Aksi demonstrasi yang dilakukan umat Islam termasuk Emha Ainun Nadjib membuahkan kabar baik. Pada tahun 1991 pemerintah Orde Baru melunak dan memberikan izin kembali penggunaan jilbab bagi siapa pun yang memiliki keyakinan untuk menggunakannya.
 Jikalau dilihat puisi tersebut bait per bait, terdapat arti yang sangat menyentuh psikis pembaca. Berdasarkan hasil analisis, penulis akan membahas kajian aspek kejiwaan penyair pada puisi Lautan Jilbab dalam menghadapi konflik batin terhadap peraturan pemerintahan. Konflik batin tersebut dapat menyebabkan berbagai gangguan psikologis ringan, seperti cemas, resah, dan gelisah.
 Emha Ainun Nadjib sebagai penyair merasa resah dengan kebijakan politik masa itu. Ia menuangkan keresahannya ke dalam puisi. Terlihat pada beberapa bait dalam sajak Lautan Jilbab yang menginginkan hal lebih terhadap penggunaan jilbab. Emha ingin melihat bermiliar-miliar orang yang memakai jilbab pada hari akhir nanti sebagai bentuk keresahannya karena pelarangan penggunaan jilbab, sehingga ia tidak dapat melihat jilbab.
Di padang mahsyar
 Di padang penantian
 Di depan pintu gerbang
 Janji keabadian
 Aku menyaksikan
 Beribu-ribu Berjuta-juta jilbab
 Tidak, aku menyaksikan bermiliar-miliar jilbab