Mohon tunggu...
Salsabila RaudhatuzZahro
Salsabila RaudhatuzZahro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim

Hobi: shopping, menonton film, mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biografi Rene Descartes

29 September 2023   22:29 Diperbarui: 30 September 2023   18:37 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rene Descartes dilahirkan pada tanggal 31 Maret 1596 di Prancis, tepatnya di La Haye. Rene Descartes juga biasa dipanggil Renatus Cartesius. Nama Rene Descartes ia gunakan saat berada di Prancis saja, terkadang dia pun mengeja namanya dengan "Des Cartes". Hal ini ia lakukan untuk menyembunyikan identitasnya. Akan tetapi teman-temannya biasa memanggil dengan nama Renatus Cartesius. Pada saat usia 8 tahun, Descartes sudah disekolahkan ke Jesuit College Royal yang terletak di La Fleche. Di Kolej Jesuit ini merupakan gabunga antara sekolah menengah dan universitas. Rene Descartes bersekolah di Jesuit ini mulai tahun 1604-1612.

Ketika 5 tahun awal bersekolah di sana, ia sudah mendapatkan ilmu tentang bahasa dan kesasteraan klasik. Ilmu itulah yang kemudian menjadikan Descartes pintar dalam bahasa latin. Tidak hanya itu, namun ia juga mendapatkan ilmu pengetahuan seperti matematika, fisika, ilmu alam, ilmu humaniora, dan masih banyak lagi. Dalam waktu 3 tahun ia mulai belajar tentang ilmu falsafah. Setelah belajar ilmu falsafah selama 3 tahun, lalu ia menjadi begitu tertarik  dengan ilmu falsafah. Descartes pun tumbuh menjadi anak yang menunjukkan bakatnya dalam bidang filsafat. Bahkan dia berpendapat bahwa hidup tanpa falsafah seperti hidup dengan mata yang tertutup (to live without philosophizing is to live with closed eyes). Karena kecintaannya terhadap ilmu falsafah maka Descartes sering disebut "bapak filsafat modern".

Dalam ilmu filsafat untuk mendapatkan hasil yang benar-benar logis dan akurat, maka diperlukan metode tersendiri. Di sini Descartes menggunakan metode keraguan (Skpetisme). Metode ini merupakan metode yang dikenal dengan Cogito Ergo Sum yang berarti "aku berpikir, maka aku ada". Metode Cogito ini diawali dari metode penyangsian. Dari metode penyangsian ini diharapkan bisa menghasilkan seorang filsafat yang terpercaya. Oleh karena itu, proses penyangsian ini meliputi seluruh pengetahuan yang dimilki.

Akan tetapi, setelah 8 tahun Descartes menempuh pendidikan di La Fleche ia tidak pernah menemukan apa yang ia cari selama ini, yaitu sebuah kepastian. Di La Fleche ini masih sering ia mendapati para guru dan pelajar berdebat terkait masalah yang ditemukan, dan pada akhirnya permasalahn tersebut belum mendapatkan jawaban yang pasti. Pada akhirnya Descartes melanjutkan pendidikanya di University of Poitiers dan di sini ia mendapatkan ilmu hukum pada tahun 1616.

Semua orang pasti memiliki kesedihan yang paling mendalam selama hidupnya, termasuk Rene Descartes pun juga memiliki cerita tersendiri. Anak kandung perempuannya  saat berusia lima tahun telah meninggal dunia. Penampilan Descartes selalu rapi dan selalu membawa sebuah pedang. Saat pergi ke Belanda dia membawa beberapa buku termasuk diantaranya yaitu Bibel dan buku Thomas Aquinas. Dia menyelesaikan beberapa karyanya dengan tekun dan konsentrasi yang tinggi dalam waktu yang bisa dikatakan cukup pendek. 

Akan tetapi untuk menjaga penampilannya yang begitu sopan, dia pura-pura bekerja dengan bermalas-malas an sehingga terlihat seakan-akan menyelesaikan karyanya dalam waktu yang lama. Padahal pada realitanya Descartes memiliki prestasi yang sangat meyakinkan. Karya yang ia hasilkan di Belanda pada saat itu adalah menyusun pemikirannya dalam Rules for the Direction of the Mind dan ia menulis mengenai metafisika. Tetapi karya tersebut tidak pernah dipublikasikan selama Descartes masih hidup.

Pada tahun 1649, Ratu Christina yang berasal dari Swedia menyuruh Descartes datang ke Stockholm untuk mengajarinya filsafat. Menurut Ratu Christina, Descartes merupakan seorang filsuf yang sangat hebat oleh karena itu Ratu Christina ingin Descartes yang mengajarinya tentang ilmu filsafat. Akan tetapi pada awal bulan Februari tepatnya tahun 1650, Descartes terkena penyakit pneumonia. Penyakit ini biasa disebut dengan paru-paru basah. Akibat dari mengidap penyakit ini maka ia meninggal pada tanggal 11 Februari tahun 1650 tepat saat usianya 53 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Putranta, Himawan, Perkembangan Filsafat Abad Modern, 2017, Universitas Negeri Yogyakarta

Adri, Aquido dan Hadi, Syaiful, Descartes, Spinoza, Berkeley: Menguak Takbir Pemikiran Filsafat Rasionalisme dan Empirisme, 2018, Anak Hebat Indonesia

Solehah, dan Hairunnaja, Rene Descartes (1596-1650) dan Metode Cogit,2008, Jurnal Usuluddin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun