Mohon tunggu...
Salsabila Walrost
Salsabila Walrost Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hi! aku ela hobi aku membaca & nyanyi

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Bahaya Hilangnya Kreativititas Individu Saat Menggunakan ChatGPT

3 Desember 2024   19:21 Diperbarui: 3 Desember 2024   19:24 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Di masa kini, teknologi sudah berkembang sangat pesat, khususnya teknologi di bidang komunikasi. Pesatnya perkembangan teknologi ini tentu perlu diikuti agar tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Salah satu contoh dari teknologi komunikasi ialah ChatGPT. Chatgpt adalah alat kecerdasan buatan yang memungkinkan interaksi percakapan berbasis teks. Tujuan ChatGPT yaitu untuk terjemahan bahasa, saran, peningkatan produktivitas (Suharmawan, 2023)

ChatGPT mungkin menjadi salah satu teknologi yang sangat membantu di masa kini, tapi penggunaan ChatGPT yang berlebihan pun tidak baik, terlalu bergantung terhadap ChatGPT membuat individu tidak mempertimbangkan atau memverifikasi informasi yang mereka terima (Syahri et al., 2024) hal inilah yang nantinya berpengaruh terhadap kreativitas. Kreativitas sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu yang baru dan bermakna dengan menggunakan imajinasi mereka dan berbagai potensi yang muncul dari interaksi dengan konsep, orang lain, dan lingkungan (Bara, 2012) Dengan menggunakan ChatGPT, seseorang cenderung tidak berfikir dengan proses kreatif alami karena AI menawarkan jawaban yang instan, orang yang seharusnya berpikir kritis dan mengembangkan ide baru cenderung acuh terhadap proses tersebut. Hal ini juga semakin mengkhawatirkan jika individu sudah di tahap ketergantungan dengan ChatGPT, individu yang sudah terlanjur di posisi ini cenderung memiliki pola pikir yang homogen dan menciptakan jawaban yang mengikuti pola yang ada. bayangkan saja  bagaimana jika kelak manusia sudah tidak dibutuhkan dan hanya teknologi seperti ChatGPT yang bekerja? Hal itu tentu berdampak buruk terhadap kita yang tidak memiliki andil dalam bidang teknologi?

Sejarah ChatGPT ini diawali dengan mengimprovisasi model Bahasa GPT (Generative Pre- trained Transformer) oleh Open AI. Bentuk seperti ini pertama kali di rilis di tahun 2018, namun sejak ada GPT-2 yang rilis di tahun 2019, GPT tiba tiba melonjak naik dan sangat popular. Kemampuan GPT-2 untuk menghasilkan teks yang terstruktur dan kohesif adalah sesuatu yang patut dihargai. Open AI merilis GPT-2 sebagai sumber terbuka pada November 2019. Namun, mereka sadar kemungkinan penyalahgunaan, seperti penyebaran informasi palsu atau hoax, oleh karena itu Open AI menerapkan kehati hatian untuk mengatur penggunaan dan akses terhadap GPT-2. Selanjutnya, GPT-3 dirilis di tahun 2020 sebagai bagian dari pengembangan Open AI. Dengan 175 miliar parameter, model ini terkenal sebagai salah satu model Bahasa terbesar pada masanya karena skala dan kemampuannya luar biasa. Berbagai aplikasi seperti aplikasi untuk pembuatan konten, penerjemahan, dan system question and answer atau tanya jawab, didukung oleh GPT-3. Kemampuan ini berkontribusi pada pengembangan ChatGPT, yang mana GPT-3 digunakan untuk memfasilitasi interaksi yang lebih dinamis antar manusia dan mesin saat bicara dalam bahasa alami. Open AI terus melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan model seperti ChatGPT. Mereka juga berkonsentrasi pada proyek tambahan yang ada seperti pemilihan domain dan kontrol terhadap model output yang memberikan pengguna lebih banyak akses dan kontrol atas penggunaan ChatGPT dan mengurangi adanya penyalahgunaan yang ada.

Jadi, dapat disimpulkan ChatGPT sebagai teknologi terbarukan juga tidak selamanya buruk, asal menggunakannya sesuai batasan dan tidak terus menerus bergantung pada teknologi ini kita bisa menggunakannya dengan bijak. ChatGPT bisa membantu dalam waktu waktu yang genting, misalkan ada hal yang harus dikerjakan secara mendadak, ChatGPT akan sangat membantu dengan kecepatan sistem yang ada.  ChatGPT juga menjelaskan konsep yang sulit dipahami menjadi mudah dipahami. Bahkan ChatGPT juga menawarkan fitur fitur menarik seperti memparafrase kalimat, merangkum kata kata, bahkan ChatGPT bisa menjadi teman cerita yang di mana ChatGPT ini akan menjawab dengan jawaban yang nyambung dan terkadang melebihi jawaban manusia saat diajak berkomunikasi.   Kelebihan yang ada ini tidak bisa menutupi kekurangan yang ada pada ChatGPT juga. Kekurangan ChatGPT seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu terkait ketergantungan, kehilangannya pekerjaan yang tergantikan oleh AI, dan terhambatnya perkembangan pola pikir kritis yang harusnya individu kembangkan. Hal ini tentu bisa diselesaikan. Hal ini tentu nanti akan berbalik ke manusia, manusia sebagai makhluk yang berakal dan berbudi tentu bisa untuk dikembangkan skill nya. dengan adanya manusia yang memiliki kecerdasan tinggi, AI tidak bisa menggantikan tenaga kerja manusia. Perusahaan dan pengembang teknologi juga harus mengingat terkait keterbatasan teknologi untuk memastikan bahwa manusia tetap menjadi pihak yang bisa mengambil keputusan diakhir. Teknologi ChatGPT memang memiliki banyak manfaat, tetapi juga memiliki sisi negatif yang signifikan saat kita menggunakan. Oleh karena itu, perlunya solusi efektif untuk mengurangi efek negatif ini, seperti yang disebutkan sebelumnya, kesadaran manusia sangat penting agar bisa berhati hati dan tanggung jawab saat memakai teknologi ini.

Inilah langkah langkah yang tepat dan berguna demi masa depan untuk mengatasi efek negatif ChatGPT. Pertama, pengembangan sistem keamanan yang lebih baik, selanjutnya, perkembangan algoritma ChatGPT untuk mengurangi bias. selain itu, sangat penting untuk bisa menjaga keseimbangan antar kemudahan dan efek buruk dari teknologi ChatGPT. Dengan cara ini, kecerdasan buatan dapat digunakan secara optimal dan tidak disalahgunakan dalam membantu perkembangan manusia.

Jadi kesimpulannya, meskipun ChatGPT atau jenis AI lainnya mendapatkan banyak keuntungan dalam efisiensi waktu dan cara menjangkau, efek negatifnya pada kreativitas tidak bisa diacuhkan. Penggunaan teknologi ini dapat menyebabkan beberapa masalah, seperti peurunan kemampuan berpikir kritis, homogenisasi gagasan, turunnya keinginan untuk mempelajari hal baru, adanya ketidakpuasan terhadap hasil, berdampaknya terhadap tenaga kerjan, pengurangan terjalinnya interaksi manusia, ketergantungan terhadap teknologi, risiko kehilangan kreativitas, dan keterbatasan untuk belajar kreatif. Penting bagi kita sebagai pengguna untuk bijak dan membatasi diri saat menggunakan ChatGPT. Sebagai pengguna kita harus sadar akan bagaimana dampak negatifnya kedepan, berusaha menjaga kreativitas yang asli. bijaknya kita yaitu menggunakan kecerdasan buatan sebagai alat bantu bukan sebagai alat pengganti. Dengan ini kita dapat terus merayakan dan mempromosikan kreativitas luar biasa inovatif yang ada di lingkungan masyarakat.

Sebagai penutup, perlu kita ingat bahwasannya meskipun teknologi seperti ChatGPT memungkinkan banyak hal untuk kita lakukan secara kreatif, efeknya terhadap perkembangan manusia tetap harus dipertimbangkan. Kemampuan untuk berpikir kritis dan berkembang merupakan komponen penting dari kreativitas. Jika kita membiarkan adanya teknologi mendominasi, kita akan kehilangan elemen manusiawi. Namun bukan berarti juga kita harus menolak sepenuhnya. Kita dapat memadukan kekuatan teknologi dengan kecerdasan unik manusia. Misalnya, membangun ide atau mengatasi kebuntuan, teteapi tetap mengandalkan pikiran dan pengalaman kita dalam berproses. Akhirnya, kita harus paham bahwa kreativitas adalah bagian yang penting yang harus dimiliki manusia. Dengan mengetahui potensi bahayanya semoga kita dapat lebih bijak dan sadar, memastikan bahwa kreativitas lebih prioritas di era digital. karena kreativitas manusia pasti memiliki keunikan masing masing.

Daftar Pustaka

Bara. (2012). Membangun kreativitas pustakawan di perpustakaan. Jurnal Iqra', 6(2), 40--51. http://repository.uinsu.ac.id/768/1/vol.06no.02 (6).pdf

Suharmawan, W. (2023). Pemanfaatan Chat GPT Dalam Dunia Pendidikan. Education Journal: Journal Educational Research and Development, 7(2), 158--166. https://doi.org/10.31537/ej.v7i2.1248

Syahri, A., Efriyanti, L., Zakir, S., & Imamuddin, M. (2024). Pengaruh Penggunaan Chat Gpt Terhadap Pola Pikir Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Metodologi Penelitian: Studi Penelitian Kuantitatif. Jurnal Inovasi Pendidikan Dan Teknologi Informasi (JIPTI), 5(1), 135--143. https://doi.org/10.52060/jipti.v5i1.1910

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun