Mohon tunggu...
Salsabila Aulia
Salsabila Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 4/prodi Manajemen/Universitas Majalengka

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Untung dan Rugi Bisnis UMKM

8 Juli 2022   13:30 Diperbarui: 8 Juli 2022   14:18 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Untung dan Rugi Bisnis UMKM

UMKM merupakan tulang punggung bagi perekonomian yang menghasilkan 60% dari PDB lokal. Upaya terbaik sangat penting untuk membantu UMKM bertahan di masa pandemi, ada juga pengertian lain dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan urat nadi perekonomian daerah dan nasional. Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran: (1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap neraca pembayaran. Selain itu, UMKM juga memiliki peran penting khususnya dalam perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, serta UMKM juga berperan dalam pembangunan ekonomi pedesaan.

 UMKM juga merupakan suatu bisnis yang kini sedang atau banyak mencuri perhatian apalagi di era masa Pandemi saat ini. Banyak sekali UMKM yang terganggu di masa Pandemi saat ini, mulai dari yang kecil hingga menengah. Pandemi membuat UMKM menjadi sangat lumpuh bahkan ada juga yang mengalami cerulean hingga kebangkrutan yang permanen,  apalagi di tambah dengan aturan aturan pemerintah yang tidak memperboleh kan para pedagang UMKM beroperasi sama sekali Berdasarkan informasi yang di dapatkan, ternyata sekitar 70% UKM yang ada di Indonesia memulai UKM tersebut karena adanya desakan ekonomi bukan karena mereka memiliki produk yang unik atau keterampilan pada bidang tertentu. Tentu saja kondisi ini akhirnya membuat sebagian besar dari UKM di Indonesia tidak memiliki daya saing, dimana kita ketahui bahwa untuk tetap bertahan dan berkembang di dalam dunia bisnis yang semakin ketat kita harus memiliki keterampilan, dapat bekerja secara profesional, dan mampu menciptakan inovasi-inovasi pada bisnis mereka.

 Mayoritas pelaku UMKM tidak bisa berkembang dan banyak yang mengalami kebangkrutan. Hal ini lah yang menbuat para pelaku UMKM membuat strategi digitalisasi, yang dimana para pelaku UMKM membuat suatu promasi produk produk mereka dengan memanfaatkan digitalisasi atau teknologi Internet. Strategi digitaliasi ini sangat membantu para pelaku UMKM untuk sedikit membangunkan kembali bisnis bisnis yang mereka punya yang tadi nya lumpuh akibat adanya Pandemi Covid-19. Jenis usaha ini UMKM meliputi usaha produktif yang pelakunya adalah perorangan/badan usaha milik perorangan. Perbedaan umkm dengan perusahaan besar adalah dengan dapat mengetahui jumlah omset keuntungan selama 1 tahun. Indonesia adalah salah satu negara dengan pelaku UMKM terbesar, yaitu sekitar 58,87 juta penduduk. Pelaku usaha kecil menengah tiap tahun selalu bertambah. Penyebab beragam, mulai dari perkembangan zaman hingga jenis usaha UMKM adalah usaha yang yang tidak membutuhkan modal yang besar. Jenis UMKM hanya membutuhkan modal tidak lebih dari 50 juta rupiah. Meskipun para pelaku usaha ini terbilang mikro dan menengah. Kelebihan UMKM yaitu jika bersaing dengan usaha skala besar, UMKM mempunyai sejumlah kelebihan. Memaksimalkan keuntungan yang cukup besar. Memiliki dan menjalankan bisnis sendiri telah menjadi kebutuhan. Fenomena sulit ditemui pada satu dekade lalu, dimana menjadi karyawan atau pegawai negeri sipil masih mendominasi profesi. Sehingga orang tidak lagi ragu mendeklarasikan diri sebagai pengusaha, apapun levelnya, karena infrastruktur yang membaik serta peluang pemasaran produk yang terbuka luas. Di zaman serba digital, adaptasi terhadap teknologi menjadi hal penting yang harus diterapkan. Untuk itu, pastikan kamu selalu mengikuti perkembangan teknologi, khususnya media sosial. Misalnya, kamu bisa manfaatkan fitur product tags dalam Instagram for Business. kamu juga bisa memanfaatkan fitur ads di Facebook atau Twitter. Tawarkan juga produk kamu di platform e-commerce, pelayanan jadi salah satu kunci utama pertahanan bisnis. Pasalnya, pelayanan yang baik tentu akan membuat pelanggan puas, bahkan bisa menggaet para pelanggan baru. Jadikan kritik dan saran pelanggan sebagai pembelajaran untuk mengembangkan bisnis. Jika pelanggan senang dan memuji produk atau jasa yang ditawarkan.

Sektor platform e-commerce dapat membantu meningkat UMKM di  masa pandemi, dengan layanan tersebut UMKM dapat sedikit lebih meningkat. Dengan layana tersebut UMKM dari setiap bidangnya akan lebih meningkat dengan berbagai cara yang di tawarkan. Dari layana tersebut beberapa pihak akan di tawarkan melalui digitalisasi yang memadai, namun tidak semua pihak yang beeberhak di UMKM mengerti digitalisi ada beberapa pihak yanh kesulitan juga yang membuat mereka terpaksa harus gulung tikar di masa Pandemi saat ini. Namun, tidak semu dari mereka yang seprti itu ada juga yang kembali bangkit dengan bantuan digitalisasi. Contoh besar yang bisa kita lihat sekarang yaitu dengan marak nya promosi berbagai produk melalu sosial media ataupun e-commerce lainnya yang memberi keuntungan tersendiri. Dari hal tersebut pelaku UMKM di era pandemi saat ini begitu sangat terbantu dan sedikit meringankan. Namun, dari digitaliasi e-commerce tersebut ada juga rugi nya seperti ketika ada yang memesan dengan fitur baayar di tempat namun di batalkan tiba tiba atau tidak di bayar oleh konsumennya yang membuat hal tersebut tetep rugi oleh para pihak UMKM. Sebelum melakukan digitaliasi melalui e-commerce tersebut para pelaku UMKM harus terlebih dahulu mengerti atau mengatahui bagaimana untung dan ruginya bila mereka memasarkan produk mereka melalui digitalisasi e-commerce tersebut.

Digitalisasi ini menjadi sebuah kebutuhan penting, terbukti di Masa Pamdemi karena memberikan kenaikan pada pemanfaatan e-learning, eCommerce, literasi digital, permintaan delivery, dan kebutuhan alat kesehatan/kebersihan. Namun kita tidak dapat memungkiri adanya permasalahan digitalisasi UMKM. Di beberapa daerah terpencil keterbatasan akses internet masih menjadi kendala. Pemahaman dari pelaku UMKM terhadap teknologi, pemasaran online terbatas, proses produksi dan akses pasar daring yang masih dinilai belum cukup maksimal. Selanjutnya, konsumen masih merasa tak aman dalam melakukan transaksi digital. Dengan memperkuat kerjasama, sektor e-commerce dapat mengidentifikasi beberapa kesulitan utama dari UMKM, mengenali hambatan mereka. Salah satunya yaitu kurangnya literasi platform digital. Setelah solusi bagi UMKM dikembangkan, sektor e-commerce dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan platform online mereka sehingga UMKM dapat memasarkan produk secara efektif.

Beberapa bisnis mampu beradaptasi, tetapi tidak banyak. Survei Bank Indonesia menyatakan pada tahun 2020, hanya terdapat 12,5% UMKM yang tidak terdampak pandemi secara ekonomi. Hanya 27,6% dari mereka mampu meningkatkan penjualan. Hal ini juga dipengaruhi oleh berubahnya kebiasaan belanja konsumen dan pergeseran ke platform online. Seiring meningkatnya digitalisasi, e-commerce menjadi sektor terbesar di wilayah metropolitan. Penetrasi e-commerce diprediksi meningkat secara signifikan di kota-kota tier 2 dan 3, dan pertumbuhan e-commerce tradisional akan berkontribusi terhadap pembelian online.

Sektor e-commerce dapat mengembangkan layanan yang sesuai untuk meningkatkan digitalisasi UMKM. Pendekatan adaptif perlu diterapkan dengan menghasilkan keuntungan melalui layanan UMKM. Layanan yang diperluas untuk delivery dan pembayaran, logistik, manajemen inventaris/pembukuan, uang elektronik, dan pinjaman dapat dijadikan acuan. Memaksimalkan layanan yang ditawarkan platform e-commerce bukanlah hal yang mudah. Upaya kerjasama mendidik UMKM dalam menggunakan layanan digital masih menjadi tantangan. Beberapa e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia mulai memberikan edukasi bagi penjual, tetapi layanan terkonsolidasi dan platform digital ini masih belum dipahami UMKM. Maka, pendekatan edukasi perlu diperbaiki.

Riset oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Indonesia juga menemukan bahwa sepanjang tahun 2020, terdapat dua masalah utama yang dihadapi oleh UMKM yang terdampak pandemi, yaitu masalah keuangan dan pasokan/permintaan. Selain dari minimnya fasilitas operasional, sumber daya, dan pendanaan, UMKM juga masih kurang menguasai platform digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun