Adanya pandemi Covid19 ini berpengaruh sangat besar pada UMKM terutama pada bisnis kuliner rumahan. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini sendiri adalah usaha atau bisnis yang dijalankan oleh individu ataupun rumah tangga dan dilakukan dengan batasan omzet per tahun. Nyatanya masyarakat lebih memilih makanan atau kuliner yang frozen, siap dimasak, ataupun mentah yang dimasak dirumah masing-masing dikarenakan masyarakat takut dengan adanya pandemi seperti ini apakah makanan tersebut higenis atau tidak dan menyebabkan omzet pada bisnis kuliner makanan yang langsung jadi mengalami penurunan. Akan tetapi pada saat melonggarnya peraturan bahwa masyarakat sudah boleh makan ditempat ataupun untuk pesanan yang dibawa pulang sudah mulai membaik sebab masyarakat bergerombol untuk berkumpul kepada teman-teman kembali yang sudah lama tidak berjumpa disebabkan oleh pandemi covid19 ini. Hal itu ber efek sangat baik pada bisnis kuliner rumahan yang menitipkan dagangannya pada rumah makan yang besar ataupun membuka dirumahnya sendiri.
Kini dengan adanya Bantuan Langsung Pemerintah (BLT) memudahkan bagi UMKM. BLT ini sendiri adalah program bantuan oleh pemerintah yang berupa pemberian uang tunai atau bantuan lainnya, baik itu bersyarat atau tak bersyarat. Bentuk usaha UMKM kuliner adalah salah satu jenis usaha UMKM yang samapi dengan saat ini semakin berkembang, bahkan sangat di dukung penuh oleh pemerintahan. Pemerintah banyak mengeluarkan dana bantuan untuk UMKM, salah satu bantuannya yaitu uang tunai sebesar 2,4 juta agar pelaku UMKM bisa untuk mengembangkan bisnisnya kembali. Namun terdapat beberapa syarat yang harus terlebih dahulu dipenuhi sebelum diberikan bantuan yaitu seperti pelaku UMKM yang sedang tidak menerima bantuan kredit modal dari perbankan, memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang telah dibuktikan, memberikan data berupa nama lengkap, alamat yang ditinggali, bidang usaha, dan nomor telepon yang dapat dihubungi.
Banyaknya contoh bisnis kuliner rumahan di antaranya yaitu jual gorengan, makanan cemilan, aneka es, warung tenda, catering rumahan, warung nasi mobil, tahu dan tempe, susu kedelai, bakso, aneka kue, dan masih banyak lagi. Untuk usaha UMKM kuliner rumahan tetap unggul dan untung harus memperhatikan hal-hal berikut seperti, keunggulan dari rasa masakan dan keunikan produk untuk menarik perhatian pelanggan atau konsumen. Dan juga pada masa pandemi seperti ini perlu adanya berdampingan dengan media sosial, sebab pada pandemi yang memuncak banyak masyarakat lebih memilih untuk tinggal dirumah dengan alasan takut tertular oleh penyakit covid19 itu. Jadi UMKM perlu memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan bisnisnya bisa berupa konten video makanan yang dijualkan maupun berupa foto, hal itu akan menambah nilai jual.
Salah satu contoh UMKM kuliner yang memulai bisnisnya di tengah maraknya pandemi adalah Bruule dimulai pada 28 Maret 2020, menargetkan produksi 12 loyang dalam waktu seminggu hanya untuk wilayah Jakarta saja. Dan dengan seiring waktu peminatnya semakin memuncak sampai harus dilakukan pre-order selama dua minggu lamanya, pada enam bulan setelah itu omzetnya telah mencapai 1,4 miliar. Pada bulan Desember 2020 telah mendirikan toko fisik pertama di salah satu mall di Jakarta. Pada awal tahun 2020 omzet penjualan menurun hingga 30%, pada saat itu di sebabkan oleh sulitnya mendapat bahan baku, sulitnya mendapat modal, produksi terhambat, dan penjualan turun. Jadi kesimpulannya tidak semua pengaruh pandemi pada UMKM bisnis kuliner rumahan selalu berdampak negatif, hal itu semua mengacu pada bagaimana strategi yang kita ambil dalam mempromosikan kepada konsumen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H