Mohon tunggu...
Salsa Bila
Salsa Bila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajaran mahasiswa

Hobi saya membaca buku,saya orangnya ramah dan suka bergaul,konten favorit saya masak"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dri martin hoffman

18 Januari 2025   17:30 Diperbarui: 18 Januari 2025   17:30 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori empati yang dikemukakan oleh Martin Hoffman adalah salah satu pendekatan penting dalam memahami perkembangan sosial dan emosional manusia. Hoffman, seorang psikolog perkembangan, mengembangkan teori ini pada tahun 1970-an dengan tujuan untuk menjelaskan bagaimana individu mengembangkan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, serta bagaimana empati berperan dalam interaksi sosial dan pembentukan moralitas.

Secara umum, empati merujuk pada kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, yang melibatkan proses kognitif dan emosional. Hoffman mengemukakan bahwa empati berkembang melalui beberapa tahap, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, pengalaman sosial, dan perkembangan kognitif. Teori empati Hoffman sangat menekankan pada pentingnya pengalaman emosional dalam hubungan sosial dan bagaimana pengalaman ini membentuk pola perilaku moral serta interaksi antarindividu.

Tahapan Perkembangan Empati

Hoffman membagi perkembangan empati menjadi beberapa tahap, yang masing-masing menunjukkan peningkatan kemampuan individu untuk merasakan perasaan orang lain secara lebih kompleks:

1.Tahap Empati yang Bersifat Egocentric (Egocentric Empathy)

Pada tahap ini, empati yang dimiliki anak bersifat egosentris, yang berarti mereka hanya dapat merasakan dan mengidentifikasi perasaan orang lain berdasarkan perasaan mereka sendiri. Misalnya, seorang anak yang merasa sakit karena terjatuh mungkin akan berpikir bahwa orang lain yang melihatnya juga merasa sakit karena kejadian yang sama. Pada usia ini, anak belum dapat sepenuhnya membedakan perasaan diri sendiri dengan perasaan orang lain.

2.Tahap Empati yang Berdasarkan Persepsi Situasional (Empathy Based on Situational Perception)

Seiring dengan perkembangan kognitif, anak mulai bisa memahami perasaan orang lain lebih objektif, meskipun masih dipengaruhi oleh situasi atau konteks tertentu. Pada tahap ini, anak mampu mengenali perasaan orang lain meskipun mereka belum dapat sepenuhnya mengidentifikasi atau merasakan perasaan tersebut. Sebagai contoh, anak mulai dapat memahami bahwa teman mereka merasa sedih setelah kehilangan mainan, meskipun perasaan mereka sendiri belum sepenuhnya terlibat.

3.Tahap Empati yang Berbasis Perspektif (Perspective-Taking Empathy)

Pada tahap ini, individu mulai dapat mengambil perspektif orang lain secara lebih mendalam. Mereka tidak hanya mampu mengenali perasaan orang lain, tetapi juga dapat membayangkan bagaimana perasaan tersebut dari sudut pandang orang lain. Anak atau individu pada tahap ini lebih mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain dan mengidentifikasi bagaimana reaksi emosional mereka akan berbeda jika berada dalam posisi orang tersebut.

4.Tahap Empati yang Kompleks (Complex Empathy)

Tahap terakhir dari perkembangan empati menurut Hoffman adalah tahap yang lebih kompleks, di mana individu mampu merasakan dan memahami perasaan orang lain dengan cara yang sangat mendalam. Pada tahap ini, individu tidak hanya memahami perasaan orang lain secara kognitif, tetapi juga dapat berempati secara emosional dengan perasaan tersebut. Mereka mampu merespons perasaan orang lain dengan empati yang lebih matang, yang melibatkan kemampuan untuk memberikan dukungan emosional yang sesuai dengan kebutuhan orang lain.

Peran Empati dalam Perkembangan Moral

Hoffman juga menghubungkan empati dengan perkembangan moralitas. Menurutnya, empati adalah dasar penting bagi perkembangan moral pada anak. Kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain memungkinkan individu untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka terhadap orang lain dan mengembangkan rasa tanggung jawab moral. Sebagai contoh, anak yang mengerti bahwa perbuatannya menyebabkan teman merasa sedih atau terluka, akan merasa terdorong untuk mengubah perilakunya agar tidak menyakiti orang lain.

Dalam hal ini, empati bukan hanya melibatkan respons emosional, tetapi juga melibatkan komponen kognitif, yaitu kemampuan untuk memahami keadaan dan perasaan orang lain serta konsekuensi sosial dari tindakan tertentu. Hoffman mengemukakan bahwa ketika individu merasa empati terhadap orang lain, mereka cenderung menghindari tindakan yang dapat menyakiti atau merugikan orang lain, yang pada gilirannya memperkuat norma-norma moral dan etika dalam masyarakat.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati

Perkembangan empati pada individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi perkembangan kognitif dan emosional, sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh lingkungan sosial, seperti keluarga, teman sebaya, dan pengalaman sosial lainnya. Keluarga yang mendukung dan memperkenalkan nilai-nilai empati sejak dini akan membantu anak mengembangkan kemampuan empati yang lebih baik. Selain itu, interaksi dengan teman sebaya yang memperlihatkan perilaku empatik juga dapat mempercepat perkembangan empati.

Kesimpulan

Teori empati Martin Hoffman memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana empati berkembang dari waktu ke waktu dan peran pentingnya dalam membentuk moralitas serta hubungan sosial. Dengan mengidentifikasi berbagai tahap perkembangan empati, teori ini menawarkan wawasan tentang bagaimana individu dapat memahami dan merespons perasaan orang lain, yang pada akhirnya berkontribusi pada pembentukan interaksi sosial yang sehat dan norma-norma moral yang kuat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun