Siapa itu Martin Hoffman?
Martin Hoffman adalah seorang psikolog, peneliti, dan akademisi yang lahir pada tahun 1929. Ia menempuh pendidikan dengan gelar doktor di Universitas Michigan. Hoffman adalah seorang profesor di New York University, Amerika Serikat. Dalam psikologi pengembangan ia menjadi salah satu tokoh penting yang mengkaji mengenai hubungan antara empati dan moralitas. Ia telah menghasilkan berbagai bentuk penelitian yang menunjukkan bagaimana empati berperan dalam membentuk perilaku yang prososial dan sikap altruistik.
Teori Empati Martin Hoffman
Martin Hoffman mengemukakan teori yang menjelaskan bagaimana empati berkembang dalam diri seseorang mulai dari usia dini hingga dewasa. Ia berpendapat bahwa sikap empati adalah kemampuan bawaan yang mengalami perkembangan akibat interaksi sosial, pengalaman emosional, dan pemahaman kognitif. Menurut Hoffman empati adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan dengan seseorang. Dalam hal ini, Hoffman menegaskan bahwa empati merupakan landasan yang penting dalam pengembangan moral, karena merupakan motivasi untuk peduli terhadap orang lain. Terdapat dua aspek utama empati menurut Hoffman yaitu:
1. Afektif, afektif adalah kemampuan seseorang untuk merasakan emosi orang lainÂ
2. Kognitif, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami prespektif atau sudut pandang orang lain.
Tahapan Pengembangan Empati
Menurut Hoffman terdapat empat tahapan pengembangan empati, yang di mana keempat tahapan ini berhubungan dengan pertumbuhan kognitif dan emosional anak, tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Empati Global
Tahapan ini dimulai sejak umur 0-1 tahun. Bayi pada masa ini sering merespon emosi seseorang tanpa membedakan antara dirinya dengan seseorang tersebut. Contohnya, seperti bayi tertawa saat mendengar bayi lain tertawa, hal tersebut terjadi karna bayi merasa bahwa emosi tersebut adalah miliknya sendiri.
2. Empati Egisen-tris
Tahap ini terjadi ketika anak berumur 1-2 tahun. Ketika masa ini anak mulai sadar bahwa orang lain adalah individu yang terpisah, akan tetapi ia masih belum sadar bahwa orang lain memiliki kebutuhan atau perasaan yang berbeda. Contohnya, ketika seorang teman sedih, anak akan menawarkan makanan favoritnya karena menganggap makanan yang membahagiakannya akan membahagiakan temannya juga.
3. Empati untuk Perasaan Orang lain
Tahap ini terjadi ketika anak berusia 2-10 tahun. Pada masa ini, anak mulai sadar dan mengerti bahwa emosi orang lain dapat berbeda dari emosi dirinya sendiri. Disini anak mulai merasakan perasaan simpati dan mencoba membantu orang lain berdasarkan kebutuhannya. Contohnya, seorang anak menghibur temannya dengan cara yang sesuai dengan situasi yang terjadi pada temannya, ia tidak akan menyelesaikan permasalah temannya sesuai dengan keinginan nya sendiri.
4. Empati terhadap Kondisi Hidup Orang Lain
Tahap ini terjadi ketika memasuki usia 10 tahun ke atas. Di sinilah anak mulai mampu memahami emosi yang lebih kompleks dan abstrak, termaksud rasa empati terhadap masyarakat ataupun suatu kelompok yang sedang mengalami kesulitan. Anak akan memiliki kesadaran moral dan keadilan sosial untuk membantu masyarakat. Contohnya, anak akan merasa sedih terhadap penderitaan suatu kelompok masyarakat yang sedang terkena bencana dan mencoba untuk membantu walaupun tidak mengenal kelompok masyarakat tersebut.
Mekanisme Empati Menurut Hoffman
1. Imitasi Afektif
Imitasi afektif adalah respon emosional yang secara otomatis ditunjukkan ketika melihat ekspresi emosional orang lain. Contohnya, menangis ketika melihat teman menangis.
2. Kondisi Klasik Asosiasi Emosi
Kondisi Klasik asosiasi emosi adalah sikap empati yang dipelajari melalui pengalaman yang mengasosiasikan perasaan tertentu dengan kondisi tertentu. Contohnya, merasa takut saat melihat seseorang yang tidak baik-baik saja karena ia pernah merasakan situasi yang sama dengannya.
3. Pengambilan Prespektif KognitifÂ
Pengambilan prespektif kognitif adalah kemampuan dalam memahami sudut pandang ataupun situasi emosional orang lain. Contohnya, seorang yang membayangkan jika ia berada di posisi yang sama dengan orang yang sedang mengalami musibah.
Menurut Hoffman empati adalah dasar dari perilaku moral, hal tersebut dikarenakan empati dapat memotivasi tindakan altruistik yang membuat seseorang cenderung lebih sering membantu orang lain. Dan juga empati dapat membantu memahami konsekuensi dari tindakan terhadap orang lain, sehingga mendorong seseorang untuk bertindak secara etis.
Hoffman juga menegaskan bahwa empati dapat diperkuat melalui pendidikan dan pengamalan sosial seperti:
1. Memberikan anak kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain yang memiliki latar belakang yang berbeda.
2. Mengajarkan anak untuk mengambil sudut pandang orang lain melalui cerita atau permainan peran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H