seni Pertunjukan Wayang Gathutkaca

19 Desember 2023   17:35 Diperbarui: 19 Desember 2023   19:06 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Pribadi)

Seni dan budaya telah menjadi cermin perjalanan panjang manusia, mencerminkan kearifan, identitas, dan nilai-nilai yang berkembang dari masa ke masa. Dalam konteks ini, artikel ini akan membahas peran penting suatu unsur seni yang telah mengakar dalam sejarah dan kehidupan masyarakat yaitu Wayang yang merupakan sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang penuh makna, wayang bukan hanya sekadar pertunjukan, melainkan juga sebuah jendela ke dalam kebijaksanaan lokal dan kekayaan nilai filosofis. Dari sejarah yang beragam hingga peranannya dalam membentuk identitas suatu bangsa.

Sejarah wayang mencakup rentang waktu yang panjang dan merupakan bagian dari warisan budaya Indonesia. Wayang memiliki akar yang dalam pada kehidupan masyarakatnya dan berkaitan erat dengan perkembangan budaya. Awal mula wayang dapat ditelusuri ke masa kerajaan-kerajaan di Nusantara pada abad ke-10 hingga ke-16 Masehi. Pertunjukan wayang kulit tradisional diperkirakan telah muncul pada abad ke-11 di pulau Jawa, dengan pengaruh dari Hindu-Buddha. Kemudian, pada abad ke-15, terjadi proses serapan unsur-unsur Islam dalam pertunjukan wayang, khususnya dengan masuknya tokoh-tokoh yang terkait dengan kisah-kisah Islam. Penting untuk dicatat bahwa wayang tidak hanya berkembang di Jawa, tetapi juga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Bali, Madura, dan Sunda. Setiap daerah mengembangkan ciri khasnya sendiri, menciptakan ragam jenis wayang, seperti wayang kulit, wayang golek, dan wayang wong (wayang orang).

Di era modern, wayang terus hidup dan berkembang sebagai bentuk seni pertunjukan yang mendidik dan menghibur. Keberadaannya tidak hanya memperkaya seni Indonesia tetapi juga menjadi lambang keberagaman budaya yang unik di tingkat global. Salah satunya yaitu pertunjukan wayang Gathutkaca. Pertunjukan wayang yang dipentaskan di Museum Wayang Kota Tua, Jakarta Barat. Pada hari Minggu, 24 September 2023, yang dipentaskan pada pukul 10:00 sampai dengan pukul 14:00 WIB. Dengan judul "Gathutkaca Wisuda".

Siapa Gathutkaca itu?

Gathutkaca adalah salah satu tokoh Mahabharata yang merupakan sebuah cerita mitologi Hindu, adalah Gathutkaca. Ini memiliki pengaruh besar pada banyak budaya Indonesia, termasuk seni pertunjukan wayang. Mahabharata menceritakan tentang Gathutkaca sebagai putra Bima, anggota keluarga Pandawa. Menurut legenda Jawa, Hidimbi atau Arimbi adalah ibu Gatotkaca.  Terutama dalam seni bela diri dan ilmu peperangan, Gathutkaca dianggap memiliki kekuatan luar biasa.

Anak Werkudara dan Dewi Arimbi yaitu Gathutkaca adalah seorang ksatria di Pringgondani. Gathutkaca juga disebut dengan nama Bambang Tetuka, Kacanegara, Senaputra, Bimasuta, Arimbatmaja, dan Krincingwesi. Antareja adalah kakaknya dan Antasena adalah adiknya. Gathutkaca terkenal dengan julukan ksatria otot kawat tulang besi, sumsum gegala, kemampuan nya untuk terbang tanpa sayap, dan kemampuan mereka untuk tidur dengan enak di langit atau awan. Raden Sasikirana adalah nama anak yang dimiliki Gathutkaca dari Dewi Pergiwa, istri Raden Arjuna. Saat bertempur, Gathutkaca kuat seperti sikatan nyamber walang (cepat). Tidak ada satu pun dari putra Pandawa yang dapat mengalahkan kekuatan Gathutkaca.

Sinopsis singkat pada cerita wayang "Gathutkaca Wisuda" yaitu Para Pandawa berusaha menunjuk Raden Gathutkaca sebagai raja baru Kerajaan Pringgondani setelah Prabu Arimbo meninggal, meninggalkan tahta kosong. Sayangnya, Raja Duryudana dari Hastina mengetahui rencana itu dan mengirim Patih Sengkuni untuk menggagalkannya. Sengkuni dengan licik memaksa Raden Brojodento, yang saat itu bertanggung jawab atas Pringgondani, untuk melarang wisuda Raden Gathutkaca dengan alasan bahwa Raden Gathutkaca adalah sekutu musuh. Meskipun terjadi konflik, Raden Gathutkaca akhirnya kalah dalam pertarungan dengan Raden Brojodento. Namun, adik Raden Brojodento, Raden Brojomusti, berhasil memberikan ilmunya kepada Raden Gathutkaca sebelum dia mati. Akhirnya, Raden Gathutkaca memenangkan perang dan menjadi raja Pringgondani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun