Teori empati yang dikemukakan oleh Martin Hoffman adalah salah satu pendekatan penting dalam memahami perkembangan sosial dan emosional manusia. Hoffman, seorang psikolog perkembangan, mengembangkan teori ini pada tahun 1970-an dengan tujuan untuk menjelaskan bagaimana individu mengembangkan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, serta bagaimana empati berperan dalam interaksi sosial dan pembentukan moralitas.
Secara umum, empati merujuk pada kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, yang melibatkan proses kognitif dan emosional. Hoffman mengemukakan bahwa empati berkembang melalui beberapa tahap, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, pengalaman sosial, dan perkembangan kognitif. Teori empati Hoffman sangat menekankan pada pentingnya pengalaman emosional dalam hubungan sosial dan bagaimana pengalaman ini membentuk pola perilaku moral serta interaksi antarindividu.
Tahapan Perkembangan Empati
Hoffman membagi perkembangan empati menjadi beberapa tahap, yang masing-masing menunjukkan peningkatan kemampuan individu untuk merasakan perasaan orang lain secara lebih kompleks:
1.Tahap Empati yang Bersifat Egocentric (Egocentric Empathy)
Pada tahap ini, empati yang dimiliki anak bersifat egosentris, yang berarti mereka hanya dapat merasakan dan mengidentifikasi perasaan orang lain berdasarkan perasaan mereka sendiri. Misalnya, seorang anak yang merasa sakit karena terjatuh mungkin akan berpikir bahwa orang lain yang melihatnya juga merasa sakit karena kejadian yang sama. Pada usia ini, anak belum dapat sepenuhnya membedakan perasaan diri sendiri dengan perasaan orang lain.
2.Tahap Empati yang Berdasarkan Persepsi Situasional (Empathy Based on Situational Perception)
Seiring dengan perkembangan kognitif, anak mulai bisa memahami perasaan orang lain lebih objektif, meskipun masih dipengaruhi oleh situasi atau konteks tertentu. Pada tahap ini, anak mampu mengenali perasaan orang lain meskipun mereka belum dapat sepenuhnya mengidentifikasi atau merasakan perasaan tersebut. Sebagai contoh, anak mulai dapat memahami bahwa teman mereka merasa sedih setelah kehilangan mainan, meskipun perasaan mereka sendiri belum sepenuhnya terlibat.
3.Tahap Empati yang Berbasis Perspektif (Perspective-Taking Empathy)
Pada tahap ini, individu mulai dapat mengambil perspektif orang lain secara lebih mendalam. Mereka tidak hanya mampu mengenali perasaan orang lain, tetapi juga dapat membayangkan bagaimana perasaan tersebut dari sudut pandang orang lain. Anak atau individu pada tahap ini lebih mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain dan mengidentifikasi bagaimana reaksi emosional mereka akan berbeda jika berada dalam posisi orang tersebut.
4.Tahap Empati yang Kompleks (Complex Empathy)