Mohon tunggu...
Salsabila
Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PSKM

Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebiasaan Bepidara pada Masyarakat sebagai Pertolongan Pertama Sakit

16 November 2021   16:50 Diperbarui: 16 November 2021   16:57 2962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapidara adalah keterampilan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara mengoleskan kapur sirih dan kunyit pada bagian tubuh tertentu dan sambil dibacakan ayat-ayat Al-Quran yang dipercaya bisa menurunkan demam pada anaknya. Menurut mereka bapidara adalah ritual adat kepercayaan untuk mnyembuhkan demam yang dialami anaknya dengan penyebab makhluk gaib yang mengganggu dan sudah turun temurun dilakukan. Orang Banjar meyakini bahwa bacaan- bacaan tertentu berupa doa, zikir, ta'wudz yang diambil dari Alquran dan Hadis Nabi Saw mengandung kekuatan magis yang bisa menolak pengaruh gaib (yang jahat) atau digunakan untuk menyembuhkanmereka yang terkena gangguan dari makhluk gaib (1).

Bapidara adalah salah satu cara pengobatan tradisional yang dilakukan dengan menggunakan media syarat seperti daun sirih, kunyit dan kapur sirih. Dengan pengobatan ini, masyarakat percaya bahwa pengobatan Bapidara dapat menyembuhkan penyakit demam pada anak dan berbagai penyakit lain yang dipercayai penyebabnya adalah non medis atau bisa disebut juga pengaruh gaib (1).

penanganan anak demam pada suku banjar berbeda dengan pengobatan tradisonal, salah satu hal yang membuatnya unik dalam kajian kesehatan adalah budaya bapidara, dimana ketika anak sakit demam, tangisan melingking maka dibawa kepada orang yang bisa mempidarai dengan menggunakan parutan kunyit dan kapur kemudian dioleskan pada daerah lipatan tubuh anak maka demam, gelisah dan anak berangsur tenang serta dalam waktu singkat sembuh. Tanpa mengesampingkan keluhuran budaya nenek moyang kita dan tetap menghormatinya sebagai unsur pembentuk kehidupan bermasyarakat kita, Bapidara adalah salah satu budaya mengatasi anak demam yang menurut penulis belum dapat dikatagorikan sebagai pengobatan tradisional dan tentu saja belum dapat dibuktikan kebenarannya, kunyit memang telah diyakini mengandung zat yang bermanfaat bagi kesehatan bahkan kunyit termasuk dalam tanaman obat keluarga untuk mengatasi bermacam penyakit termasuk demam hanya saja dari beberapa referensi yang penulis baca kunyit selalu menjadi bahan ramuan untuk di minum tidak untuk dioleskan sementara kapur sirih adalah hasil endapan batu kapur atau gamping bahkan dalam beberapa artikel yang penulis baca kapur sirih justru tidak disarankan untuk di berikan disekitar area wajah karena kandungan zat yang ada di kapur sirih cukup panas (1).

Setiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan tersendiri yang menjadi suatu ciri khas dari daerah tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya yang beranekaragam, kebudayaan tersebut berasal dari berbagai daerah. Seperti hal nya Banjarmasin, dimana kota yang mendapat julukan sebagai kota seribu sungai ini memiliki berbagai macam kebudayaan yang ada di masyarakatnya, dimana kebanyakan dari masyarakatnya mempercayai kebudayaan mereka sendiri baik kebudayaan dari nenek moyang atau pun sebagainya (1).

Berbagai kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Banjar memiliki suatu ciri khas yang membedakannya dari budaya lain, ciri khas itu sendiri dinamakan kearifan lokal. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun melalui dari satu generasi ke generasi lain melalui cerita dari mulut kemulut. kearifan lokal yang yang masih eksis sampai saat ini adalah pengobatan tradisional bapidara karena pada umumnya, sebagian masyarakat Banjar masih mengakui dan mempercayai jenis pengobatan ini. Istilah bapidara juga sangat akrab di telinga masyarakat Banjar karena memang menjadi solusi kedua bahkan utama dalam mengobati berbagai penyakit yang diderita oleh masyarakat (2).

Dalam kebudayaan masyarakat Banjar, terdapat sebuah tradisi pengobatan tradisional yang dikenal dengan sebutan 'bapidara', pengobatan bapidara ini dipercayai masyarakat Banjar sebagai cara yang sangat ampuh untuk menyembuhkan demam pada anak. Demam pada anak dapat menjadi alasan bagi kebanyakan orang tua untuk membawa anaknya berobat ke dokter. Namun, banyak juga orang tua yang memiliki sudut pandang berbeda untuk mengatasi demam pada anaknya (2).

Isitilah bapidara masih sangat akrab ditelingan masyarakat Banjar karena memang menjadi solusi kedua bahkan utama dalam mengobati berbagai penyakit yang diderita oleh masyarakat. Pengobatan bapidara ini dipercayai masyarakat Banjar sebagai cara yang sangat ampuh untuk menyembuhkan demam pada anak. Beberapa orang tua menganggap demam tidak bisa dianggap hal yang biasa pada anak dan harus ditangani dengan cepat, hal ini disebabkan karena tentunya bebrapa orang tua tersebut merasa kebingunan dan cemas yang berlebihan sehingga menyebabkan reaksi yang berlebihan pula. Sebagai Langkah awal biasanya Sebagian orang tua memberikan obat-obatan sesuai gejala, namun terdapat juga golongan orang tua yang mempercayai demam pada anak adalah hal yang terjadi karena ada campur tangan hal-hal ghaib (3).

Bapidara adalah keterampilan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara mengoleskan kapur sirih dan kunyit pada bagian tubuh tertentu dan sambal dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang dipercaya bisa menurunkan demam pada anaknya. Menurut mereka bapidara adalah ritual adat kepercayaan untuk menyembuhkan demam yang dialami anaknya dengan penyebab makhluk gaib yang mengganggu dan sudah turun-temurun dilakukan. Orang Banjar meyakini bahwa bacaan tertentu berupa doa, dzikir, Ta'awudz yang diambil dari Alquran dan Hadist Nabi saw mengandung kekuatan magis yang bisa menolak pengaruh gaib (yang jahat) atau digunakan untuk menyembuhkan mereka yang terkena gangguan dari makhluk ghaib (3).

Sebagian orang tua juga berpendapat bahwa terapi komplementer tradisional seperti bapidara  memudahkan untuk menangani demam anaknya dikarenkan biaya yang lebih murah dibandingkan berobat ke dokter. Mereka menganggap bahwa bapidara adalah ritual adat kepercayaan untuk mnyembuhkan demam yang dialami anaknya dengan penyebab makhluk gaib yang mengganggu dan sudah turun temurun dilakukan. Namun banyak juga orang tua yang menggunakan sarana kesehatan seperti pergi ke dokter, membawa berobat anaknya ke puskesmas atau bidan desa dan membeli obat sendiri di warung, tapi juga menggunakan terapi komplementer seperti pijat, bapidara dan pengobatan spiritual. Hal ini juga berkaitan dengan sugesti pada masing -- masing orang tua untuk kesembuhan anaknya (3).

Persepsi dapat mempengaruhi dengan tindakan seseorang sesuai dengan objek tertentu yang di stimulus ke dalam alat indera manusia. Seperti persepsi orang tua terhadap terapi komplementer dalam penanganan demam balita ini. Orang tua mempersepsikan terapi komplementer dalam penanganan demam balita ini positif atau baik. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat objek yang sama dengan pemahaman yang berbeda -- beda. Kekuatan sugesti, kepercayaan dan keyakinan sangat berperan dalam menyembuhkan demam dengan pengobatan komplementer spiritual ini (3)

Penyembuhan terhadap suatu penyakit didalam sebuah masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang berlaku didalam masyarakat sesuai kepercayaan masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi berbagai masalah didalam hidup seperti sakit, manusia berusaha untuk mencari obat untuk kesembuhan penyakitnya itu. Bukan hanya pengalaman,dan faktor ekonomi yang mendorong seseorang mencari pengobatan. Akan tetapi faktor budaya, sangat menentukan dan berpengaruh terhadap perilaku pemilihan cara pengobatan yang tentu saja diharap kan tepat dan diyakini dapat mengatasi permasalahan sakit tersebut dengan meminimalkan kemungkinan resiko.

Penanganan yang tepat dan cepat pada anak demam sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya keadaan yang lebih buruk seperti komplikasi dehidrasi, penurunan kesadaran atau fungsi neurologis, kejang demam bahkan kematian (3).

DAFTAR PUSTAKA

Nugraheny, A. R. EKSISTENSI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BANJAR PENGOBATAN TRADISIONAL BEPIDARA SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS; 2021.

Fadillah A. Seni dan budaya dalam pengobatan tradisional suku Banjar. cv.Mine; 2021.

Resmi SAD, Mariana ER, Ilmi B. Persepsi orang tua terhadap terapi komplementer dalam penangan demam pada balita di Desa Tabudarat Hilir Kec, Las Kab. HST. Jurnal Citra Keperawatan 2021; 5(1): 19-24.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun