Mohon tunggu...
Salsabila
Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai semuanya saya adalah mahasiswa dari Universitas Syiah Kuala, Fakultas Kedokteran Hewan , Prodi Pendidikan Dokter Hewan. Dengan NPM 2402101010058. Hobi saya adalah menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Plastic Bags : Keep or Ban

11 Desember 2024   19:49 Diperbarui: 11 Desember 2024   19:56 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plastic Bags : Keep Or Ban

     The debate over whether to keep or ban plastic bags has sparked intense discussions worldwide. Plastic bags are widely used due to their convenience and affordability, but their environmental impact has led to calls for their prohibition. Despite these concerns, the assertion here is No---plastic bags should not be banned, as their benefits outweigh the drawbacks if managed responsibly.

     Firstly, plastic bags are highly convenient and cost-effective for consumers and businesses. Secondly, they can be reused multiple times for various purposes and recycled into new products, reducing waste. Finally, banning plastic bags could negatively impact small businesses that may struggle to afford alternative packaging materials.

     For instance, a 2019 study in the United States found that replacing plastic bags with paper bags could increase packaging costs for retailers by up to three times. In developing countries, such as Indonesia, plastic bags are often reused as trash liners, reducing the need for additional plastic products. While some recycling systems are inefficient, countries like Japan have successfully recycled a significant portion of plastic waste into energy or new materials.

     On the other hand, plastic bags pose significant environmental risks. They are a major source of pollution, harm wildlife, and take centuries to degrade. They also clog drainage systems, contributing to urban flooding, especially in regions with poor waste management. Moreover, banning plastic bags encourages the use of sustainable alternatives, such as cloth or biodegradable bags, fostering an eco-friendly mindset.

     For example, Kenya's 2017 ban on plastic bags led to a 70% reduction in plastic waste in urban areas. Similarly, California's statewide ban has significantly decreased plastic litter along its coastlines. According to a United Nations report, countries that have implemented bans or taxes on plastic bags have seen measurable improvements in environmental cleanliness and waste management.

     In conclusion, the decision to keep or ban plastic bags requires a balanced perspective. While their environmental impacts are undeniable, their convenience, cost-effectiveness, and reusability cannot be ignored. Instead of an outright ban, better waste management systems and increased recycling efforts could serve as a compromise, maximizing the benefits while minimizing the harms of plastic bags.

Kantong Plastik: Tetapkan atau Larang

     Perdebatan tentang apakah kantong plastik harus dipertahankan atau dilarang telah memicu diskusi intens di seluruh dunia. Kantong plastik banyak digunakan karena kepraktisan dan harganya yang terjangkau, tetapi dampak lingkungannya telah memunculkan seruan untuk melarangnya. Meskipun ada kekhawatiran ini, pernyataannya di sini adalah Tidak---kantong plastik tidak perlu dilarang, karena manfaatnya lebih besar daripada kerugiannya jika dikelola dengan bijak.

     Pertama, kantong plastik sangat praktis dan hemat biaya bagi konsumen dan pelaku usaha. Kedua, kantong ini dapat digunakan kembali untuk berbagai tujuan dan didaur ulang menjadi produk baru, sehingga mengurangi limbah. Ketiga, pelarangan kantong plastik dapat berdampak negatif pada usaha kecil yang mungkin kesulitan membeli bahan pengemasan alternatif.

     Sebagai contoh, sebuah studi pada tahun 2019 di Amerika Serikat menemukan bahwa mengganti kantong plastik dengan kantong kertas dapat meningkatkan biaya pengemasan hingga tiga kali lipat bagi pengecer. Di negara berkembang seperti Indonesia, kantong plastik sering digunakan kembali sebagai pelapis sampah, mengurangi kebutuhan akan produk plastik tambahan. Meskipun beberapa sistem daur ulang kurang efisien, negara seperti Jepang berhasil mendaur ulang sebagian besar limbah plastik menjadi energi atau bahan baru.

     Namun, kantong plastik menimbulkan risiko lingkungan yang signifikan. Mereka adalah sumber utama polusi, membahayakan satwa liar, dan membutuhkan waktu berabad-abad untuk terurai. Kantong plastik juga menyumbat saluran pembuangan, menyebabkan banjir perkotaan, terutama di wilayah dengan pengelolaan sampah yang buruk. Selain itu, melarang kantong plastik mendorong penggunaan alternatif yang berkelanjutan, seperti tas kain atau tas biodegradable, yang menumbuhkan pola pikir ramah lingkungan.

     Sebagai contoh, larangan kantong plastik di Kenya pada tahun 2017 mengurangi limbah plastik di kawasan perkotaan hingga 70%. Demikian pula, larangan di seluruh negara bagian California secara signifikan mengurangi sampah plastik di sepanjang garis pantainya. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, negara-negara yang telah menerapkan larangan atau pajak terhadap kantong plastik mengalami peningkatan yang nyata dalam kebersihan lingkungan dan pengelolaan limbah.

     Sebagai kesimpulan, keputusan untuk mempertahankan atau melarang kantong plastik memerlukan perspektif yang seimbang. Meskipun dampak lingkungannya tidak dapat disangkal, kepraktisan, efisiensi biaya, dan kemampuan penggunaan ulangnya tidak bisa diabaikan. Sebagai pengganti pelarangan total, sistem pengelolaan limbah yang lebih baik dan upaya daur ulang yang meningkat dapat menjadi kompromi, memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan dampak negatif dari kantong plastik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun