Menurut Pakar Psikologi, Awas Bahaya!
Berpikir secara keras akan menimbulkan beberapa kecemasan dalam diri akibat adanya tekanan-tekanan yang masuk ke dalam pikiran kita. Kecemasan terkadang berdampak pada sikap atau cara berpikir yang berlebihan. Sikap atau pola berfikiran yang keras ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan tekanan baik dari dalam diri kita sendiri, maupun tekanan dari luar yang menambah pikiran kita. Ada kalanya orang yang sedang dirundung cemas selalu merasa curiga terhadap orang lain. Kondisi ini banyak disebut sebagai overthinking.
Diungkap dalam sebuah kajian psikologi, di mana overthinking dimaknai sebagai bagamana cara pola berpikir yang berlebihan, cenderung memiliki spesifikasi sendiri yang mengarah pada arah negatif. Membuat otak berfikir secara kelas akan membahayakan sistem jaringan otak yang nantinya akan berdampak pada jaringan lain yang ada pada tubuh seseorang. Tentunya, kondisi ini harus diatasi.
Overthinking merupakan suatu istilah yang biasa diperkenalkan dan ditujukkan bagi orang-orang yang terlalu banyak berpikir dan dengan sengaja memforsir fikiran mereka sendiri. Ketika seseorang yang mengalami overthinking atau biasa disebut sebagai overthinker, tentu akan menghambat penyelesaian masalah, oleh karena itu penting mengetahui tentang kondisi tersebut agar kita lebih sadar akan kondisi diri, dan memahami tanda-tanda bahwa seseorang mengalami overthinking.
Â
Usia-usia sesorang mulai aktif dalam overthingking saat ini sudah marak di kalangan remaja. Di mana dorongan dari factor internal seperti keluarga, orang tua, kerabat dan dari dalam dirinya dalam mencapai sesuatu yang diimbuhi dengan factor eksternal seperti tuntutan kuliah, percintaan, dan lain sebagainya yang menjadikan otak dan fikiran menjadi berimajinasi ke arah yang tak menentu. Ketika sesorang yang mengalami overthingking ia akan cenderung menghambat suatu penyelesaian masalah yang tidak dapat lagi mencari solusi untuk menemukan jalan keluarnya. Overthingking dialami seseorang saat ia tidak sadar bahwa dirinya masuk ke dalam zona fikiran yang sedang kacau atau ia tidak sadar bahwa dirinya mengalami overthinking. Overthingking perlu dikenali oleh diri sendiri agar kita memiliki awareness terhadap diri kita sendiri.
"Overthinking adalah aktivitas otak seseorang dengan menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan diri sendiri serta overthinking dapat berupa ruminasi dan kekhawatiran dari dalam perasaan seseorang," ujar Wirdatul Anisa Psikolog pada Kuliah Online CPMH UGM pada Senin (18/7).
Telah dilakukan identifikasi mengenai ruminasi merupakan suatu bentuk kecenderungan seseorang untuk terus memikirkan hal yang telah berlalu dan sering mengaitkannya dengan masa saat ini yang belum dipastikan kebenaran dan solusi dalam menghadapinya. Merasa hari ini akan lebih baik jika kemarin melakukan suatu hal juga merupakan salah satu bentuk masa lalu, dan penyesalan akan kegagalan yang dilakukan di masa lalu. Sedangkan khawatir adalah kecenderungan memikirkan prediksi yang negative yang di dominasi dengan perasaan takut, gelisah, cemas, dan memastikan sesuatu yang sifatnya masih belum diketahui dengan pasti.
"Overthingking memang bukan hal yang mudah untuk diubah kebiasaannya, karena seseorang tidak bisa mengenali apa yang sedang ia fikirkan dan tidak dengan mudah mengenali ap aitu overthinking," imbuh pernyataan dari Nurul Kusuma Hidayati Psikolog dan peneliti Central Public Mental Health UGM.
Kebiasaan dalam overthinking bisa dihidari yaitu dengan melakukan berbagai aktivitas-aktivitas yang positif dan menghindari hal-hal yang menimbulkan kekhawatiran berlebihan terhadap diri sendiri. Untuk mengubah kebiasaan overthinking perlu kemauan dan tekad yang kuat, karena kemauan diawali dari dalam diri sendiri. Seseorang yang menempatkan dirinya untuk overthinking dimulai karena mereka sadar akan kekhawatiran dalam dirinya yang berlebih akan tetapi tidak sadar bahwa dirinya termasuk ke dalam overthinking. Namun, untuk mengurangi kebiasaan overthinking bisa dimulai dari menyadari apa yang sedang dipikirkan kemudian kita bisa mengarahkan pikiran ke arah yang lebih rasional, penuh dengan hal-hal positif, mengalihkan fikiran yang negative dengan melakukan kegiatan-kegiatan tambahan yang sesuai dengan passion kita.
"Kekhawatiran dimulai dari respons kita terhadap suatu hal yang berlebih, juga dari factor pembandingan dengan orang lain yang dianggap sama denga napa yang kita alami sehingga timbul kecemasan dari dalam diri seseorang yang nantinya akan terjerumus pada overthinking," imbuh Nurul.
Di samping itu, khawatir dan ruminasi jika terus berlanjut dapat berubah menjadi catastrophizing yaitu salah satu bentuk distorsi kognitif pada aktivitas otak. Ketika seseorang mengalami catastrophizing ia akan melebih-lebihkan dan memiliki pikiran yang tidak rasional serta merasa tidak mendapatkan solusi atau jalan keluarnya.
"Sering kali seseorang yang mengalami catastrophizing tidak menyadari dan percaya bahwa mereka tidak punya kuasa atas kecemasan ekstrem yang mereka rasakan dan cenderung merasa tidak berdaya," ujar Wirdatul.
Catastrophizing merupakan suatu bentuk distorsi kognitif yang berlebihan dan mendorong seseorang untuk melompat pada kesimpulan yang paling buruk pada suatu permasalahan atau disebut dengan kekhawatiran yang ekstrim. Informasi yang di telaah masih sangat terbatas atau adanya alas an objektif untuk semakin putus asa. Apabila berada dalam sistuasi yang mengecewakan akan tetapi masih belum terjadi adanya suatu permasalahan, mereka akan berada pada sebuah krisis.
Dalam diri manusia akan selalu diimbangi antara pikiran positif dan juga pikiran negative. Sebenarnya pikiran negatif belum tentu salah, namun yang terpenting bagi kita adalah menyadari bahwa kita memiliki kendali atas pikiran tersebut selain itu kita harus menempatkan taraf pikiran kita pada kondisi yang wajar. Pikiran, perasaan, dan perilaku merupakan hal yang berkaitan sehingga ketika kita mampu untuk berpikiran positif maka akan muncul perilaku yang positif. Untuk dapat berpikiran positif kita harus menilai suatu kejadian atau hal itu dimulai dari respons yang positif dahulu. Apabila kita sudah menafsirkan pada respon yang negative maka seterusnya pikiran-pikiran negative itu akan terus menghantui kita.
"Overthinking ini sebenarnya terjadi ketika memikirkan hal-hal yang belum terjadi, atau istilahnya menelaah akan suatu kejadian yang sebenarnya belum 100% hal tersebut akan terjadi. Ia memiliki sifat yang menghantui seseorang sehingga kemanapun dan kapan pun kita berada dan menghadapi situasi ini, kita akan mengkaitkannya pada pemikiran kita." kata pakar psikologi asal Universitas Gadjah Mada, Nida UI Hasanat dalam keterangan tertulisnya,
Lingkup Remaja - Overthinking adalah kondisi seseorang yang memikirkan sesuatu secara berlebihan. Tanpa kita sadari terkadang kita dalam keadaan overthinking, memikirkan suatu hal yang belum terjadi dan membayangkan hal-hal buruk akan terjadi nyatanya sering kita lakukan. Seperti halnya yang sekarang banyak terjadi pada permasalahan yang dialami Ketika seseorang sudah beranjak atau sudah memasuki masa remaja.
Banyak anak muda yang melakukan kegiatan overthinking sebelum tidur. Bukan tanpa sebab, overthinking terjadi karena banyaknya permasalahan hidup yang sedang dipikirkan apalagi ditambah sekarang kita masih dalam keadaan pandemi yang belum usai membuat banyak kekhawatiran. Overthinking kebanyakan dialami oleh remaja maupun dewasa, peralihan dari masa remaja menuju dewasa memang terasa sulit. Bukan hanya satu atau dua orang, banyak survey yang mengatakan bahwasannya hamper dari 80% remaja di Indonesia sering mengalami fase overthinking ini di mana mereka menempatkan dirinya harus mampu melalui permasalahan dengan mencari solusinya tersendiri.
Usia remaja sewajarnya masih dalam pengawasan orang tua, sehingga bimbingan dan saran orang tua dapat dijadikan penyemangat dan dukungan dalam memecahkan suatu permasalahan. Permasalahan yang dihadapi membuat tekanan dalam kehidupan remaja, akibatnya mereka akan terus memikirkan permasalahan dengan berlebih tanpa menemukan solusi. Permasalahan yang dihadapi kebanyakan dating berdasarkan pada lingkungan mana yang sedang dijalankan. Banyak factor yang mempengaruhi permasalahan yang sedang terjadi, seperti halnya percintaan, permasalahan studinya, keberantakan keluarga, orang tua yang tidak mendukung, lingkungan pertemanan yang toxic, dan masalah pribadi yang tumbuh dalam diri sendiri. Akibatnya dalam pikiran kita akan timbul skenario atau bayangan hal yang akan terjadi kedepannya, dan perasaan takut tidak sesuai ekspektasi akan terus menghantui. "No one breaks your heart more than you do by overthinking every little thing".
Terdapat keterkaitan overothinking dengan persepsi dan sensasi. Ketika kita mempresepsikan suatu hal negatif atau masalah yang sudah, sedang atau kemungkinan yang akan terjadi. Maka akan menghasilkan sensasi yaitu pikiran yang berlebihan serta mengakibatkan berbagai dampak bagi tubuh dan mental, diantaranya adalah stress, sulit tidur, dan yang paling fatal adalah penyakit gangguan mental OCD atau gangguan obsesif-kompulsif yang ditandai dengan pikiran tak masuk akal dan ketakutan (obsesi) yang menyebabkan perilaku kompulsif.
Semakin terbiasanya overthinking, maka kedepannya otak akan terus tidak mempresepsikan masalah dan suatu hal dengan respon atau pikiran positif yang tidak berlebihan. Dan hal itu tentunya sangat berbahaya jika kita membiasakan dan tidak mengubah pola berpikir. Realita nya, memang tidak bisa dipungkiri overthinking selalu datang dengan sendirinya, entah ke dalam pikiran pria atau wanita terutama saat malam hari sebelum tidur. Timbulnya overthinking terhadap masing-masing individu tentunya mempunyai alasan yang berbeda beda. Maka dari itu, jika merasa sering overthinking, kenali dan cari tahu penyebabnya yuk agar dapat mengurangi dan mengubah pikiran menjadi lebih damai.
Penyebab dari overthinking ini sebenarnya banyak sekali dan setiap individu akan memiliki penyebab tersendiri entah itu masalah kehidupan, keluarga, percintaan, sekolah, pertemanan atau bahkan kejadian yang sudah berlalu. Namun tidak sedikit juga anak muda yang overthinking tentang masa depan yang akan dijalani, mau jadi apa aku nanti?, bisa tidak ya aku menggapai impianku?. Tuntutan dari orang tua juga yang menjadi dasar bahwasannya membuat seorang anak muda menjadi sadar ke mana dia harus menetapkan jati dirinya kelak. Banyak sekali pertanyaan dan kekhawatiran yang memunculkan pemikiran-pemikiran negatif penyebab overthinking.
Faktor penyebab kemunculan overthinking sangat beragam serta berbeda-beda tergantung pada umur individu. Umumnya, remaja seringkali mengalami overthinking karena permasalahan percintaan, pertemanan, maupun diri sendiri. Dan yang seringkali terjadi adalah remaja memiliki asumsi negatif tentang dirinya. Merasa kurang cantik, tampan, terkenal dan lain sebagainya. Ditambah media sosial juga turut menjadi salah satu faktor overthinking pada remaja. Mayoritas remaja merasa tidak percaya diri atau minder karena banyaknya pembullyan yang terjadi di media sosial, contohnya komentar dan respon negatif dari orang orang yang tidak bijak dalam menggunakan media sosial. Selain menyebabkan perasaan minder, overthinking lah yang menjadi akibatnya juga karena adanya persepsi pikiran remaja yang merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Overthinking karena hal tersebut juga mengakibatkan hal yang fatal yaitu kesehatan mental.
Mengapa kesehatan mental menjadi fokus utama dari overthinking pada remaja? Karena jika remaja mengalami overthinking, mereka belum dapat menyikapinya dengan baik. Mungkin jika hanya emosi atau perasaan sedih sesaat masih sangat wajar. Tetapi nyatanya, sangat banyak remaja yang mengekspresikan overthinking karena gangguan mentalnya dengan melakukan hal-hal yang fatal seperti menyakiti diri sendiri, bahkan sampai mengakhiri hidupnya. Dikutip dari Detik Health, "Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah melakukan penelitian dengan hasil di Indonesia sendiri, angka kecenderungan depresi dan gangguan mental di penduduk usia 15 tahun keatas meningkat dari 6 persen di tahun 2013 menjadi 9,8 persen di tahun 2018". Tidak menutup kemungkinan angka ini akan terus bertambah seiring berjalannya waktu apabila hal ini tidak diperhatikan dan diatasi. Maka dari itu, lebih baik kita mencegah kemungkinan tersebut dengan kurangi overthinking dari dalam diri selagi kita sebagai remaja masih dapat memikirkan hal-hal positif yang tidak membebankan pikiran serta menjadi remaja aktif yang ceria.
Kebiasaan overthinking para remaja memberikan dampak kepada kehidupan dan psikologis mereka, mereka yang terlalu banyak berpikir akan mudah lelah emosinya dan berakibat pada kelelahan fisik, selain itu remaja akan lebih sensitive terhadap hal-hal yang terus mengganggu pikirannya. Remaja akan semakin merasa tertekan apabila lingkungan dan orang kepercayaannya tidak bisa memberikan dukungan atas masalah apa yang dialaminya, dampaknya remaja tidak akan bisa mengontrol emosinya yang malah menjerumuskannya ke hal-hal negative. Dampak lainnya adalah berkurangnya kualitas dan makna hidup yang membuat tidak semangat dalam menghadapi berbagai tantangan.
Anxiety atau kepanikan juga menjadi salah satu dampak yang ditimbulkan dari overthinking, selain itu ada dampak lain seperti insomnia yang akan mengurangi produktivitas, menghambat berpikir rasional dan bisa saja sampai mengakibatkan depresi. Remaja akan mudah rentan terkena depresi karena jaringan otak yang tidak mampu menerima serangan yang bertubi-tubi. Kepanikan yang timbul pada pribadi remaja juga menjadikannya menjadi anak yang sering berdiam diri atau introvert dan menjadi remaja yang anti sosial. Maka dari itu kebiasaan overthinking harus dikurangi dan dibatasi.
Mengurangi overthinking perlu dilakukan walaupun sulit, karena overthinking menjadi sesuatu yang harus diatasi untuk meningkatkan kualitas hidup.
"Kecemasan, ketakutan akan hal yang belum terjadi maupun masa depan ini muncul karena orang itu overthinking di kalangan mahasiswa," ucap Dosen Fakultas Psikologi UGM ini.
Pandemi COVID-19 yang tidak kunjung selesai memaksa beberapa pihak untuk berdamai dan berdampingan dengan keadaan yang serba tidak aman. Terkhusus, sistem pendidikan yang sudah berjalan secara daring sejak awal April 2020 sampai saat ini dengan berbagai macam metode. Pada beberapa sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia, mulai berlaku sistem "shift" dimana mahasiswa atau siswa dibagi menjadi kloter dan beberapa sesi. Namun, ada sisi lain dari pandemi ini yang bersinggungan erat dengan kehidupan mahasiswa yakni pengingkatan stress dan rentannya kesehatan mental para mahasiswa.
Hal tersebut menjurus kepada tindakan berfikir berlebihan atau Overthinking Pains yang dilakukan oleh mahasiswa. Mereka merenungkan banyak hal tentang pendidikan mereka, masa depan mereka, dan banyak hal lain yang belum terjadi. Berdasarkan fakta yang bersandar kepada penelitian empiris oleh Fauziyyah et al. (2021) menyatakan bahwasannya angka stres pada mahasiswa di Indonesia selama perkuliahan jarak jauh rata-rata sebesar 55,1%, sedangkan pada mahasiswa di luar Indonesia sebesar 66,3%. Angka kecemasan mahasiswa di Indonesia selama perkuliahan jarak jauh rata-rata sebesar 40%, sedangkan pada mahasiswa di luar Indonesia sebesar 57,2%. Studi empiris lain telah mengkonfirmasi bahwa overthinking memiliki dampak negatif pada kesehatan aktual yang dirasakan. Baik dampak yang diakibatkan dari overthinking yang diinduksi kekhawatiran konstan biologis, atau intensifikasi gejala yang tidak disengaja (Jamshaid et al., 2020).
Lalu, apakah hal tersebut hanya terjadi di Indonesia? Tentu tidak, Jamshaid et al. (2020) melakukan penelitian mengenai angka stres dan overthinking mahasiswa internasional di China menemukan bahwa perempuan memiliki lebih banyak kekhawatiran dengan tindakan overthinking selama wabah pandemi COVID-19. Hal ini tentu menjadi sebuah fakta yang miris bahwa era dimana penularan penyakit berbahaya masih berlangsung, mahasiswa harus berdamai dengan keadaan lain yakni stres dan kesehatan mental. Tidak hanya itu, fakta penelitian empiris tersebut juga harusnya mampu menggerakan hati para pelakon peraturan dan pelaksana pendidikan serta orangtua untuk selalu aktif memantau kesehatan anak ketika berkuliah atau bersekolah daring. Mari bersemangat, berdoa, dan selalu berfikir positif untuk menghadapi pandemi dan segala dinamika di dalamnya. Mahasiswa bermental sehat, mahasiswa kuat!
Dalam lingkup mahasiswa saat ini terdapat permasalahan overthinking di lingkungan mahasiswa akhir yang dihadapkan dengan tugas akhir dan juga menghadapi skripsi. Tekanan dan tuntutan yang terus masuk membuat kecemasan dalam diri mahasiwa terus meningkat.
Sebab overthinking, justru akan menambah beban pikiran dan hanya akan berhenti di situ saja. Perumpamaannya seperti ini, "masak iya temanmu yang lain sudah berhasil menyelesaikan skripsi dan kamu masih overthinking tentang cara merampungkan tugas akhir serta menghadapi dosen?" Sering membanding-bandingkan usaha kita dengan orang lain cenderung membuat kita jadi banyak pikiran dan bertambahnya masalah yang berdatangan.
Rasanya pasti nggak enak ya, bahkan nggak sedikit pula yang merasa insecure alias nggak percaya diri dengan skripsi yang telah dibuat. Tentunya perasaan seperti itu harus segera diatasi, agar kalian bisa mencapai semua keinginan sesuai dengan target awal.
Permasalahan awal timbul karena adanya hambatan saat seorang mahasiswa akhir belum ada keinginan dalam mengerjakan skripsi ataupun tugas akhir, dan malah sudah memikirkan hal-hal yang buruk akan terjadi seperti takut tidak akan selesai, waktu yang kurang, ide-ide yang buntu, dan lain sebagainya. Mungkin ketika akan mengerjakan, banyak yang overthinking tentang menghadapi dosen killer hingga takut mengikuti jalannya sidang skripsi.
Inilah yang akhirnya akan membuat kalian menjadi insecure alias tidak percaya diri dengan skripsi yang telah dibuat dan takut jika tugas akhir tersebut ditolak dosen.
Kendalanya dalam pengerjaan skripsi atau tugas akhir, biasanya mahasiswa mengalami cobaan dan berbagai ganggua. Utamanya adalah masalah keluarga, hubungan dengan sang pacar, pertemanan yang tidak mendukung akan mengganggu konsentrasi dan kinerjanya. Namun inti dari semuanya jika sedari awal sudah berniat untuk mengerjakan maka perlunya semangat dalam diri kita dan hindari pikiran pikiran negative yang mengganggu dan focus pada tujuan.
Setiap orang memiliki kapasitas diri yang berbeda-beda. Misalnya, kalian membandingkan kapasitas diri dengan temanmu akan jauh berbeda. Maka dari itu, hindari overthinking dan insecure dengan orang lain jika mereka sudah selesai mengerjakan skripsi.
Sebab, proses yang dijalani setiap orang akan berbeda pula. Nah, kalian harus membuka diri tentang hal tersebut dan berkembang sesuai dengan kemampuan diri. Hal terpenting adalah kalian mau berkembang dalam setiap prosesnya dan bersabar untuk mendapatkan hasil dari kerja keras seseorang.
Diungkapkan oleh salah satu dosen Fakultas Psikologi UMM, dia memberikan contoh, adanya hambatan yang dialami oleh mahasiswa yang diliputi sebuah kecemasan saat hendak melakukan presentasi. Kecemasan itu membuatnya tidak fokus mempelajari materi yang harus dipresentasikan. Dia justru memikirkan hal-hal lain yang belum tentu terjadi, misalnya membayangkan presentasinya itu mendapat nilai jelek dari dosennya. Dia lebih mendahulukan hasil yang negative daripada hasil yang positif dan yakin dengan hasil pekerjaan sendiri. Karena mahasiswa masih menginjak usia remaja di mana terkadang di usia remaja akan mudah labil dalam menyikapi sebuah masalah.
Tentu saja, overthinking ini akan berdampak terhadap kesehatan mental jika tidak diatasi. Sebab, otak terlalu banyak memikirkan dan membayangkan hal-hal yang belum pasti secara berlebihan sehingga menyebabkan stress bahkan sampai ke gangguan jiwa, permasalahan ini jika tidak ditanggapi dengan serius akan merugikan pihak yang mengalaminya.
Dampak dari overthinking ternyata sangat banyak baik dari kesehatan mental maupun fisik. Memikirkan sesuatu yang amat berlebih membuat kita sebagai remaja mengeluarkan energi ekstra dan akhirnya kelelahan. Rasa kelelahan terasa karena kita mengalami insomnia dan terbangun dimalam hari karena anxiety dreams atau mimpi buruk karena memiliki perasaan negatif dari diri sendiri. Akibatnya, aktivitas menjadi terganggu dan terhambat. Padahal di usia remaja, kita memiliki segudang aktivitas yang harus dilakukan. Overthinking juga dapat membuat kita tidak dapat mengendalikan emosi dan akibatnya kita menjadi pribadi yang tertutup, mengurung diri, panik dan insecure. Sebagai remaja yang tentunya masih menempuh dunia pendidikan, overthinking juga ternyata dapat memengaruhi kegiatan di kampus maupun sekolah. Beberapa diantaranya adalah sulitnya berkonsentrasi, tidak fokus, bahkan kesulitan dalam berkomunikasi. Sangat buruk bukan jika prestasi kalian di sekolah maupun kampus menurun hanya karena overthinking?
Sikap berhati-hati memang perlu, tapi jika sudah overthinking, Anda harus bisa mengerem diri untuk mengendalikan kebiasaan ini. Pasalnya, berpikir secara berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan Anda.
Salah satu dampak buruk dari overthinking adalah stres. Ini karena otak jadi sibuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu secara berlebihan sehingga tekanan psikologis menjadi lebih besar.
Alhasil, sistem saraf pusat dalam tubuh akan mengirim sinyal ke kelenjar adrenal dan melepas hormon stres dalam jumlah banyak. Gejala fisik akibat stres yang mungkin Anda rasakan antara lain sakit kepala, mual, konsentrasi terganggu, detak jantung meningkat, dan napas tergesa-gesa.
Jika Anda mengalami stres dan terus overthinking, risiko terjadinya gangguan mental seperti gangguan kecemasan, depresi, dan serangan panik akan semakin tinggi.
Pada orang yang sudah memiliki penyakit mental, berpikir berlebihan pada hal-hal yang sepele bisa memperparah gejalanya. Hal ini bisa mempersulit pengobatan dan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Kebiasaan overthinking juga ternyata dapat berpengaruh pada kesehatan fisik yaitu membuat kalian mengalami beberapa penyakit dari yang ringan hingga fatal. Contohnya demam, sakit kepala, nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas, hingga tekanan darah tinggi dan kasus terparah overthinking dapat meningkatkan risiko terkena diabetes, stroke serta serangan jantung. Maka dari itu, sayangi jiwa dan raga kita selagi masih remaja.
Apakah adanya kemungkinan terjadinya kejahatan dalam lingkup akibat adanya overthinking ini? Kejahatan seseorang tergantung dari pribadi tersebut melampiaskan amarahnya bagaimana. Namun banyak sekali kasus-kasus kejahatan karena permasalahan depresi yang diterimanya. Kejahatan yang dilakukan dapat berupa bentuk balas dendam
Dilansir dari akun resmi Forbes, Selasa (19/7/2022), ditemukan beberapa gejala secara umum yang dialami oleh seseorang yang mengalami overthinking. Kondisi ini harus segera diperiksakan atau dikonsultasikan kepada ahli untuk mengetahui diagnose yang dialami oleh seorang overthinker.
* Tidak bisa berhenti khawatir
* Sering khawatir terhadap hal-hal yang tidak dapat dikendalikan.
* Selalu mengingat kesalahan yang sudah lewat.
* Sering mengingat kembali momen memalukan berulang kali.
* Terlalu banyak berandai-andai pada kejadian tidak pernah terjadi.
* Mengalami kesulitan tidur.
* Tidak mampu berhenti memikirkan perkataan orang lain.
* Menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan makna tersembunyi di balik perkataan orang atau peristiwa yang terjadi.
* Tidak menyukai orang lain yang mengatakan sesuatu atau bertindak dengan cara yang tidak biasa.
* Menghabiskan waktu memikirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan.
Masalah akan selesai jika seseorang dapat dengan mudah menemukan jalan keluar untuk lebih meringankan beban yang dihadapi. Namun kesadaran diri seorang overthinker tidak dengan mudah bisa menemukan solusi tersebut. Mereka cenderung berpikir secara repetitive atau merenungkan hal yang sama dan diulang terus menerus. Pikiran berulang ini biasanya berkaitan dengan masalah itu sendiri, kesalahan yang dilakukan, atau kekurangan yang dimiliki. Akibatnya, Seorang overthinker mungkin mendapati diri membayangkan sesuatu yang buruk terjadi berkali-kali.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi overthinking yang pertama kamu bisa berbagi cerita dengan orang yang kamu percayai, dengan berbagi cerita mungkin akan lebih melegakan perasaanmu, kamu juga bisa meminta saran orang tersebut terhadap permasalahanmu. Jika kamu tidak nyaman berbagi cerita secara langsung kamu bisa menuangkannya dalam tulisan, setidaknya beban yang ada di pundakmu sedikit berkurang. Bercerita kepada orang lain juga membuatmu tidak merasa sendirian.
Yang kedua kamu bisa menganalisa lagi alasan mengapa kamu overthinking, permasalahan apa yang membuatmu overthinking dan kamu harus melihat semuanya dengan sudut pandang yang lebih luas, cobalah melihat sesuatu dari sudut yang lain. Kadang kala kita terkotak oleh pemikiran-pemikiran kita sehingga tidak dapat melihat semuanya dengan lebih luas dan lebih jernih cara berpikir kita. Senin (11/7/2022).
Pada seminar Psikologi 2022 diungkapkan bahwa "Apabila overthinking yang mendominasi kehidupan, maka hal ini akan menyebabkan dialaminya distorsi tubuh karena tidak berada dalam realitas jiwa yang sesungguhnya" ungkap salah satu Dosen Psikologi, Nina Mulya.
Dalam beberapa kasus yang sering terjadi di lingkup mahasiswa tidak sedikit yang berujung mengalami gangguan mental karena sulit untuk membedakan mana yang ada pada pikiran di kepala dan mana yang sesuai dengan realita.
Menyadari Dirinya sedang Mengalami Overthinking
Menjadi seorang overthinker sangat sukar untuk mengenali keluhan yang ada dalam dirinya sendiri. Mengenali tanda-tanda bahwa dirinya seorang overthinker atau berpikir terlalu banyak merupakan hal pertama yang perlu dilakukan. Kesadaran untuk mengakhiri overthinking merupakan sebuah kunci.
Ketika seseorang sudah menemukan hal itu, akan melihat bahwa peristiwa yang diulang dalam pikiran atau mengkhawatirkan hal-hal yang tidak dapat dikendalikan, merupakan suatu tidak produktif.
Berpikir Rasional
Overthinking sering muncul dari bayangan-bayangan negatif dari dalam pikiran. Seringkali bayangan-bayangan tersebut sebenarnya tidak rasional. Bayangan yang tidak rasional muncul karena adanya keterkaitan dengan hal-hal lain yang disangkutpautkan dengan permasalahan yang dihadapi.
Nina menyebut berpikir rasional akan mampu mengatasi overthinking. Perlu juga selalu mengelola pikiran dengan baik sehingga segera menyadari saat pikirannya mengarah pada overthinking.
Membangun Pikiran Positif
Membangun pikiran positif perlu dilakukan agar tidak tenggelam dalam pemikiran negatif. Salah satunya dengan mengucapkan kata-kata positif pada diri sendiri atau yang biasa disebut sebagai afirmasi. Seseorang yang pandai meyakinkan dirinya sendiri adalah dirinya sendiri.
Beberapa contoh afirmasi adalah mengatakan "saya tidak seburuk yang saya pikir" kepada diri kita sendiri saat kita kehilangan kepercayaan diri akibat overthinking. Merasa tersaingi oleh orang lain juga sebagai factor yang muncul dalam diri seseorang karena ia merasa lebih buruk daripada orang lain.
Â
Â
Menekuni Hobi
Melakukan segala bentuk aktivitas yang bermanfaat atau pengenalan diri terhadap hobi atau kesenangan yang kita rasakan juga termasuk dalam bentuk refreshing untuk diri sendiri dan menjadikan bentuk apresiasi terhadap diri sendiri karena sudah mampu melewati semua ini dengan baik
Menurut Nina, berkegiatan seperti menekuni hobi atau olahraga juga bisa menjadi cara pengalihan agar kita tidak tenggelam pada pikiran yang buruk atau overthinking. Kegiatan menekuni hobi juga membuat pikiran menjadi lebih segar.
Memfokuskan Mencari Solusi yang Idealis dalam Menyelesaikan Masalah
Overthinking dapat muncul ketika menghadapi sebuah masalah tertentu dalam hidup. Namun yang harus diingat, kita harus tegar dan segera mencari jalan keluar saat menghadapi sebuah masalah. Solusi dalam menyelesaikan masalah didapatkan saat pikiran kita sudah mulai refresh dengan sering melakukan aktivitas-aktivitas yang positif sehingga memungkinkan untuk memberikan ide-ide penyelesaian masalah.
Ada baiknya sesorang terfokus pada langkah pasti dalam mengambil keputusan soal solusi masalah. Jangan terus menyesali mengapa terjadi sesuatu, tapi lebih baik fokus dalam memperbaiki keadaan tersebut.
Pentingnya Perlakuan Mindfulness
Mindfulness merupakan kegiatan yang mengharuskan seseorang untuk fokus dan sadar pada apa yang tengah di lakukan. Cara ini membutuhkan latihan dan jika berhasil dilakukan, akan sangat membantu dalam mengurangi overthinking.
Beberapa cara berlatih melakukan mindfulness:
* Hindari akses pada pekerjaan di luar jam kerja dan fokus pada kegiatan lainnya.
* Menikmati makanan dengan perhatian penuh, jangan melakukan hal lain ketika makan.
* Jalan-jalan sambil memperhatikan lingkungan sekitar. Jika diperlukan, catat apa saja yang Anda temui di jalan; mulai dari yang di lihat, dengan, hingga hirup.
Perlunya edukasi terhadap usia remaja terhadap solusi menghindari aktivitas overthinking ini agar sejak usianya sudah tahu cara menafsirkan dan menempatkan dirinya dalam ranah yang bermanfaat.
Jika kalian merasa sering berpikiran berat dan berlebihan bisa jadi kalian mengalami overthinking. Tetapi tenang saja, karena ada beberapa cara yang dapat menyelamatkan pikiran jika kalian terlanjur terkena overthinking. Cara yang pertama adalah berhenti sejenak dan cari penyebabnya. Maksudnya adalah kalian harus menenangkan pikiran dan membuang beberapa hal seperti pertemanan, percintaan, keluarga, atau mungkin diri sendiri? Coret beberapa hal yang sekiranya tidak perlu ada di pikiran. Yang kedua, kalian dapat melakukan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang bagaimana sih? Nah maksudnya adalah kalian bisa melakukan aktivitas yang mungkin dapat membuat kalian rileks dan damai. Contohnya berpetualang atau liburan ke pantai atau wisata alam yang dapat membuat kalian merasa tenang, atau mungkin hanya sekedar menonton film dan pergi ke mall bersama teman-teman agar sejenak dapat membuat pikiranmu terhibur. Selanjutnya, kalian dapat mencoba membuka pikiran kalian. Mungkin selama ini kalian kurang mencari solusi atas apa yang kamu pikirkan. Kalian dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Buang pikiran negatif yang menumpuk dan coba berpikiran positif. Kalian dapat menemukan jalan keluar dan hal ini dapat mengurangi pikiran yang tidak penting. Dan yang terakhir, yang paling penting adalah selalu bersyukur serta mendekatkan diri kepada Mahakuasa. Pada dasarnya, masalah yang datang dihidup kita semata mata dari Sang Pencipta. Maka dari itu, dekatkanlah diri dengan cara berdoa dan selalu bersyukur. Niscaya, Ia akan membantu kalian sesulit apapun masalah di dalam hidup. Itu dia cara-cara yang dapat kalian lakukan jika kalian merasa mengalami overthinking. Jika selalu gagal dalam usaha mengatai overthinking, jangan pernah menyerah dan selalu mencoba.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)Â
Salsabila Clarissa Ikom B (082)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H