Bagi sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, mereka tidak akan memandang besar kecilnya halaman yang ada di depan rumahnya. Walaupun bunganya hanya sedikit, tetapi mereka merawatnya dengan sepenuh hati sampai tumbuh mekar dan cantik. Rumput hijau yang selalu mereka rawat agar menjadi rumput yang cantik dan rapih di halaman rumahnya. Walaupun halaman mereka yang kecil, tetapi karena mereka bisa merawat dan menjaga sepenuh hati dengan rasa kasih sayang, mereka sangat menikmatinya.
     Di Sore hari mereka berdua duduk di taman sambil menikmati indahnya taman yang mereka jaga dengan secangkir teh dan sedikit cemilan untuk menemani keindahan senja di halamannya yang sangat indah dipandang. Seperti puisi "Taman" yang ditulis oleh Chairil Anwar di bait awal yang tertulis seperti dibawah ini
Taman punya kita berdua
Tak lebar luar, kecil saja
Satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadaniÂ
Halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
     Pada bait pertama puisi Taman, penulis mengajak kita untuk bisa selalu bersyukur atas keindahan alam yang Tuhan kita berikan untuk kita nikmati. Walaupun tidak sebesar hutan-hutan di luaran sana, tetapi taman yang kecil bisa saja lebih indah dari pada hutan rimba yang banyak binatang buasnya.
     Pada taman kecil mereka, mereka bisa menghirup oksigen segar di setiap harinya. Mereka bisa melihat binatang-binatang kecil yang cantik-cantik seperti kumbang dan kupu-kupu yang sering beterbangan di taman mereka. Meskipun hanya sekedar halaman kecil di depan rumah, tetapi banyak yang indah di dalamnya.Â
  Â
     Tetapi tidak semua orang bisa merawat taman dengan baik kan? Di situlah kelebihan sepasang kekasih ini yang bisa merawat taman dengan penuh kasih sayang sampai menjadi taman yang indah di halaman rumah mereka.
    Mereka berdua bagaikan madu dengan lebah, jika tidak ada lebah maka tidak akan ada madu, dan jika tidak ada bunga walaupun ada lebah tapi tetap tidak akan menghasilkan madu. Karena madu diambil dari bunga-bunga yang cantik di taman-taman luaran sana.Â
 Â
   Taman kecil yang mereka rawat menjadi taman yang sangat indah seperti surga dunia yang indah dipandang. Taman itu menjadi tempat dimana mereka akan meluangkan waktu bersama di sore hari. Dimana mereka bisa saling bertukar cerita kehidupan mereka dari pagi sampai ke sore ketika mereka sedang tidak bersama. Seperti yang penulis gambarkan pada bait selanjutnya.
Karena
Dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
Aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
Tempat merenggut dari dunia dan 'nusia.
    Puisi diatas mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan bisa merawat keindahan yang Tuhan kita berikan kepada kita sebagai manusia. Jika kita tidak bisa merawat apa yang Tuhan berikan pada kita, lalu siapa lagi yang ingin merawat bumi mulai dari hal-hal kecil? Kalau kita masi memikirkan kehidupan kita sendiri tanpa ikut campur untuk membuat bumi ini sehat dan indah. Bagaimana kalau bumi yang kita tempati ini rusak?
Adakah yang ingin bertanggung jawab?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H